TendaBesar.Com - Jakarta - Ledakan dahsyat bak bom atom heroshima dan nagasaki yang mengguncang pelabuhan Beirut kini menyisakan puing-puing batangan besi rangka bangunan yang hancur berantakan.
Lokasi ledakan dahsyat tersebut dikenal sebagai pusat perdagangan Mediterania Lebanon yang memfasilitasi aktivitas komersial.
200 tahun silam pada saat Lebanon berada pada masa ketidak pastian politik dan Lebanon masih berada dalam kekuasaan Mesir, pelabuhan yang kini porak poranda itu dibangun untuk mengatasi epidemi kolera.
Dilaporkan oleh media lokal saat ini Lebanon sama seperti negara-negara lain sedang menghadapi pandemi covid-19. Dan tercatat dua hari pasca ledakan dahsyat tersebut Lebanon merilis angka infeksi virus corona tertinggi mencapai 255 kasus baru.
Pasca ledakan itu terjadi warga banyak yang turun ke jalan melakukan pembersihan jalan-jalan. Demikian pula ada di antara warga yang turun ke jalan melakukan demonstrasi mengkritik pemerintah yang abai terhadap bahan peledak yang menjadi penyebab ledakan sahsyat tersebut terjadi.
Historisasi pelabuhan Beirut mengajak masyarakat dunia kembali pada masa 15 abad sebelumnya. Pada saat itu pemerintah memberikan perhatian khusus pada perkembangan pelabuhan.
Pada abad ke-19 perkembangan kota makin terasa, nampak berbagai bangunan gedung modern yang berdiri dan posisi pelabuhan yang berada di tepi pantai Mediterania menambah eksotis kawasan pelabuhan tersebut.
Kepedualian warganya terhadap kebersihan membuat pelabuhan itu berkembang cepat dan hal itu menambah keberhasilan aktivitas komersial pelabuhan berkembang sangat pesat.
Pada saat epidemi kolera menerjang daerah Timur Tengah pada tahun 1834 yang juga menjalar ke hampir separoh dunia, Ibrahim Pasha, pemimpin Mesir yang bertanggung jawab atas Lebanon saat itu, berusaha membangun jaringan pusat karantina di seluruh wilayah Syam atau Mediterania Timur atau saat ini tepatnya di daerah pelabuhan yang hancur berantakan untuk memperlambat penyebaran epidemi.
Pada saat itu setiap orang yang mau memasuki Beirut diwajibkan melakukan karantina selam 12 hari atau dua hari lebih cepat dari isolasi diri yang direkomendasikan oleh WHO untuk covid-19 saat ini.
Kini pelabuhan Indah yang penuh sejarah itu telah hancur berantakan, butuh waktu yang lama untuk mengembalikan wajah cantiknya kepada kondisi semula. Sebagai layaknya wajah cantik yang terkena siraman air keras, dibuktuhkan berkali kali operasi untuk mengembalikannya pada wajah normal seperti sedia kala. (fer/tendabesar)