Agama Candu Masyarakat? Tanggapan Fenomena Agama Di Tengah Pandemi Covid-19


Dr. Abdurrahman Misno BP, MEI 
Direktur Sekolah Pascasarjana INAIS Bogor

TendaBesar.Com - Opini - Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia memberikan satu hikmah yang sangat berharga, yaitu lemahnya manusia serta butuhnya mereka akan Tuhan dan agama sebagai jalannya.  Fenomena do’a bersama di Brasil, adzan bersama di Madrid, Spanyol hingga doa bersama di atap-atap negara Maroko menjadi bukti bahwa manusia itu pada dasarnya meyakini adanya Tuhan, dan agama adalah jalan yang diyakini dapat sampai kepadaNya.

Pandemi Covid-19 yang menjadi ancaman masyarakat dunia menyadarkan mereka bahwa ternyata manusia itu lemah, dalam hati yang paling dalam mereka meyakini ada Dzat yang Maha segalanya yaitu Tuhan. Agama sebagai jalan menuju Tuhan menjadi sarana (media) ketika manusia sudah berada di ujung harapan, berada pada keputusasaan. Ketika pandemi ini semakin menyebar dan memakan banyak korban, maka agama sebagai jalan menuju Tuhan menjadi harapan terakhir.

Agama, pada masa lalu oleh beberapa tokoh dianggap sebagai candu masyarakat. Ya... karena ketika manusia lemah dan berada di ujung harapan hanya agama yang mampu untuk menjawabnya. Teori bahwa agama itu candu atau minimal mirip dengan candu bisa jadi benar karena agama adalah jalan yang selalu akan digunakan oleh manusia ketika ia telah berada di ujung keputusasaan. Kesalahan teori ini adalah ketika menganggap bahwa agama itu seperti candu yang akan menghancurkan kehidupan manusia itu sendiri.

Agama seperti candu masyarakat adalah dalam konteks sebagai tempat untuk kembali dan melepaskan segala bentuk kesusahan. Tetapi agama bukan candu yang membuat masyarakat menjadi ketagihan atau hancur karenanya. Agama adalah jalan yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta, ia ada di dalam diri setiap manusia. Ia memang tempat untuk kembali dari segala kesusahan, namun ia tidak merusak. Sebaliknya, agama sebagai tempat kembali adalah satu jalan yang akan mencapai kepada jalan yang benar, ujung dari segala bentuk keputusasaan.

Fenomena agama akan selalu ada, bahkan ketika manusia sudah berada di puncak prestasinya. Ia adalah jalan bagi orang-orang yang kesusahan, menjadi tempat bersandar dari berbagai musibah yang datang. Agama juga hadir ketika manusia berada dalam kebahagiaan, ia adalah media untuk memberi makna dalam kehidupannya.

Maka, pandemi Covid-19 menjadi media untuk seluruh umat manusia untuk kembali kepadaNya, kembali kepada jalan agama untuk menuju kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Agama adalah jalan, yang akan membawa manusia kepada kepasrahan, tunduk patuh kepada seluruh aturanNya bagi yang bersifat qaully (firman) ataupun kaunny (semesta). Inilah makna Islam, menyerahkan sepenuhnya segala yang berlaku di dunia ini hanya kepada Allah Ta’ala. Kita hanya berusaha Allah jua yang akan menetapkannya, kita tidak takut dengan Covid-19 karena ia juga adalah makhlukNya. Kita hanya berusaha agar ianya tidak membawa mudharat yang lebih banyak bagi umat manusia.

Banyak hikmah dari pandemi ini, dan kembali kepada agama sebagai jalan menuju Tuhan adalah solusinya.  Agama bukan candu masyarakat, ia adalah jalan menuju Tuhan karena dengan agama kebahagiaan sejati akan dapat didapatkan, tidak hanya di dunia tapi juga kebahagiaan abadi di alam sana.

Semoga Allah Ta’ala segera menghentikan pandemi Covid-19 ini sehingga umat Islam dan juga manusia pada umumnya kembali hidup tanpa ada rasa ketakutan, Aamiin Ya Rabbal alamiin. 

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak