Kok Bisa Negara Chechnya Gabung dengan Rusia Perangi Ukraina? Ini Penjelasannya!


TendaBesar.Com - Jakarta - Banyak masyarakat khususnya kaum muslimin mempertanyakan dan menyayangkan Chechnya bergabung dengan Rusia menyerang Ukraina.  Lantas apa tujuan Chechnya menerjunkan pasukan militer untuk bantu Rusia?

Pertanyaan itu banyak sekali ditemukan di masyarakat. Bahkan raut kekecewaan di wajah kaum muslimin juga nampak akibat dari aksi Ramzan Kadyrov sang pemimpin Chechnya yang diketahui islami tersebut.

Usut punya usut ternyata ada kepentingan lebih besar yang membuat Chechnya turun tangan dan angkat senjata menyerang Ukraina.

Mengutip dari Tribunnews.com dalam artikel berjudul Alasan Negara Muslim Chechnya Bantu Serangan Rusia, Ingin Tumpas Kekuatan Besar di Balik Ukraina, Direktur Indonesia Center for Middle East Studies (ICMES), Dina Y Sulaeman, memberikan penjelasan yang dapat menjawab pertanyaan umat islam tersebut.

Dina mengatakan, bahwa bergabungnya Chechnya dengan Rusia untuk menyerang Ukraina bukan semata-mata ingin menyerang Ukraina melainkan  ingin menyerang kekuatan besar yang bersembunyi di balik Ukraina.

"Jadi pemetaan dukungan Chechnya itu adalah Rusia sedang melawan kekuatan besar yaitu Amerika Serikat (AS), dan AS ini punya proksi di Ukraina. Jadi saya rasa Chechnya tahu yang ia lawan bukan semata-mata Ukraina tetapi kekuatan besar di belakangnya yang berperan melakukan kejahatan di negara-negara muslim," kata Dina dalam unggahan kanal YouTube Tribunnews, Rabu (2/3/2022).

Dukungan Chenchnya lanjut Dina, tidak bisa dilepaskan dari peran para pemimpinnya yakni Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebab diketahui bahwa Ramzan Kadyrov adalah sosok yang sangat dekat dengan Vladimir Putin.

"Alasan Chechnya bergabung dengan Rusia itu tidak bisa dilepaskan dari peran pemimpinnya, Ramzan Kadyrov. Dia ini adalah seorang yang sangat dekat dengan Putin," papar Dina.

Dina kembali melanjutkan ulsannya di mana alasan lain Chenchnya ikut andil dalam konflik Rusia-Ukraina, karena merasa telah banyak dibantu oleh Rusia. Pembangunan Chechnya pasca perang Chencen pun atas bantuan dana yang besar pemerintah Moskow.

Disebutkan bahwa Ramzan Kadyrov bahkan bisa membangun sebuah masjid megah yang sangat besar dengan kapasitas 70 ribu jamaah itu juga tidak terlepas dari bantuan pemerintah Rusia.

"Presiden Putin memberikan dukungan yang sangat besar kepada Republik Chechnya. Ini-kan semacam Repoblik Otonomi. Jadi Ramzan Kadyrov ini mendapatkan dana yang sangat besar untuk melakukan pembangunan di Negaranya. Bahkan membangun sebuah masjid yang sangat besar yang digunakan juga untuk pendidikan ", beber Dina.
 
Dina juga menyambung bahwa banyak kaum muslimin Indonesia terkejut dengan dukungan Chechnya pada Rusia . Ia menduga bahwa hal itu terjadi dikarenakan, mayoritas orang Indonesia masih menganggap Rusia adalah rezim komunis sama seperti Uni Soviet. Sehingga banyak yang bertanya mengapa negara muslim seperti Chechnya mendukung pasukan komunis?

"Mungkin kalau orang Indonesia terkejutnya karena banyak orang Indonesia yang mengira Rusia itu rezim komunis, jadi masih disamakan dengan Uni Soviet dulu. Jadi bagaimana mungkin ada pasukan Islam yang mendukung pasukan Komunis. Nah ini perlu diklarifikasi juga, bahwa Rusia bukan lagi Rezim Komunis," jelas Dina.

Sementara itu di tempat nun jauh di sana dikabarkan bahwa Batalyon Azov Ukraina Olesi Peluru dengan Lemak Babi untuk Lawan Pasukan Muslim Chechnya.

Hal itu diketahui dari Al Jazeera yang melansir bahwa aksi itu dilakukan anggota Batalyon Azov. Dalam video  yang diposting pada 27 Februari 2022 itu, seorang pria yang memakai penutup kepala terlihat mencelupkan peluru ke dalam sesuatu yang diduga merupakan lemak babi.

Pria yang diketahui sebagai anggota pejuang Azov tersebut melakukan aksinya sambil bicara kepada pasukan Chechnya dengan nada menyindir dan memperingatkan.

"Saudara-saudara Muslim yang terhormat. Di negara kami, Anda tidak akan masuk surga. Anda tidak akan diizinkan masuk surga. Silakan pulang. Di sini, Anda akan menemui kesulitan. Terima kasih atas perhatiannya, selamat tinggal," ucap pria dalam video tersebut.

Seperti diketahui bahwa batalyon Azov merupakan unit militer infanteri sayap kanan ultra-nasionalis Ukraina yang dilaporkan menganut ideologi supremasi kulit putih dan neo-Nazi.

(mhi/tb)

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak