Kisah Motivasi "Sahabat Surat Miskin" Part - 18


Oleh: Elbar


“Puncak Perjuangan, We Are The Champion”


TendaBesar.Com - KISAH - Setelah satu bulan menunggu, akhirnya pengumuman hasil ujian nasional diumumkan oleh pemerintah. Pagi itu semua orang tua murid berkumpul di sekolah. Mereka sengaja diundang dalam rangka pelepasan murid  kelas sembilan yang telah selesai masa belajarnya. Siswa-siswa tersebut akan segera melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, iya ke SMA tentunya.

Seluruh kelas tujuh hingga kelas delapan diwajibkan masuk seperti biasa. Sekolah mengemas acara ini sebagai acara perpisahan kelas Sembilan, namun orang tua baik kelas tujuh dan kelas delapan juga diundang dalam rangka  silaturroim orang tua atau Riadhussibyan Family Gathering namanya.

Acara itu dikemas dengan berbagai macam penampilan siswa kelas Sembilan. Hal itu dimaksudkan sebagai persembahan terakhir keberadaan mereka di sekolah, karena setelah itu mereka akan berangkat ke masing-masing tujuan sesuai dengan cita-cita mereka.

Ayah dan ibu Mahmud juga hadir dalam perhelatan tersebut. Mahmud terlihat sangat ceria karena di hari  yang bahagia itu, orang tuanya bisa hadir bersama wali murid lainnya. Semua orang tua menggunakan jas kebanggaan sehingga terlihat dengan jelas bahwa mereka orang-orang terpandang dan tidak sedikit dari  kalangan pejabat pemerintahan.
Adapun ayahnya Mahmud tetap seperti biasa, ia berpakaian layaknya pakaian sehari hari. Baju dan sarung apa adanya, maklum mereka bukan pengusaha atau pejabat negara. Sehingga jangankan memakai pakaian jas perlente, memakai  pakaian baru saja  sudah sangat mewah bagi mereka.

Melihat Mahmud yang lagi asyik bercengkrama dengan orang tuanya, Hameeda Bilqies menghampiri dan menyapa mereka
“assalamu’alaikuuuum” ucapnya sembari tersenyum…

“wa’alaikum salam” serentak Mahmud dan keluarganya menjawab suara yang lembut itu…

Eee…Hameeda…, gimana kabarnya…? Mahmud bertanya…

“Alhamdulillah baik…” jawab Hameeda sembari tersenyum…

“Oya Inaak-Amaak , kenalkan… ini Hameeda teman sekelas Mahmud, beliau sangat baik sama Mahmud, dia juga orang kaya …”
“subhanallah… ibunya Mahmud memuji…cantik banget, mirip kayak Dina Lorenza  yang di iklan sampo  TV itu lho…dengan logat sasaknya yang kental”

“Alhamdulillah… Ibu bisa aja memuji…

Hameeda kembali tersenyum, “Mahmud suka berlebihan memujinya… yang kaya itu orang tua saya bukan saya”  kata Hameeda merendah…

“iya ni Hameeda… kami dipaksa sama Mahmud menghadiri acara perpisahan ini, Mahmud bilang mau kasih oleh-oleh,  kejutan buat kami, tapi gak tau oleh-olehnya itu apa.. padahal sebenarnya kami minder hadir di sini, tamu undangan yang hadir rata-rata kelas papan atas,  sementara kami orang kampung yang hidup dalam perjuangan …” celetuk Amak Syawaludin panjang lebar

“gak ada bedanya pak … kelas papan atas atau kelas papan bawah, kan… di hadapan  Allah semuanya sama,  yang paling baik mereka yang paling bertaqwa… betulkan paak…” Hameeda   menegaskan…

“Wah-wah…, kayaknya dah jadi ustazah ni” celetuk Mahmud makin akrab…

“Alhamdulillah atas bimbingan dari Mahmud…” Hameeda menjelaskan…

“Mahmud di sini nakal ya…” celetuk ibunya mencari informasi…

“eee ibu nuduh nii…” Mahmud cuap… 

“Enggak kok bu… Mahmud ini kutu buku, jarang bergaul, anaknya cerdas, pandai dan alim alias shalih banget …” puji Hameeda…

“Heem…mulai melebih lebihkan ni yee…”Mahmud nimpali…

“enggak kok… itu kenyataannya…” Hameeda berusaha meyakinkan…

“Alhamdulillah… Mahmud ini anak sengsara, waktu bermainnya dulu dia habiskan untuk mencari rumput buat pakan sapi yang kami pelihara…, waktu bermainnya habis buat jualan ES mambo sepulangnya dari sekolah…”  cuman dia tidak pernah mengeluh, dia itu pekerja keras…” ayah Mahmud menjelaskan apa adanya…

“Ya pak betul dia ini menjadi idola para guru dan para gadis… sambung Hameeda… soalnya dia tidak banyak bicara tapi otaknya encer banget…he..he…

“Oya… Hameeda… ngomong-ngomong ibu dan bapak kamu dimana..” tanya inak Rukiyah..

“itu lagi asyik ngobrol sama kolega bisnisnya, biasa kalau mereka udah ketemu, lupa dengan segalanya, lupa anaknya juga…”

“Ssst… gak boleh ngomong gitu, gak mungkin orang tua lupa anaknya…” inak Rukiyah mengingatkan…

“Emang bener bu, bapak kalau udah ketemu sama kolega bisnisnya, udaah… asyik sendiri dech, nggak hiraukan anak-anaknya, keluarganya… makanya saya  iri sama  Mahmud…dia mendapatkan orang tua yang sangat sayang pada dirinya, mengalokasikan waktu untuk bercengkrama dengan keluarga…trus terang bu.. saya rindu suasana seperti itu…” Hameeda memelas…

“Ya Allah …, nduuk…? Jangan begitu… ayahnya neng Hameeda juga pasti sayang sama neng, makanya dia tidak menghiraukan waktu, itu semua demi masa depan neng..”

“iya bu.. tapi sebenarnya yang Hameeda lebih butuhkan itu keakraban sama keluarga ketimbang segalanya diukur sama duit, suasana seperti ini, kehangatan, ketenangan, dan keceriaan sangat berharga buat keluarga” pantesan kalau Mahmud cerita tentang ibu sama bapak.. Mahmud selalu meneteskan air mata…”

“oo kalau itu emang bener… soalnya Mahmud ini agak beda dengan kebanyakan orang laki-laki yang lain… di satu sisi ia pemberani, tapi di sisi lain ia kayak wanita, pake perasaan… he..he..” Amak Syawaludin guyon …

“Amaak…  jangan buka kartu… malu sama Si primadona sekolah…”

Hameeda hanya tersenyum… melihat Mahmud yang tersipu.  Dalam hatinya meskipun dia telah mencoba membersihkan perasaannya dari  puing-puing cinta yang masih berserakan, namun entahlah setiap bertemu peria yang satu ini hatinya selalu bergetar hebat. Sejujurnya dia masih berharap kelak Allah mempertemukan dirinya dengan Mahmud dalam cinta yang sesungguhnya yakni cinta yang dibalut ikatan sakral pernikahan agar dirinya bisa melengkapi hidup  Mahmud minimal bisa menghiburnya dalam setiap duka dan lelah yang dirasakan.

“Ya Allah berilah hamba kesempatan mendampingi hidup laki-laki yang bersahaja ini kelak,  jika memang itu yang terbaik, tapi jika  tidak maka janganlah Engkau hilangkan persahabatan kami kecuali dengan kematian. Ya Allah… ampuni hamba-Mu ini…” gumam Hameeda dalam lamunannnya.
  
“Kepada para hadirin yang masih berada di luar, diharapkan memasuki ruang acara” terdengar suara MC mengingatkan para tamu undangan 

“Paak… sepertinya sudah ada panggilan, kita harus segera maskuk, acara akan segera dimulai” Mahmud mengingatkan…
“Ayo…”  ayahnya Mahmud bergegas duluan, sementara ibunya masuk ditemani Hameeda Bilqies, adapun Mahmud menuju ruangan menyusul ayahnya..

Tak lama kemudian acara dimulai. Yang  bertindak jadi panitia adalah semua pengurus osis. Acara dimulai dengan pembukaan dilanjutkan tilawah Al Qur’an disusul  sambutan kepala sekolah, diikuti dengan wejangan dari TGH. Ahmad Hanafi. Kiyai kharis matik itu menyampaikan beberapa pesan kepada siswa yang lulus. Seusai wejangan dari tuan guru, acara dilanjutkan dengan  pengumuman kelulusan siswa yang meraih 5 besar nem tertinggi. Pengumuman dilakukan oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan ustaz Akmaluddin, beliau memulai pengumumannya

“Bismillahirrohmanirrohiiim…

Assalamu’alaikum Wr. Wb”.

“Wa’alaikum slam Wr.Wb…” hadirin menjawab dengan serentak…

“Segala puji hanya milik Allah, salawat serta salam agar senantiasa terlimpahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga dan  para sahabatnya serta umatnya hingga akhir zaman…”

“Alhamdulillah saya ucapkan… bahwa tahun ini anak-anak didik kita dinyatakan lulus seratus persen…”

Alhamdulillah, Subhanallah…riuh gemuruh suara tanda syukur menggema di ruangan tersebut. 

“Dan Alhamdulillah tahun ini anak didik kita mengalami peningkatan secara kemampuan akademik. Kalau pada tahun-tahun sebelumnya anak kita hanya mampu menembus 34 hingga 35 nem tertinggi, namun tahun ini anak-anak kita mampu menembus angka 41,14. Ini sebuah prestasi luar biasa sepenjang sejarah sekolah ini berdiri. Dari DINAS  kecamatan mengatakan sekolah kita saat ini masuk 5 besar dalam prolehan Nilai Ebtanas Murni (NEM). Sekali lagi kita patut bersyukur bahwa sekolah kita memiliki siswa-siswi yang sangat cerdas, meskipun mereka tidak didukung dengan fasilitas memadai dalam proses belajar di sekolah ini, dikarenakan keterbatasan kami dalam pengadaannya, namun patut kita acungi jempol bahwa sesungguhnya mereka sangat kreatif”.

Oleh karena itu izinkan kami dari sekolah memberikan penghargaan kepada anak-anak berbakat yang kami miliki, yang telah mampu mengharumkan nama sekolah ini. inilah mereka sepuluh besar NEM tertinggi di sekolah kami, mereka adalah: Peringkat sepuluh besar dengan nem 35,67, atas nama Miskah. Pringkat sembilan besar dengan nem 35, 87 atas nama Sunaseh Ghobi.  Urutan kedelapan besar dengan nem 36, 25 atas nama Nur’aini. Pringkat tujuh besar dengan nem 37,39 atas nama Hameeda Bilqies. Pringkat enam besar dengan perolehan nem 37, 77 atas nama Ihsan Keraf. Peringkat ke lima dengan nem 37, 98 atas nama Muhammad Khalid. Peringkat ke empat dengan nem 38,12 atas nama Maisaroh. Peringkat ke tiga dengan nem 38,69 atas nama Habibulloh. Pringkat ke dua dengan jumlah nem 38, 81 atas nama Soepratman Ghazi dan pringkat pertama dengan prolehan nem 41,14 atas nama Mahmud.

Ayah Mahmud sepontan terkejut dengan capaian anaknya

“ya Allah Alhamdulillah.., terimakasih ya Allah” gumam ayah Mahmud sambil meneteskan air mata.

Ibundanya Mahmud yang kebetulan duduk di dekat Hameeda Bilqies juga tidak kalah terkejutnya, ia tidak menyangka anaknya yang berletih ria dalam kubangan kekurangan itu kini menjadi anak hebat yang mampu mengharumkan nama sekolahnya.

“Ya Allah terimakasih Engkau telah  menganugrahkan kami anak yang berjiwa pejuang, doanya dalam hati”.

Hameeda Bilqies makin terperangah  dengan capaian Mahmud. Dia benar-benar anak yang menakjubkan. Ditengah kehidupannya yang serba kekurangan, pemuda ini senantiasa menorehkan prestasi yang mengagumkan. “Ya Allah engkau benar-benar adil dalam hidup ini, engkau telah menunjukkan kepada semua orang bahwa orang kaya tidak selalu berada di atas dalam hidupnya… terimakasih engkau telah memberikan pelajaran berharga pada hamba yang bergelimang fasilitas ini…”

“Alhamdulillah tahun ini dua orang siswa mampu menembus delapan dan empat  besar ditingkat kabupaten yakni ananda Soepratman Ghazi berada di posisi delapan besar prolehan nem dan ananda Mahmud mampu menembus empat besar. Ini adalah anugrah terindah untuk sekolah dan juga oleh-oleh terindah untuk orang tua mereka. 

Demikian pengumuman ini kami sampaikan  wassalamu’alaikum wr.wb”.

Demikian ustaz Akmaludin menutup kalimatnya dengan wajah sumringah tanda bahagia karena siswa-siswinya telah menorehkan prestasi yang luar biasa. 

“Selanjutnya kepala dinas Kabupaten Lobar untuk memberikan sambutannya..

“Assalamu’alaikum Wr.Wb, beliau membuka kata-katanya..”

“Alhamdulillah kami dari Dinas Pendidikan Kabupaten Lobar, mengucapkan selamat kepada MTs Riyadhussibyan yang telah mampu menembus empat besar raihan prestasi siswanya, saya juga ucapkan selamat kepada kedua siswa yang telah berhasil masuk dalam sepuluh besar raihan nem tertinggi siswa di seluruh kecamatan Gunung Sari. Secara keseluruhan ada 250 sekolah SMPN, SMPS dan MTs  yang beroprasi di Kab. Bogor dengan total jumlah siswa mencapai 17.500, dan yang mengikuti EBTANAS tahun ini mencapai 5.800 siswa. Artinya saudara Mahmud dan Soepratman Ghazi telah mampu menyisihkan 5.798 siswa yang nilai EBTANAS murninya berada dibawah mereka. 

Ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi kami Dinas Pendidikan Kabupaten Lobar dan juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi sekolah  ini tentunya. Kami  sangat mengapresiasi atas prestasi sisiwa-siswa ini dan insya Allah pemerintah melalui Bupati Lobar akan memberikan kenang-kenangan kepada sepuluh siswa berprestasi ini. waktu dan tempat pemberian kenang-kenangan akan kami kabarkan melaui surat undangan. Demikian sekali lagi kami ucapkan selamat kepada seluruh siswa MTs Riyadhussibyan yang telah sukses lulus seratus persen dalam ujian EBTANAS tahun ini. wabillahi taufiq wal hidayah wassalamu’alaikum wr. Wb”.

Demikian kepala dinas memberikan sambutannya dan disambut tepuk tangan meriah dari seluruh hadirin yang hair.
 “Baik kita sampai pada ancara puncak atau penutup dengan do’a bersama. Namun terlebih dahulu kita saksikan oleh-oleh yang akan Mahmud hadiahkan khusus kepada kedua orang tuanya, juga kepada guru-gurunya dan kepada seluruh orang yang telah berjasa atas dirinya…”

“Kepada saudara Mahmud kami persilahkan..” pinta MC

Wajah teduh itu muncul dari balik tirai, berjalan dengan langkah pasti bagaikan sosok pemuda yang penuh kharisma dan berjiwa pejuang, dia menghampiri mikerophon dan memulai kalimatnya…

“Assalamu’alaikum wr, wb…”

Yang saya hormati Ibu dan Ayah tercinta…, Mahmud tertunduk seolah mengingat sesuatu…, ia menegakkan kembali kepalanya dan terlihat matanya berkaca-kata… ibu-ayah saya sangat mencintai kalian berdua”.

Ibu dan ayahnya-pun meneteskan air mata mendengar suara anaknya yang parau itu..

“Yang saya hormati… ayahanda Bapak TGH. Ahmad Hanafi dan Ayahanda TGH. Ahmad Taisir, terimakasih atas bimbingan ayahanda berdua selama ini..”

“Yang saya hormati… para asatiz dan asatizah…, terimakasih atas ilmu yang telah kalian ajarkan selama ini…, maafkan jika selama dalam belajar… banyak kata dan tingkah polah saya yang tidak berkenan…”

Suasana hening membisu…, semua pandangan tertuju pada Mahmud yang bersahaja itu..

“Izinkan saya berdiri di hadapan semuanya untuk menyampaikan sebuah puisi luahan  hati saya atas jasa orang tua saya dan jasa semuanya sehingga saya bisa selesai di sekolah ini”.

“Saya teringat saat itu mentari fajar mulai menyingsing di ufuk timur, kegundahan saya akan peristiwa yang tidak pernah saya harapkan harus terjadi, berpisah dengan teman-teman saya dari bangku sekolah dasar. Ya… memang waktu belajar telah usai namun ada rasa yang  bergejolak dalam diri saya. kondisi keluarga saya yang ber-ekonomi rendah, membuat diri saya bertanya mengapa saya tidak lahir dari orang berpunya untuk bisa sekolah seperti mereka..? bahkan saya bertanya kepada Rabb Ar-Rohman apakah adil saya lahir dari keluarga miskin yang hanya mampu menyekolahkan saya cukup sampai sekolah dasar..? sementara mereka bisa sampai perguruan tinggi…?

Itulah pertanyaan konyol saya, yang menggambarkan betapa saya sangat berfikiran ficik dan prustrasi atas nasib yang saya alami, padahal Allah telah memberikan ni’mat yang tidak mungkin saya menghitungnya… tidak ada yang berputus asa dari Rahmat Allah kecuali orang-orang tidak beriman… ya Allah ampuni dosa hamba…”

Semua peserta menyimak setiap ucapan yang meluncur dari mulut Mahmud…, ada yang berkaca-kaca, ada yang manggut-manggut dan ada juga yang biasa-biasa.. lalu Mahmud melanjutkan..

“Saya sampai di sekolah ini atas jerih payah  ayah tercinta yang menggadaikan harga dirinya demi secarik kertas “Surat Keterangan Miskin”. Saya mampu berdiri di sini atas ribuan tetesan air  mata ibu saya yang senantiasa menyempatkan diri menjumpai Robb-nya di tengah malam dalam sujudnya yang panjang. Saya mampu hadir di sini atas jerih payah kakak saya yang membanting tulang mencukupi kebutuhan keluarga kami.. ya Allah mudahkan rizki ayah ibu dan kakak saya…

“Saya bisa hadir disini karena kemurahan hati ayahanda TGH. Ahmad Hanafi yang memberikan kamar pondoknya dengan cuma-cuma. Semoga Allah panjangkan usia beliau dan mempermudah rizkinya…saya mampu tegar seperti ini karena wejangan-wejangan penuh makna dari ayahanda T.G.H Ahmad Taisir yang senantiasa memberi motivasi, semoga Allah melapangkan urusannya… saya tetap bersemangat dalam hidup ini karena dorongan dari tema-teman saya yang luar biasa, terimakasih sahabatku atas semua motivasi yang telah kalian curahkan untukku…”

Demikian, Mahmud menyampaikan luahan hatinya dan tidak sedikit orang tua yang berdecak kagum terhadap siswa sederhana itu, Tak terkecuali ayahnya Hameeda Bilqies yang diam-diam serius memperhatikan pada pemuda yang sering diceritakan anaknya tersebut.

Setelah itu acara dilanjutkan dengan do’a dan ditutup dengan bersalaman antara orang tua dan guru serta disusul murid dan guru sebagai simbol bahwa mulai hari itu siswa kelas sembilan sudah lepas dari sekolah. Selanjutnya tugas mereka meneruskan perjuangan mereka ke jenjang yang lebih tinggi dengan tetap pada prinsip yang telah diajarkan di sekolah Riyadhusshibyan.

Seusai acara digelar, seluruh siswa kelas sembilan berkumpul untuk reoni sejenak sebelum mereka benar-benar akan berpisah dan entahlah apakah kelak mereka akan bertemu atau tidak.

Mahmud sebagai siswa yang paling cemerlang membuka pertemuan dengan ucap salam.

“Assalamu’alaikum wr.wb. teman-teman semua Al hamdulillah kita sudah menyelesaikan pendidikan lanjutan pertama kita, saya ucapkan selamat, kita semua  lulus 100%, Alhamdulillah. Sebelum kita berpisah saya ingin menyampaikan kepada antm semua, saya mencintai antm karena Allah, saya mencintai kalian karena Allah, saya mencintai semuanya karena Allah. Dalam kesempatan ini saya juga minta maaf jika selama bersama kalian ada kata membekas lara dan tingkah polah menoreh luka mohon maafkan saya agar ringan langkah ini menyongsong masa depan dengan penuh harapan, demikian juga saya telah memaafkan antm semua. Terakhir mohon do’a antum semua saya ingin masuk pondok pesantren Al Ishlahuddiny insya Allah.. Semoga Allah mudahkan

Supratman Ghazi, disusul Sunaseh, Khalid, Habibullah dan lainnya berdiri, mereka bergandengan tangan laki dengan laki, perempuan dengan perempuan, sembari bersimbah air mata mereka  menyanyikan lagu “we are the champion”

The End

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak