Trending

Kisah Motivasi "Sahabat Surat Miskin" Part - 3


Oleh: Elbar

"Secercah Harapan Itu Masih Ada"


TendaBesar.Com - Kisah - Satu demi satu orang tua berangsur keluar dari ruangan, acara perpisahan itu telah berakhir, semua terlihat bahagia, karena semua siswa kelas 6 SDN 2 Batu Layar dinyatakan lulus.

Mahmud menuggu ayahnya dengan harap cemas, lama sekali ayahnya belum juga keluar dari ruangan, semua hadirin telah bergegas ke rumah mereka masing-masing untuk merayakan hari bahagia itu. 

Ayah Mahmud akhirnya keluar dari ruangan dengan wajah yang bersemangat dan senyum yang tulus, ia menghampiri anaknya Mahmud seraya berkata.
  
“Mud..! insya Allah kamu bisa melanjutkan sekolahmu nak… tadi amak telah mendapat informasi dari pak guru, beliau bilang di daerah Lendangre ada sebuah pondok pesantren namanya Ponpes Riadhusshibyan, di samping belajar kitab kuning, ponpes itu juga melaksanakan pendidikan formal Tsanawiyah, jadi kamu bisa belajar dua kali, pagi belajar di sekolah dan sore hingga malam kamu bisa belajar kitab kuning di pesantren. Pak guru juga menyarankan agar amak meminta surat keterangan miskin dari desa dan kecamatan agar bisa mendapatkan keringan biaya sekolah, tutur Amak Syawaludin dengan penuh semangat. Gimana apa  kamu berminat?” 

Mahmud langsung bersujud syukur sembari meneteskan air mata. “ya Allah ternyata Engkau masih menyayangi hamba yang lemah ini, terima kasih ya Allah, lama Mahmud khusuk dalam sujudnya”.

Ia bangun perlahan dan memeluk ayahnya sangat erat sembari berucap:

“Amak..Mahmud sangat seneng isik kabar niki  ” jawab Mahmud kental dengan bahasa sasaknya

“Ya amak juga seneng liat kamu bersemangat seperti ini… kata ayahnya menimpali ”

Mahmud dan ayahnya pulang menyusuri bukit demi bukit dengan sangat bersemangat. Mahmud ingin sekali segera sampai ke rumahnya karena  ingin cepat-cepat menyampaikan kabar gembira itu pada ibu dan kakaknya.

Di tengah perjalanan, dada Mahmud bergemuruh hebat, ia sangat bahagia, senang, dan semua perasaan gembira berkumpul dalam hatinya. Bayangan indahnya  belajar di bangku Tsanawiyah-pun sudah mulai dia lukis dalam khayalnya. Ia membayangkan ada banyak teman baru yang  akan dia jumpai. Akan ada banyak guru baru di tempat ia menimba ilmu dan yang paling membahagiakan bagi diri Mahmud yaitu dia bisa belajar pada seorang tuan guru pimpinan pondok pesantren Riadhusshibyan yang sangat di segani itu. 

“Ya Allah, segerakanlah waktu itu” gumamnya.

Sesampainya di rumah, Mahmud  langsung menemui ibunya yang berada di kebun, sedang ngawis untuk pakan ternak mereka.

“Inaaaak! Teriaknya, insya Allah eku genku ngelanjutin juk pesantren, do’eeku aok  ” saya akan melanjutkan ke pesantren, doakan saya ya..begitu Mahmud berlari dan memeluk ibunya.

Ibunya terharu melihat Mahmud yang begitu bersemangat sembari tersenyum dan meneskan air mata, dia memeluk anaknya  dengan eraaat sekali.

“Ibu selalu mendo’akan agar cita-cita kamu tercapai anakku” 

“Ya Allah gumam ibunya sembari melanjutkan do’anya, Rabbi ya Rohmaan, jadikanlah anak hamba anak yang shalih, mudahkanlah dia dalam meraih mimpi dan harapannya, hamba hanya mampu memohon kepada-Mu, karena hamba sadar bahwa keadaan kami tidak sebaik orang lain yang Engkau beri rizki lebih, namun demikian, ya Allah jangan engkau hujamkan ke dalam hati kami sifat  mudah menyerah, putus asa ataupun sifat-sifat tercela lainnya, kuatkanlah iman kami, teguhkanlah jiwa kami dalam kebenaran dan tetapkanlah pribadi kami dalam kesabaran”. 

Sembari menatap anaknya yang sedang berbunga dalam kebahagiaan, inak Rukiyah   terus mendo’akan agar anaknya tumbuh menjadi anak yang sukses  baik di dunia terlebih di akhirat kelak. Tak terasa air matanya makin deras mengalir dan sesekali ia menyekanya dengan lempot (selendang)  yang ia gunakan. 

“Ibu kenapa menangis kata Mahmud membuyarkan lamunan ibunya. Apakah ibu keberatan Mahmud melanjutkan sekolah ke pesantren? Ataukah ibu tidak ingin ditinggal pergi sama Mahmud?” 

“Bukaan, bukan begitu naak justru ibu sangat terharu melihat kamu seperti ini, ibu sangat bahagia kamu bisa melanjutkan, ibu sangat bangga  punya anak seperti kamu yang  pantang menyerah dalam belajar, ibu yakin suatu saat kamu akan menjadi orang sukses, kamu akan menjadi cermin dan inspirasi bagi orang lain, kamu harus berjuang, kamu harus kuat, kamu harus membuktikan bahwa kemiskinan bukan penghalangmu meraih keberhasilan dan kesuksesan. Selamat berjuang anakku, Allah pasti bersamamu”

Demikian ibunya berapi-api memberikan semangat kepada anaknya itu, sungguh sangatlah wajar jika seorang ibu memberikan semangat kepada anak yang sangat diharapkan untk menjadi orang berguna bagi agama bangsa dan negaranya kelak dan seharusnya begitulah peran sang bidadari dunia yang bernama ibu.

“Terimakasih atas nasehat ibu, insya Allah Mahmud pasti akan sukses”

“Amiiin” ibunya  mengamini optimisme Mahmud itu.

Esok harinya ayah Mahmud bergegas ke kantor desa, jarak tempuh 30 Km dia lakoni dengan berjalan kaki. Bajunya yang sudah lusuh itu selalu menemani semangatnya yang senantiasa membara bak semangat perjuangan kemerdekaan angkatan 45. Tak dihiraukannya terik matahari yang menyengat, ia terus melangkah menyebrangi jalan pintas, melewati sawah dan kali-kali yang penuh dengan binatang berbahaya, tidak ada kehawatiran apalagi rasa takut dalam dirinya, tujuan utamanya adalah anaknya Mahmud bisa menikmati sekolah lanjutan. Sesampainya di kantor desa dia langsung menuju bagian pelayanan masyarakat. 

“Assalamu’alaikum bapak.. sapa Amak Syawaludin kepada salah seorang petugas..” 

“wa’alaikum salam jawab petugas tersebut. Ada yang bisa kami bantu pak? tanya petugas tersebut”

“emm, sa, saya  mau minta Surat Keterangan Miskin (SKM)  bisa?  Tanya Amak Ayawal”

 “untuk keperluan apa ya pak?” kembali petugas tersebut mempertegas

“untuk mendapatkan keringan biaya sekolah anak kami, jawab Amak Syawaludin dengan lugunya”

“Oo insya Allah bisa pak, boleh saya tau nama bapak atau bapak memiliki KTP?”

 “Alhamdulillah ada jawabnya singkat sembari memberikan kartu identitasnya”

“Silahkan tunggu dulu ya paak", petugas itu mempersilahkan amak syawaludin menunggu di tempat yang sudah disediakan.

Ya begitulah amak Syawaludin, meskipun mungkin amat terasa berat ia harus mengungkapkan keinginan tersebut namun karena keadaan yang memaksanya, dia tepis rasa malunya, ia mengakui kelemahan ekonominya dengan meminta bantuan bapak kepala desa agar membekalinya dengan selembar surat keterangan miskin itu.  

Subhanallah.. demikianlah orang tua yang sejalan dengan keinginan anaknya. Ia rela menggadai harga dirinya demi selembar surat keterangan miskin yang diinginkannya. Allahu Akbar..

to be continue..
Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak