Oleh: Ust. Arif Afriansyah
Sekolah sekolah saat ini berada dalam dilema, 3 bulan terakhir terlihat tidak siap di masa Pandemi.
Sebagai salah satu bidang yang terdampak covid 19, dilema itu bernama hasil belajar yang dinilai kurang efektif selama 3 bulan terakhir dan tantangan agar bisa mencapai efektivitas di 6 bulan yang akan datang. Belum lagi orang tua yang merasa "terbebani" dengan tugas tugas yang diberikan oleh Sekolah kepada putra putri tercintanya karena ikut serta menemani mereka dalam belajar.
Gagap dan gugup begitulah kira kira respon sekolah termasuk para guru yang menjadi salah satu pilar kesuksesan pendidikan. Tiada maksud untuk menyalahkan pemerintah, sebagai institusi dan lembaga formal yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, lalu apakah cukup dengan kalimat "merdeka belajar"? apakah di masa Pandemi ini khususnya di tiga bulan terakhir benar benar kita Merdeka belajarnya (tidak ada kurikulum khusus masa pandemi yang dapat dijadikan standar dan dilaksanakan oleh Sekolah sekolah baik negeri maupun swasta)?, sekolah dan guru guru seolah olah dibiarkan untuk berinovasi sendiri, Guru guru dipaksa untuk beralih ke pembelajaran online dengan sarana prasarana yang kurang atau belum memadai, ditambah lagi berapa sdm guru yang siap dengan pembelajaran online tersebut, apakah mereka sudah dilatih untuk menggunakan zoom, Google clasroom, video maker, Google form, dan media belajar online lainnya termasuk penggunaan whatsapp?
Boleh jadi, masa pandemi ini akan melahirkan guru guru inovatif yang menemukan cara belajar yang menyenangkan yang tidak membuat siswa siswi jenuh untuk belajar. Boleh jadi akan muncul penelitian tindakan kelas online yang dimanfaatkan dan menjadi standar pembelajaran di seluruh Indonesia. Dengan kondisi ini, salah satu hikmah pandemi adalah adanya peluang Guru guru kreatif yang berkontribusi di tengah tengah "merdeka belajar" seperti saat ini.
Jika tidak terdorong kreatifitas dan inovasi di masa masa krisis, sedih rasanya membayangkan nasib generasi generasi emas bangsa Indonesia di kemudian hari, anak anak yang semakin menurun tingkat motivasi belajarnya, lebih senang dan asyik sendiri bersama gadgetnya, serta bermain tak tentu arah di lingkungan masing masing.
Oleh karena itu, diperlukan keseriusan semua pihak untuk menghadirkan standardisasi pembelajaran online baik akademik maupun non akademik termasuk pembelajaran akhlaq atau moral anak anak bangsa, dimulai dari mana?
Pertama: penentuan target belajar
Kedua: penyiapan media belajar online dan variatif
Ketiga: pengawasan berkala dari sekolah terhadap kondisi minat, motivasi dan sikap belajar anak anak
Keempat : penyiapan instrumen penilaian atau evaluasi pembelajaran di akhir semester
Semoga Allah menguatkan pundak pundak kita untuk menerima amanah sebagai anak bangsa yang ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan, respons yang positif, kerja yang kreatif dan inovatif, kesabaran dalam prosesnya serta siap dengan segala tantangan dan perubahan yang terjadi saat ini dan di masa yang akan datang adalah kunci sukses untuk kita menang di masa Pandemi ini.
Salam Semangat belajar