Oleh: Shobri, M.E.I.
TendaBesar.Com - Opini - Pendidikan memegang peranan yang sangat setrategis dalam membentuk pola pikir dan kebudayaan masyarakat. Karena pendidikan, suatu bangsa memiliki peradaban dan kebudayaan menakjubkan. Demikian juga sebaliknya, pendidikan memiliki dampak negative terhadap keberlangsungan peradaban yakni melahirkan peradaban rimba yang mengerikan. Apabila pendidikan berjalan di atas kebenaran, terbingkai dengan nilai-nilai moral dan spiritual agama yang kental, maka pendididkan tersebut akan menghasilkan peradaban yang indah dan menawan, namun sebaliknya jika pendidikan dikendalikan oleh pendidik yang jauh dari kebenaran, terpisah dari sentuhan-sentuhan ajaran agama yang kuat, maka pendidikan tersebut akan melahirkan anak didik yang fasad dan di masa mendatang dari mereka akan lahir budaya dan kebiasaan yang rusak dan amoral.
Kebudayaan adalah jiwanya suatu masyarakat dengan segala bentuk norma yang dimilikinya. Norma-norma itulah yang telah hidup beratus tahun atau bahkkan beraba-abad, kemudian mengarahkan kehidupan masyarakatnya untuk masa kini dan masa yang akan datang. Kebudayaan adalah kekuatan sebuah masyarakat, karena didukung oleh pribadi-pribadi yang dinamis sebagai aktornya. Aktor-aktor tersebut dikembangkan dan dibina oleh proses pembinaan (coaching), pengajaran (teaching), kebiasaan (al‘adah) atau pendidikan (tarbiyyah). Tidak mengherankan apabila dunia pendidikan menjadi ajang rebutan dalam masyarakat modern, karena lembaga-lembaga pendidikan adalah dapur masa depan suatu masyarakat dan bangsa. Lembaga-lembaga pendidikan menjadi arena perebutan pengaruh dari kelompok-kelompok masyarakat untuk kepentingan dan keberlangsungan kelompoknya.
Sayangnya kebanyakan lembaga pendidikan saat ini didominasi oleh aktor-aktor yang tidak berjalan di atas kebenaran, aktor-aktor yang tidak mengedepankan ajaran agama dalam sistem regulasi pendidikannya sehingga membuat esensi pendidikan yang semestinya menjadikan anak didik tumbuh di atas pemahaman yang benar serta mengetahui tujuan hidupnya, berubah fungsi menjadi sebaliknya mengarahkan anak didiknya pada kegalauan, kebimbangan, kerusakan dan keberutalan moral.
Setiap mata ajar berdiri dengan karakteristiknya sendiri tanpa bersanding dengan karakteristik pemahaman agama yang mendalam, akhirnya mata pelajaran menjadi hampa, hanya mengedepankan knowledge tapi kering dari nilai-nilai spiritual. Dan lebih mengkhawatirkan lagi jika para pendidik muslim juga terpropokasi dengan propaganda pemisahan antara ilmu terapan dengan ilmu keagamaan sehingga ikut berkontribusi dalam melanggengkan misi skularisasi pendidikan.
Oleh karenanya dibutuhkan trobosan yang mampu menyelamatkan dunia pendidikan agar kembali pada khittohnya yang sebenarnya yakni mengarahkan anak didik menjadi pribadi-pribadi berkualitas, berperadaban tinggi, berilmu pengetahuan, menemukan jati diri dan bertaqwa kepada Allah Robbul‘izzati.
Covid-19 Dan Kejujuran.
Merebaknya pandemic yang semakin tak terbendung hingga menembus puluhan ribu kasus, tidak sedikit berasal dari langkanya kejujuran. Barangkali tidak selamanya penderita covid-19 yang menjadi tumpuan kesalahan karena tidak jujur, namun perlu juga kita sebagai masyarakat introfeksi bahwa tidak sedikit di antara masyarakat yang menolak mereka-mereka yang notabene bekerja di tempat-tempat rawan terpapar covid. Barangkali itulah yang menyebabkan mereka yang mengetahui dirinya sudah terpapar, namun takut dijauhi oleh masyarakat akhirnya dia menyembunyikannya.
Disilah diperlukan keberanian bersikap jujur, baik mereka yang terpapar covid, maupun kita yang mejadi tentangga mereka. Mereka yang terpapar dibutuhkan kejujuran agar tidak menyebabkan lebih banyak lagi terjadinya kemudharatan, sementara yang tidak terpapar perlu berlaku jujur bahwa apapun ceritanya mereka adalah saudara sebangsa bahkan mungkin saudara sedarah yang harus didukung, disuport dan dibantu.
Ramadhan Dan Kejujuran
Alhamdulillah meskipun dalam keterbatasan, tahun ini kita masih diberikan kesempatan bertemu bulan penuh berkah, penuh rahmat dan ampunan, bulan Ramadhan.
Ramadhan mengajarkan manusia agar berani jujur dalam segala hal, walaupun kejujuran itu berat bak bara api yang amat panas. Siapaun orang yang mengaku beriman kepada Allah, dalam menjalankan ibadah puasa meskipun berada pada tempat yang sepi, tidak akan memiliki keinginan untuk berbuka di siang hari. Ia berusaha jujur pada Allah, pada dirinya sendiri juga pada orang lain. Karena itu pelajaran yang amat berharga dari bulan Ramadhan adalah pelajaran kejujuran.
Matematika Dan Kejujuran
Matematika adalah satu mata pelajaran dalam dunia pendidikan yang memiliki daya tarik tersendiri untuk kita diskusikan. Ia merupakan ilmu pengetahuan terapan yang mengisi hampir seluruh mata ajar lain yang diajarkan. Ketika berbicara pelajaran IPA, IPS, Fisika, Psikologi, Geologi, Antropologi, Ekonomi, Kedokteran bahkan Ilmu agama sekalipun, kita pasti akan menemukan adanya peranan matematika di dalamnya. Dalam pelajaran ilmu mawaris, ilmu yang berkaitan dengan pembagian harta warisan keluarga yang ditinggalkan juga dapat kita saksikan betapa matematika terlihat sangat kental di dalamnya. Lalu adakah hubungan matematika dengan akhlak..? menarik untuk kita kaji bersama.
Ketika kita mendengar Allah berfirman dan bersumpah dengan “waktu atau benda”, maka dipastikan waktu atau benda tersebut memiliki pelajaran berharga. Allah berfirman dengan waktu subuh ternyata ada rahasia didalamnya, bagi mereka yang melaksanakan shalat subuh di samping mendapatkan rahmat yang banyak, shalat subuh juga berfungsi untuk terapi kesehatan paru-paru. Adapun shalat zuhur sebagaimana hasil penelitian terkini ilmu kedokteran baik untuk terapi kesehatan jantung dan usus kecil, shalat asar untuk terapi kesehatan kandung kemih. Fungsi utama kandung kemih adalah mengubah cairan tubuh menjadi air kencing dan mengeluarkannya dari tubuh. Jika fungsi tersebut berjalan sebagamana mestinya, terjadilah keseimbangan kimiawi dalam tubuh sehingga metabolisme terjaga. Jika fungsi ini terhambat, akan terjadi penumpukan cairan yang tidak bermanfaat dan mengandung toksin sehingga mempengaruhi kerja organ-organ internal lainnya. Sementara shalat maghrib berfungsi untuk terapi kesehatan ginjal dan shalat isya untuk terpi agar tidak mengigau saat mengalami panas yang sangat tinggi. Subhanallah..
Bagaimana dengan pelajaran matematika yang melekat di hampir semua mata pelajaran?
Sebagaimana kita ketahui bahwa percobaan sederhana dalam ilmu matematika mengajarkan kepastian. 3+3=6, 3x3=9, 3-3=0 dan 3:3=1. Percobaan sederhana ini mengisyaratkan kepada kita bahwa matematika membawa misi akhlak mulia yakni kejujuran. Tidak seorangpun dalam ilmu matematika berani mengatakan bahwa 3+3=5 atau 5+2=10 itu pasti dusta, namun berbeda halnya dalam ibadah shalat, satu di masjid berjama’ah dengan satu di rumah sendiri memiliki nilai berbeda. 1 + berjama’ah di masjid = 27 sedangkan 1 + sendiri di rumah = 1, itu kepastian sunnah.
Misi kepastian dan kejujuran yang dibawa oleh pelajaran matematka sejatinya juga disampaikan oleh para orang tua, pendidik, guru, asatiz dan para kiyai, sebab jujur atau tidak, saat ini masyarakat mengalami krisis kejujuran secara masal. Para guru dengan tugas dan fungsinya yang sangat strategis mestinya menjadi garda terdepan dalam menyiasati gerakan anti kedustaan dan cinta kejujuran. Salah satunya melalui pelajaran matematika guru bisa menanamkan nilai kejujuran kepada dirinya juga terhadap anak didiknya.
Demikkian juga dalam hal menjemput rizki, siapapun kita guru, pendidik, tenaga kependidikan, tehnokrat, birokrat, pedagang, pemulung dan apapun profesinya, harus jujur dan berhati-hati jangan sampai terjebak pada hal-hal yang dapat membuat integritas dan kredibilitasnya menjadi absurd dihadapan sang pemilik rizki, Allah Subhanahu Wata’ala, misalnya dengan merekayasa data, memanipulasi administrasi hanya untuk mendapatan keuntungan pemuas dahaga semata. Dalam bahasa ekonomi syari’ah harta yang kita dapatkan harus terbebas dari tiga hal utama yakni riba (tambahan yang tidak dibenarkan), gharar (spekulatif, manipulative atau rekayasa) dan maisir (adanya unsur perjudian di dalamnya) dengan kata lain rizki yang kita dapatkan harus halal.
Covid-19 membawa pesan jujurlah, karena jika tidak, akan makin banyak kemudharatan yang terjadi. Ramadhan membawa pesan kejujuran dan disiplin waktu, dalam kondisi apapun manusia harus taat kepada perintah Allah agar terhindar dari berbuat kemaksiatan. Demikian juga matematika telah menitipkan pesan pada kita “jujurlah karena kejujuran akan membawa keberkahan” bisa jadi secara materi kita kekurangan namun ketenangan batin senantiasa akan bersama dan itulah kekayaan yang sesungguhnya.
Wallahu’alam…
Semoga bermanfaat…