Trending

Curahan Hati Kaum Menengah


TendaBesar.Com - Jakarta - Di awal lockdown atau PSBB atau apalah istilahnya (menurut pengamatanku, no debat yaa 💖) yang paling berat hidupnya adalah kaum menengah ke bawah. Misal para kuli cangkul harian yang keliling nyari kerjaan, abang-abang yang jualan pake gerobak, tukang balon yang jalan kaki, atau tukang es krim dua ribuan yang jualan pake sepeda, atau abang bubur ayam karena sepi pembeli. Orang pada takut beli mengingat si abang entah udah keliling ke mana aja, tangannya udah pegang uang entah dari siapa aja, lalu menyuwir-nyuwir daging ayam tentu saja pake tangan yang sama yang tadi terima uang dari mana-mana.

Saat aku memberi sembako titipan teman, tak sedikit airmata mereka berjatuhan. Mungkin karena baru lockdown, orang masih fokus ke persiapan buat keluarga sendiri, jadi belum banyak yang membantu,

Lalu, secara simultan, banyak orang fokus membantu mereka kaum menengah ke bawah ini.

 Bahkan, beberapa hari  lalu aku berkunjung ke pemukiman pemulung dan tukang sampah. Mereka lagi pada santai dengerin musik dangdut sambil makan biskuit kaleng mahal. Saat sembako kukasih, ternyata dibalik pintu ada beberapa paket sembako juga.

"Ini dari mesjid itu...yang ini dari mushola sana...ini dari yayasan anu.." begitu penjelasan mereka,

Mungkin karena mau Ramadhan juga, banyak mesjid/yayasan mengadakan acara santunan.

Lalu, aku memutar otak, aku ingin titipan sembako temanku ini sampai pada tangan yang tepat, yang benar-benar membutuhkan, yang saat ini sedang getir akibat kehilangan/berkurangnya pendapatan.

Lalu aku posting ini di status WA. Tak perlu sungkan atau malu. Diam-diam saat sepi akan kuanter ke balik pagar mereka.

Dan luar biasa...banyaaaaaak banget mereka yang kukira baik-baik saja, dengan menekan harga diri, memberanikan meminta.  Aku tau, kalo bukan karena terdesak, gak mungkin mereka seperti itu.

Ini beberapa contohnya yaa...kuedit sedemikian rupa untuk menghargai privasi mereka, karena aku harus menjaga rahasia, aku tulis ini sebagai pengingat, bahwa bisa jadi lhoo tetangga atau teman ngaji kita atau teman sesama wakimurid yang sedang kesulitan. Jadi kita harus lebih peka,

"Suamiku kan kerja di bengkel mba, sekarang tutup, gaji tetapnya kan hanya 500rb. Selama ini bisa bawa pulang sampai 4-5 juta, karena memang dibayar atas berapa banyak yang dia kerjakan. Kami gak punya banyak tabungan, sisa uang saat ini paling buat 2 atau 3 minggu lagi aja," kata ibu A

"Aku mau ya bu Fitra. Kantor suamiku tutup. Gaji yang masih ditransfer hanya 2 juta, kan suamiku marketing di dealer, gedenya di bonus penjualan, sekarang ga ada event2, mall banyak yang tutup. 2 juta  buat listrik dan cicilan rumah aja gak cukup mba, bayaran sekolah aja udah gak ada uang," kata ibu B

"Suamiku kan ngajar sore mba, kalo pagi antar jemput anak sekolah. Maret kemarin masih dibayar full walaupun suami hanya kerja seminggu abis itu sekolah libur. Tapi udah dibilangin kalo Per April udah gak ada bayaran karena full libur. Aku sendiri kerja di resto XXX sekarang dibayar setengah gaji, karena sepi, karyawan digilir sehari masuk sehari libur," kata ibu C

"Aku dan suami gak dagang lagi mba. Semua kantin sekolah dan kantin kantor2 yang kuisi kue-kue buatanku tutup. Ada 10 sekolah yang rutin kuisi. Ada 8 kantin kantor. Semua tutup. Warung-warung juga sepi. Aku masih tetap bikin kalo ada orderan dari tetangga, tapi sepuluh persennya juga gak ada dibanding biasa. " kata ibu C

"Aku mau bu Fitra, udah 3 minggu aku gak ada pemasukan. Pusat terapi tempat aku kerja, tutup total, suami juga hanya nerima gaji pokok, buat bayar cicilan rumah, listrik, bpjs, dan uang sekolah aja. Nyaris ga ada sisa buat sehari-hari," kata ibu D.

"Aku mau Bu Fitra, udah 3 minggu ini, usaha rental mobil kami sepi. Satupun gak ada yang sewa.  usaha warnet juga tutup, tabungan kami kepake buat kasih karyawan sedikit uang pesangon, sekarang bungung mau usaha apa, tabungan udah nyaris gak ada," kata ibu E

Semua kisah di atas, ku edit sedemikian rupa dari kisah aslinya, tanpa merubah substansinya.

Secara umum, mereka terlihat baik-baik saja. Tapi justru paling terdampak secara ekonomi. Mana listrik untuk kaum menangah ini (daya 1300) konon katanya gak ada subsidi sama sekali, karena dianggap orang mampu. Rata-rata anak mereka bersekolah di swasta, yang bayarannya tentu saja tetap jalan meski anak belajar dari rumah.

Kaum menengah bisa dibilang jarang terperhatikan. Kalo ada apa-apa, pastilah yang ekonomi di bawah rata-rata dulu yang didahulukan. Padahal kaum menengah ini biasanya juga punya tanggungan membiayai orangtua/mertua (lagi tidak membahas keutamaan membantu orangtua di mana rejeki akan berlipat ganda) dan ada juga yang membantu biaya sekolah adik/ponakan. Bayaran listrik kaum menengah rata-rata juga mahal, selain itu mereka terbiasa dengan pola makan bergizi dan menu lengkap. Jadi agak berat juga kalo tiba-tiba anak mereka hanya dikasih kangkung doang. Aku juga bingung sebenarnya harus bagaimana, aku sendiri menyimpulkan memang masa-masa lockdown ini harus tetap makan bergizi sekaligus berhemat, karena gak jelas kapan ini semua sampai pada ujungnya. Aku pun bagian dari orang yang merasakan dampaknya, suami kehilangan salah satu pemasukan, sedih sih. Tapi jalani saja dgn berhemat . Hemat bukan berarti pelit yaa. Hemat boleh tapi sedekah tetap harus prioritas

Pesan yang ingin kusampaikan dari tulisan ini adalah, agar kita lebih peka terhadap orang sekitaran kita. 

Dan kalo ada teman/tetangga/saudara yang sekarang jualan di grup-grup WA. Beli sajalah dagangan mereka, meski  gak butuh-butuh banget, beli saja. Lebihkan bayarannya. Bisa jadi itu usaha mereka agar ekonominya membaik.

Mari lebih peka...mari saling bantu. Bersama kita hadapi masa getir karena corona ini.

Optimis, semua insyaa Allah pasti akan berakhir. Aamiin🤲

Hikmahnya: ternyata sesuatu yg kita lihat itu belum tentu bener kenyataannya...

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak