TendaBesar.Com - Jakarta - Di tengah polemik dana penanganan virus corona yang oleh banyak kalangan dipertanyakan transparansinya, kini pemerintah kembali memproyesikan kenaikan pantastis, dari awalnya 405 triliun, kemudian naik menjadi 677 triliun dan kini bakal anaik lagi menjadi 905 triliun.
Hal itu disampaikan oleh Menteri keuangan Sri Mulyani yang memproyeksi bahwa dana penanggulangan penyebaran covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) kembali naik hinga 905 triliun melalui akun instagram pribadinya, Jumat, (19/6/2020)
Sri Mulyani mengatakan bahwa kenaikan anggaran penanganan covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional tersebut, menyebabkan terjadinya devisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2020 semakin membesar dan membengkak.
"Program penanganan covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional diperkirakan menelan biaya hingga 905,1 triliun. Hal tersebut menimbulkan pelebaran defisit yang cukup dalam pada APBN 2020", kata Sri
Atas dasar itu dia meminta kepada seluruh kalangan dan lapisan masyarakat baik DPR RI, Bank Indonesia (BI), Pemerintah Pusat, Wilayah dan Daerah, seluruh Ormas, Partai Politik serta seluruh elemen masyarakat untuk mendukung langkah-langkah pemulihan ekonomi dalam negeri.
Sri optimis apa bila seluruh lapisan masyarakat mendukung, ia yakin pemulihan ekonomi akan mudah kembali normal seperti biasa.
"Selalu optimis dan berusaha yang terbaik, karena optimis adalah modal dan semangat kita dalam menjaga negeri", sambungnya.
Namun tidak diketahui bentuk dukungan apa yang dimaksud oleh Menteri Keuangan tersebut. Apakah dukungan dalam bentuk saling membantu satu sama lain seperti yang telah berjalan selama ini di masyarakat, atau mendapatkan dukungan untuk kembali melakukan utang lagi ke luar negeri, belum jelas.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa anggaran penanggulangan pandemi covid-19 telah dinaikkan oleh pemerintah sebanyak tiga kali.
Awalnya dana alokasi penanggulangan covid-19 dan pemulihan ekonomi tersebut dialokasikan sebesar 405. teriliun, kemudian naik menjadi 677,2 triliun, selanjutnya naik lagi menjadi 695.2 triliun dan kini akan naik kembali hingga 905,1 triliun.
Namun anehnya dana yang sedemikian besar tersebut nyaris tidak dirasakan besar manfaatnya oleh masyarakat luas. Bahkan di daerah dan pedesaan masih banyak orang orang jompo tidak menikmati dana ratusan triliun tersebut.
Seperti misalnya yang dialami Papuk Awal. Kakek yang tinggal di daerah Kekeran Gunung Napak Lombok Barat tersebut, usianya sudah sepuh, tidak bekerja, sama sekali tidak tersntuh oleh bantuan apapun dari pemerintah, baik banpres, banprov, banti maupun bandesa. Barangkali masih banyak Papuk Awal lainnya yang juga mengalami hal yang serupa.
Kita berharap jangan sampai pada akhirnya alokasi anggaran yang besar dan pantastis tersebut, menjadikan rakyat sebagai tumbal dengan kewajiban-kewjiban yang memberatkan. (af/tendabesar)