Marhaban Ya Ramadhan; Anugerah yang tak Terhingga

Oleh: Mahfud Hidayat, Lc., SSI, ME.

TendaBesar.Com - Opini - Alhamdulillah kita baru saja memasuki bulan yang dinantikan selama ini. Rasa rindu yang berat kepadanya akhirnya terobati. Marhaban ya Ramadhan. Selamat datang bulan agung, menjadi rahmat bagi semesta alam. Ketika itu, di saat hilal (awal bulan) Ramadan dikumandangkan, sebagaimana hadis hasan riwayat dari Sayidina Thalhah bin Ubaidillah RA, Rasulullah SAW berdoa:
اللَّهُمَّ أهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالأمْنِ وَالْإيمانِ، وَالسَّلاَمَةِ وَالإسْلاَمِ، رَبِّي وَرَبُّكَ اللهُ، هِلالُ رُشْدٍ وخَيْرٍ  

“Ya Allah, tetapkanlah hilal (awal bulan) Ramadan kepada kami dengan aman dan keimanan. Jadikan kami selamat dan berislam. Tuhanku dan Tuhanmu (wahai kaum muslimin) adalah Allah. Ini adalah hilal yang membawa pada kebijaksanaan dan kebaikan.” (HR. Imam At-Tirmidzi)

Pada kesempatan ini, kami akan menyampaikan materi dengan tema Marhaban ya Ramadan; Anugerah yang Tak Terhingga. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 183:

يايها الذين أمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون 

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Ayat ini setidaknya memberikan tiga pelajaran kepada kita. Pertama, orang beriman adalah kelompok manusia yang diistimewakan. Allah hanya memanggil orang beriman untuk melaksanakan titahnya yang berlipat pahala dan keutamaan. Panggilan “wahai orang-orang yang beriman” merupakan seruan kasih sayang Allah yang rindu kepada para kekasih-Nya. Tidak semua manusia dipanggil dengan ini. Karena itu, bersyukurlah jika kita masuk dalam seruan ini. Anugerah keimanan bagi insan sangat mahal, di dunia sampai akhirat nanti. Sebaliknya, manusia yang tidak terpanggil dengan ini sungguh merugi. Karena ia tidak akan mendapatkan anugerah yang luar biasa dari Tuhan alam semesta.    

Kedua, kewajiban berpuasa. Dalam ayat di atas Allah memberitahukan cara kepada orang beriman untuk mendapatkan anugerah yang tak terhingga. Tiada lain dengan cara berpuasa. Dalam sebuah hadis shahih dari Sayidina Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

قَالَ اللهُ- عز وجل: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَام، فَإنَّهُ لِي وَأنَا أَجْزِي بِهِ

Allah SWT berfirman (dalam hadis qudsi), “Setiap amal ibadah manusia adalah untuknya kecuali puasa. Sebab puasa (yang dilakukan seorang hamba) untuk-Ku, Aku sendiri yang akan membalas (pahala sesuai kehendak-Ku).” (HR. Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim)

Puasa merupakan benteng. Seorang yang berpuasa senantiasa menjaga lisan dan perilakunya dari segala hal yang dilarang oleh Allah. Bahkan ia sangat berhati-hati meski dicaci-maki, sangat menjaga diri meski diajak berkelahi atau bersengketa dengan sesama. Tidak hanya menahan dari hal yang diharamkan atau dimakruhkan, bahkan yang dihalalkan di luar bulan puasa pun, ia rela menahannya dari terbit fajar sampai matahari terbenam. Tiada lain semuanya karena Allah. Semua yang dilakukannya hanya untuk-Nya semata. Ia tidak ingin ibadahnya ternoda oleh hal-hal yang merusak hubungan baiknya dengan Allah SWT. Karenanya, Allah pun menerima puasa hamba-Nya ini. Bahkan Dia langsung yang akan mengganjar sesuai kehendak-Nya. 

Amal ibadah lainnya seringkali disebutkan pahalanya. Misalnya shalat, sedekah, membaca Al-Qur’an, membaca shalawat, dan lain sebagainya. Allah SWT melalui lisan Nabi-Nya menyampaikan pahala tertentu untuk semuanya. Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan bahwa satu kali ibadah dilipatgandakan pahalanya menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Namun berbeda dengan puasa. Pahalanya tidak dicantumkan secara khusus. Hal ini menunjukkan betapa agungnya ibadah puasa. Pahalanya tak terhingga. 

Dalam hadis Nabi SAW riwayat Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dari Sayidina Abu Hurairah bahwa ada dua kegembiraan yang didapat oleh orang yang berpuasa. Saat di dunia ketika berbuka puasa, ia bersyukur karena lulus dalam menjalaninya. Ketika di akhirat, ia akan bertemu dengan Tuhannya dengan memancarkan kegemberiaan sebab puasanya. 

Ketiga, puasa dapat membentuk insan yang bertakwa (la’allakum tattaquun). Takwa adalah puncak tujuan (ultimate goal) dalam setiap ibadah. Termasuk puasa. Orang yang bertakwa adalah orang yang mulia di sisi Allah SWT. Karenanya, siapapun yang ingin mendapat kemuliaan dari Allah, maka jadilah orang yang bertakwa. Semakin bertakwa seseorang, maka semakin mulia derajatnya. Bahkan ketika di dunia pun, pancaran kemuliaan ini senantiasa menghiasinya. Terlebih di akhirat kelak. Surga telah menantikannya. Rahmat dan ampunan Allah akan dianugerahkan kepada mereka yang bertakwa. 

Ketakwaan yang sebenarnya tidak hanya menyangkut hubungan manusia dengan Allah dalam ritual ibadah. Namun ketakwaan juga menuntut kita untuk menjalin hubungan yang baik dan dengan sesama manusia, bahkan dengan makhluk lainnya. Semua kita akan meninggal dunia. Perbanyaklah bekal untuk mempersiapkan segalanya. Allah telah memberitahukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 197 bahwa sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan untuk mencapai takwa salah satunya dengan berpuasa. Selamat beribadah puasa. Semoga Allah menerima amal ibadah kita. Amin ya Rabbal ‘aalamiin. Wallaahu a’lam bish shawaab.

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak