Begini Kalau Masjidnya Friendly! Buka 24 Jam! Patut Dicontoh!

ilustrasi Masjid Friendly.akamaized.net

Oleh: Jaharuddin
(Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat MUI Pusat)

TendaBesar.Com - Opini - Pagi ini membaca spanduk Masjid Al-Ghoffar di Jl. Raya Losari 86, Singosari, Malang, beredar di media sosial.  Dan yang menarik adalah kata-kata dalam sepanduk tersebut seperti begini:

Mampir sholatnya sini aja dulurs Yooh…
Bisa Nunut mandi/toilet bersih
Dengan tidak meninggalkan warisan

Bisa ngecharge HP gratis (ipon, xiomay, hp jadol pun siap)

Kopi, Teh seduh/Air Mineral
(Tinggal Cur itikikikitik) + Snack

Boleh numpang istirahat
(Ngiler ditanggung takmir)

Ada sarung mukena sajadah sering dicuci (anti ngeres) 
+ baju taqwa auto hansem

Sedia loker barang (bawaan aman sholatpun tenang, hatipun riang)

Musafir, anak kecil, kurir, ojek online, pemulung, sales, pengemis, pengamen, dsb siapapun anda asal muslim beriman

welcome

Lebih kurang begitu kata-katanya.

Saya juga teringat pendahulunya, seperti Masjid Raya Al Insan, Patal Senayan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, yang juga bertransformasi menjadi Masjid Friendly.

Dewan Kemakmuran Masjid, membuka masjidnya 24 jam, untuk tamu Allah, masjid ramah Backpacker/Musafir.

Pengurus DKM menyebarkan informasi di media sosial, seperti ini bunyinya:

Untuk Sahabat Shalih semua yang memerlukan tempat bermalam di sekitaran Jakarta Selatan, khususnya wilayah dekat Kebayoran Lama, Senayan, Palmerah dan Sekitarnya dapat menghubungi Pengurus Masjid Raya Al Insan.

Disediakan : 
*Tenda dengan jaring anti nyamuk 
*Kasur busa untuk tidur, 
*Loker penyimpanan untuk barang dengan kunci.
*MCK/Toilet yang representatif

Cukup dengan menghubungi pengurus Masjid, menyerahkan kartu Identitas yang masih berlaku, dapat langsung bermalam di Masjid untuk maksimal 2 malam.

Nara Hubung:
Rudy Priyanto: 087875662400
Ari Kuncoro: 08987899727

Semakin banyak masjid friendly, ada masjid Jogokariyan, yang terkenal dengan saldo kasnya NOL, dan berbagai masjid yang telah terlebih dahulu menginisiasi.

Konsep lama pengelolaan masjid yang berlomba lomba membangun masjid megah, mulai bergeser menjadi masjid makmur dan megah, saldo kas masjid ratusan juta di deposito, secara bertahap bergulir kembali ke jamaah.

Masjid terkunci rapat, hanya di buka saat sholat saja, terkadang jamaah yang masbuk di tunggui pengurus masjid, cepat-cepat selesai sholatnya agar masjid di kunci lagi, ada pengumuman dilarang bawa anak-anak, dan berbagai cara terdahulu sepertinya semakin kurang relevan dengan perkembangan zaman.

Ada pula masjid yang mendirikan sekolah/madrasah/kampus, karena tuntutan zaman, semakin hari biayanya semakin mahal, bahkan terkadang dikatakan Sekolah Dasar Islam Termahal, yang mampu bersekolah di sekolah tersebut adalah kalangan ekonomi menengah dan atas. Misi pendidikan untuk semua kalangan termasuk ekonomi bawah, terhambat oleh biaya yang tidak murah.

Perlu berbaik sangka, pengurusnyapun ingin menghadirkan pendidikan berkualitas, murah bahkan gratis. Namun tidak mudah mengelola biaya yang semakin mahal, kebutuhan sarana prasarana pendidikan berkualitas yang semakin mahal, tenaga kependidikan, guru/dosen yang perlu digaji layak, berakibat biaya sekolahpun disesuaikan, semakin mahal. Perlu terobosan agar sekolah/madrasah/kampus yang berbasis masjid semakin friendly dengan semua kalangan.

Eranya pengurus masjid membuka masjidnya seluas-luasnya kepada jamaah dengan pelayanan maksimal, disediakan sarapan, disediakan nasi kotak setelah sholat jum’at, ada teh, kopi, camilan dan berbagai pelayanan kekinian lainnya.

Lebih mendekati esensi hadirnya masjid di tenggah masyarakat, kehadiran masjid menjadi pusat aktivitas pendidikan, muamalah dan peradaban. Sebagian awalnya motif makanan, teh/kopi, kenyamanan, snack, dll. Seiring waktu, masjid menjadi solusi masyarakat, menjadi pusat pendidikan, muamalah, dan peradaban. Masjid sebagai pusat ibadah mahdhoh, akan menjadi lebih bervariasi dengan hadirnya kegiatan muamalah lainnya, bahkan urusan negarapun di bahas di masjid.

Dampak Sosial Ekonomi

Secara bertahap aktivitas ini akan berdampak besar bagi sosial ekonomi, masyarakat akan merasakan bahwa masjid adalah solusi. Masjid bisa jadi langkah awal kembali guyubnya masyarakat dan keluarga, jika masjid bisa menjadi pusat pendidikan, muamalah, dan peradaban, rasa keimanan dan kekeluargaan akan semakin kental.

Jika ada yang berfikir, ketakutan industri, misalnya jika orang semakin mudah mendapatkan tempat menginap, bisa mengancam industri perhotelan. Justru dengan difungsikannya masjid dengan pelayanan prima, akan muncul segmen baru kunjungan bisnis dan pariwisata yang semakin mudah dan murah. Membuat industri MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) akan semakin bergeliat, perputaran akan semakin kencang. Industri pariwisata dan hotel perlu penyelarasan agar mengambil segmen baru, yaitu segmen MICE ramah muslim. Artinya tidak akan menganggu industri perhotelan.

Menurut Sistem Informasi Masjid Kementerian Agama, jumlah masjid di seluruh Indonesia sebanyak 277.927 unit. Rinciannya, terdapat satu masjid negara, 33 masjid raya, 423 masjid agung, 4.793 masjid besar, 226.152 masjid jami, 966 masjid bersejarah, dan 45.553 masjid di tempat publik. (katadata.co.id). Jika pengelolaan masjid sebanyak 277.927 unit ini semakin muslim friendly, ekonomi akan bergerak semakin kencang, perjalanan akan semakin murah, ibadah semakin baik, kualitas perjalanan akan semakin bermakna.

Di tunggu kreatifitas, inovasi pelayanan masjid-masjid selanjutnya, jadikan masjid menjadi pusat ibadah, pendidikan, muamalah dan peradaban dengan mudah dan murah.

Pondok Pinang, 1611021 PK11.09WIB

Sekedar Berbagi..Semoga bermanfaat..
Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak