TendaBesar.Com - Jakarta - Berbicara masalah penghasilan rakyat, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyebutkan bahwa pengiriman uang dari luar negeri, terbukti mampu mengurangi kemiskinan pada rumah tangga Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Mereka yang bekerja di luar negeri relatif memiliki penghasilan lebih besar dari penghasilan angkatan kerja yang bekerja di dalam negeri dengan kualifikasi pendidikan yang sama.
Ida mengatakan bahwa mereka yang bekerja di luar negeri atau para Pekerja Migran Indonesia mengaku memiliki penghasilan lebih dan mampu mencukupi kebutuhan keluarga mereka.
"Dengan kesempatan mendapatkan upah yang lebih tinggi, para pekerja migran mengaku dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga dengan lebih baik. Remitansi dari migrasi terbukti mengurangi kemungkinan rumah tangga PMI jatuh miskin hingga 28 persen," kata Ida, Minggu (16/8/2020).
Hal itu juga disampaikan oleh Badan Pusat Statistik dan juga oleh Bank Dunia yang menyebutkan bahwa mereka yang bekerja di luar negeri memiliki kesempatan mendapatkan penghasilan 4-6 kali lebih besar ketimbang upah di dalam negeri.
Diketahui dari profil ketenagakerjaan nasional menunjukkan bahwa dari 131 juta angkatan kerja, terdapat sekitar 77 juta orang atau 55,89 persen berpendidikan SMP dan SD.
Dari komposisi angkatan kerja dengan tingkat pendidikan SD-SMP tersebut, lapangan usaha yang dapat menerima mereka sangatlah terbatas. Maka kesempatan bekerja ke luar negeri bagi mereka menjadi alternatif untuk mendapatkan penghasilan.
"Namun, harus kita akui mayoritas Pekerja Migran kita baru dapat mengisi pasar kerja dengan level keterampilan yang terbatas,” ujar Ida.
Ida menyampaikan bahwa jumlah PMI tersebar di beberapa negara antara lain Singapura 5 persen, Hong Kong 6 persen, China Taipei 10 persen, Saudi Arabia 13 persen, di Malaysia sebanyak 55 persen, sisanya tersebar di hampir 200 negara.
Meneaker cantik itu mengatakan bahwa pekerja migran perempuan jumlahnya lebih besar. Proporsi pekerja migran perempuan antara 60-70 persen lebih tinggi dari laki-laki dalam 3 tahun terakhir.
Karena jumlah perempuan lebih besar maka pemerintah telah melakukan upaya perlindungan masksimal dengan mengadakan Atase Ketenagakerjaan di 13 negara penempatan, yakni di Korea Selatan, Hongkong, Uni Emirat Arab, Arab Saudi (Jedah dan Riyad), Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Suriah, Jordania, Kuwait, Qatar, dan Taiwan.
"Untuk sementara, Atnaker di Suriah ditutup karena alasan krisis keamanan," pungkas Ida (af/tendabesar)