Oleh Mahfud Hidayat
Alumni Pesantren Ilmu Hadis Darussunnah Ciputat
TendaBesar.Com - Opini - Sebuah pepatah Arab mengatakan, husnud difa' bi husnil ittiba' yang artinya pembelaan yang baik terhadap sesuatu adalah dengan mengikutinya dengan baik.
Cacian dan celaan yang dilontarkan kepada orang yang menghina junjungan kita, Rasulullah SAW adalah tidak dicontohkan oleh beliau.
Akhlak beliau di atas budi pekerti yang agung. Lihat QS Al Qalam ayat 4. Kearifan dan kesabaran beliau dalam menghadapi musuh-musuhnya menjadikan banyak diantara mereka yang akhirnya berubah menjadi para sahabatnya yang setia. Tujuan mereka menghina panutan kita mungkin saja agar kita kendor mengikutinya. Mereka gelisah ketika melihat pertumbuhan umat Islam yang pesat di belahan negara dunia.
Dalam Hadis Riwayat Bukhari dari Sayidina Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shollallahu alaihi wasallam bukan orang yang suka mencela, berkata keji, dan suka melontarkan laknat. Banyak contoh dalam sejarah bagaimana akhlak mulia beliau kepada mereka yang mencacimakinya.
Yang justru dikhawatirkan adalah ketika kita bersemangat menyampaikan cacian kepada mereka yang menghina Baginda Nabi Shollallahu alaihi wasallam, namun pada saat yang sama kita menjauhi sunah-sunah beliau. Hal ini dapat disamakan ketika kita banyak mencela Yahudi namun pada saat yang sama kita mengikuti perilaku-perilaku buruk Yahudi.
Intinya, semakin kita giat melaksanakan sunah beliau dengan baik, maka hinaan dari mereka yang membenci panutan kita dengan sendirinya tidak berdampak apa-apa. Bahkan sangat memungkinkan akan muncul para mualaf yang baru setelah melihat keagungan akhlak kaum muslimin. Inilah pembelaan yang bisa kita lakukan.
Insya Allah hal ini adalah baik. Bukan berarti bentuk pembelaan lainnya adalah tidak baik. Ini pun sudah menunjukkan kegelisahan dan ketidaknyaman kita saat beliau dihina. Semoga makar mereka dibalas oleh Allah SWT dengan setimpal. Wallahu a'lam.