Trending

Tekad Kami Dan Para Santri


Oleh: R. Ismail Prawira Kusuma M. E. I.
Pengasuh Ponpes Yatim/Dhuafa Takwinul Ummah Karawang

TendaBesar.Com - Opini - Sudah 30 tahun lamanya saya hidup di pesantren, dari model pesantren tradisional (salafiyah) sampai model pesantren yang modern.

Mulai menghirup udara pesantren saat kelas 3 SD, menghabiskan masa Tsanawiyah, Aliyah, kuliah S1 dan S2 di pesantren, hingga sekarang Allah amanahkan menjadi pengasuh pesantren.

Rasanya Belum pernah saya menyaksikan dunia pesantren seperti sekarang ini. Banyak pesantren kini lengang, semua santrinya dipulangkan, dan entah sampai kapan pesantren-pesantren itu “kosong molongpong”.



Bagi para tuan guru dan para kyai khosh, mungkin tak terlampau jadi masalah.  Saat ada santri, mereka mampu memberi manfaat dan merasa bahagia dengan ilmunya dan di saat tak ada santri, mereka justru bisa lebih khusyu’ dan lebih mudah wushul kepada Allah dengan maqam dan ahwal ruhaninya.

Tapi, bagi para santri,  berada di luar pesantren tentu sangat tidak ideal, tanpa bimbingan para guru, mereka sangat rentan dengan pengaruh buruk lingkungan. Ilmunya tak bertamah, ibadahnya tak terjaga, bahkan akhlaqnya mungkin saja tercemar.

Yang paling merakan sesak dan kesedihan amat dalam barangkali santri-santri senior, yang telah bersiap-siap mengikuti wisuda akbar tapi ternyata harus gagal. Momen terindah dan paling bahagia itu tak akan terasa, gara-gara covid-19, begitu keluh mereka.



Tidak hanya urusan santri pulang dan santri wisuda, yang lebih menyedihkan, sebentar lagi kita kedatangan Ramadhan. Bagi kalangan santri, suasana Ramadhan pasti tak akan sama jika dilewatkan di luar pesantren. Ramadhan adalah party-nya santri, Pesta ibadah, pesta ngaji, dan pesta thalabul ilmi, dan bahkan banyak santri yang bisa mengkhatamkan Al-Qur’an 1 kali dalam lima hari ketika di pesantren.

Ada juga pengajian “pasaran” di pesantren-pesantren salafiyah (tradisional) yang pernah saya ikuti, momentum ramadhan dijadikan sebagai ajang menuntaskan ngaji kitab-kitab besar, yang di luar Ramadhan butuh waktu bertahun-tahun untuk menamatkannya. 

Belum lagi kegairahan saat buka dan sahur bersama ratusan bahkan ribuan santri sekaligus, itu menjadi sesuatu tersendiri bagi pesantren di bulan ramadhan.



Ada banyak kisah tentang berhasil “futuh”-nya seorang santri, meraih ilmu laduni,  berkat mujahadahnya selama bulan suci, namun yang lebih penting, kebersamaan mereka dengan para tuan guru, para kyai dan para musyrif-nya yang setiap saat mencurahkan ilmu dan nasehatnya, tapi, semua itu tampaknya tidak akan dirasakan warga pesantren di Ramadhan tahun ini. 

Saya yakin, semua yang pernah mondok merasa sedih atas kondisi ini, Oleh karenanya, dengan memohon pertolongan Allah, saya berusaha melakukan hal yang berbeda, bukan sok jagoan, tapi mudah-mudahan benar-benar berangkat dari keyakinan.

Sejak covid-19 mulai tersebar di negeri ini, kami tetap bertahan di pesantren, dan tak pernah terbersit dalam hati untuk memulangkan para santri. Bukan sekedar agar pesantren tetap ramai, tapi lebih dari itu saya yakin pesantren adalah tempat yang paling berkah untuk para santri, dan In Sya Allah paling aman dan maslahat. 

Buktinya, sejak heboh covid-19 di Negara kita sampai hari ini, Alhamdulillah kondisi kesehatan para santri tetap terjaga, bahkan sepertinya imunitas mereka malah semakin meningkat. 

Kalau sebelumnya, hampir tiap pekan ada saja santri yang mengeluh sakit, namun sejak kehadiran covid-19 ini, keluhan itu hampir tidak terdengar. Kalau sebelumnya setiap Ahad ada saja santri yang terpaksa dibawa ke klinik, maka sudah sebulan ini hanya ada 2 santri yang perlu kami antar berobat. Ini makin menguatkan keyakinan kami bahwa pesantren tempat yang paling aman In Sya Allah.



Meskipun kami juga melakukan berbagai ikhtiar lahiriah, seperti pemberian suplemen, buah-buahan, dan berjemur di bawah sinar matahari setiap hari, juga mewajibkan penggunaan masker dan sarung tangan, juga pemakaian handsanitizer dan penyemprotan disinfectan secara berkala, namun kami lebih yakin bahwa semua ini dapat terjadi karena pertolongan Allah Ta’ala yang Maha Kuasa.

Kami yakin, tak ada ikhtiar yang bisa menghalangi taqdir-Nya, dan tak ada usaha yang dapat menghalangi kuasa-Nya. Dan atas dasar keyakinan itulah, saya bersama para guru dan sekitar 80 santri, bertekad untuk terus meramaikan pesantren kecil kami di Ramadhan ini.

In sya Allah kita akan kembali “pesta ibadah” dan “pesta thalabul ilmi” di Ramadhan ini. Kita bertekad tetap menggaungkan syiar Islam di Ramadhan ini, meskipun hanya di dalam batas dinding-dinding pesantren.



Semoga Allah meridhoi, memberkahi dan senantiasa memberikan pertolongan. Dan tak lupa, kami juga mohon doa dan dukungan dari sahabat semuanya, agar Ramadhan para santri di pesantren kecil kami ini tetap bergairah, tetap meriah, dan makin berkah.

Sekali lagi kami yakin, tempat terbaik untuk para santri adalah di pesantren.

Wa laa hawla wa laa quwwata illaa BILLAHIL ‘Aliyyil ‘Azhiem.

Wallahu Al-Musta’an… 

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak