TendaBesar.Com - Jakarta - Polemik rancangan Undang-Undang Haluan Idiologi Pancasila (RUU-HIP) tak kunjung usai. Para tokoh nasional dari berbagai kalangan Ormas Islam seperti Muhammadiyah, Wahdah, HTI, FPI, Al Irsyad, Juga Majlis Ulama Indonesia (MUI) telah menyatakan sikap menolak rancangan UU tersebut.
Belum lagi dari kalanngan ormas lainnya seperti Pemuda Pancasila, Garbi, KAMMI, KAHMI dan lainnya sepakat menolak rancangan undang-undang tersebut.
Dari kalangan partai politik di Parlemen, PKS adalah partai yang paling garang menolak rancangan undang-undang HIP tersebut di susul PAN dan PPP.
Sementara PDIP partai inisiator rancangan UU HIP setelah ramai mendapat tudingan menjadi partai pengusung ide PKI pada rancangan undang-undang tersebut, buru-buru berbalik arah dan mendukung dimasukkannya TAP MPRS XXV/MPRS/1966 sebagai konsideran yang menjadi pokok polemik RUU tersebut.
Terakhir ulama' kondang ustaz Abdul Somad (UAS) yang bersuara. UAS mengatakan ada upaya pengerdilan pancasila oleh RUU HIP tersebut.
UAS Khawatir pancasila yang selama ini menyatukan rakyat dari berbagai macam Suku, Bangsa, Ras dan Agama, lama lama akan hilang dan berganti menjadi "ekasila".
"Sepertinya ada usaha ke arah sana. Pancasila dikerdilkan lagi menjadi trisila, dan trisila dikerdilkan menjadi ekasila. Ekasila tidak pula ketuhanan yang Maha Esa, tapi gotong royong", kata UAS cemas pada pengajian virtual pimpinan ranting Muhammadiyah Pondok Labu, Ahad, (14/6/2020)
UAS menduga ada pihak yang mencoba melakukan tes the watter kepada umat islam. Melihat reaksi umat islam atas dirancangnya undang-undang tersebut. Jika umat isalm bereaksi maka dia akan mengkalkulasi kekuatan, tapi jika umat islam diam, dia akan jalan terus.
UAS menyebut bahwa orang yang mencoba melakukan uji kepada umat isalm telah menjadikan kaum muslimin menampakkan taringnya, sebab kaum muslimin itu singa.
"Oleh karenanya perlu juga tanpakkan taring kita, karena kita singa bukan ayam", sambung UAs
Diketahui bahwa gagasan ekasila pertama kali disampaikan soekarno pada sidang BPUPKI pada 1 juni 1945. Pada saat itu Soekarno memberikan alternatif dasar negara selain Pancasila yakni Trisila (internasionalisme, kemanusiaan dan ketuhanan) dan Ekasila (gotong royong) yang dianggapnya lebih sederhana.
Ide Trisila dan ekasila digemborkan oleh PKI sebagai dasar negara dimana ekasila oleh partai terlarangtersebut dimaknai sebagai "sama rata sama rasa". Wakil PKI pada saat itu Sakirman menyuarakan bahwa sikap partainya PKI adalah "cukup gotong royong sebagai dasar negara dengan meniadakan Ketuhanan yang Maha Esa". (saf/tendabesar)