Oleh: Yanto
TendaBesar.Com - Opini - Namanya Ustadz Achmad Fahmi. Ia pejabat di Sukabumi, tepatnya Walikota Sukabumi. Hari Senin kemarin 29 Juni 2020, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyampaikan ucapan selamat kepada pak Walikota ini atas pencapaiannya menjadikan kota Sukabumi sebagai SATU-SATUNYA wilayah di Jawa Barat yang masuk dalam ZONA HIJAU. Itu artinya Sukabumi berhasil menerapkan 9 indeks pencegahan penularan Covid -19.
Kita senang mendengar berita ini. Saudara kita di Sukabumi setidaknya sudah lebih aman hidupnya. Pandemi telah membuat kita porak-poranda di semua segi kehidupan. Ekonomi, sosial dan semua kegiatan masyarakat lumpuh. Negara diambang krisis. Maka jika ada pemimpin daerah yang berhasil menghijaukan daerahnya seperti pak Achmad Fahmi ini, sungguh prestasi yang tak dapat dipandang sebelah mata. Ini baru namanya kerja, kerja dan kerja, bukan marah, marah, marah.
Kita ucapkan selamat buat pak Walikota.
Tapi tunggu dulu, siapa sih pak Wali ini? Kenapa wilayahnya bisa menjadi satu-satunya di Jabar yang berhasil menghijaukan zonanya sehingga anak-anak sekolah sudah diberi izin untuk bersiap sekolah kembali? Ah tapi sudahlah, tak perlu dijabarkan terlalu detail. Kita cukup memberi apresiasi saja atas kinerjanya mengatasi Covid-19 di kota Sukabumi. Karena toh seperti biasanya, kalau dijelaskan detail beliau dari mana pasti banyak yang mencibir. Padahal, kinerja itu sebagai ukuran dari sikap, cara pengambilan keputusan, kepatuhan masyarakat pada pemimpinnya dan keteladanan sang pemimpin itu sendiri.
Kalau kita bandingkan, ini berbeda jauh dengan walikota Surabaya yang kemarin heboh betul beritanya. Agak aneh rasanya, kenapa yang berprestasi menghijaukan zona Covid-19 di wilayahnya seperti pak Achmad Fahmi ini beritanya tidak sebooming sang ibu yang bersujud di kaki manusia ya? Ia bersujud seperti menyembah dan menyatakan dirinya gob…(ah tak tega meneruskannya), karena tak becus mengurus daerahnya.
Kita seakan disodorkan drama yang lebih mengharukan dibanding sinetron tipi ikan terbang. “Kumenangiiiis…, membayangkan, betapa kejamnya dirimu…..” ups! sudah sudah, jangan dilanjut. Nanti emak-emak cemberut sinetron mereka diledekin..
Kembali ke pak Achmad Fahmi. Pria kelahiran Jakarta, 04 Mei 1975 ini sebelumnya meniti karir sebagai anggota DPRD Kota Sukabumi periode 2004-2009, lalu naik menjadi Ketua DPRD Kota Sukabumi tahun 2000-2013.
Melejit terus hingga menduduki jabatan sebagai Wakil Walikota Sukabumi periode 2013-2018 dan terakhir dinobatkan sebagai Walikota Sukabumi tahun 2018-2023.
Prestasinya sebagai Walikota dalam setahun mampu menyabet 88 penghargaan, 33 di tingkat nasional dan 55 di tingkat Provinsi Jabar. Itu belum termasuk 61 penghargaan di pemerintahannya dan 27 penghargaan individual.
Luar biasa!
"Ini baru permulaan, perjalanan masih panjang dan ikhtiar demi Sukabumi yang religius, nyaman, dan sejahtera (RENYAH) terus dilakukan. Doakan selalu agar kebaikan dapat terus kami lakukan demi Sukabumi, demi anak cucu di masa depan," tandasnya.
Inilah citarasa kepemimpinan seorang kepala daerah sekelas walikota yang layak ditiru para pemimpin di negeri ini. “Bekerja tanpa merasa lelah, Melaju dengan semangat yang sama membangun kota Sukabumi yang kita cintai”, begitu mottonya dalam bekerja.
Pemimpin yang menjalankan amanah, berlaku jujur dan fokus menata daerahnya dan yang terpenting tak perlu marah-marah apalagi sampai mempertaruhkan reputasi politiknya.
Wah, kalau pandai dan mengerti serta memiliki jiwa kepemimpinan tak perlu sampai sebegitunya ya. Seakan menampar wajah sendiri. Memarahi semua anak buah di depan semua orang. Alhamdulillah, untungnya pak Achmad Fahmi tak begitu.
Sssst…sudah, sudah.
Jangan tanya dari partai mana dia berasal. Cukuplah kinerjanya saja yang kita ulas, jangan partainya. Nanti ada yang alergi mendengarnya. Intinya ia muslim yang baik, dan mampu mengelola kotanya dengan gemilang.
Hmm, masih penasaran juga? Haah…
“Ya sudah, sinih kubisikin. Tapi jangan bilang-bilang yaa.. Janji?! oke?”
“Dia itu dari Pe ka es…”
Dah yaa..