TendaBesar.Com - Jakarta - Qatar Benar-benar Negara Berdaulat! Ini Buktinya! Perhelatan sepak bola piala dunia benar-benar telah menyedot atensi masyarakat dunia.
Betapa tidak dalam perhelatan kali ini, pelaksana helatan dunia itu (negara Qatar) membuat aturan-aturan yang menunjukkan keberdaulatan negara tersebut, namun menghadirkan ketidak nyamanan bagi beberapa negara peserta.
Santer diberitakan bahwa kebijakan Qatar dalam pelaksanaan piala dunia itu antara lain bagi siapapun yang datang ke Qatar maka tidak diperkenankan melakukan seks bebas, tidak boleh membawa minuman keras, tidak boleh menunjukkan simbol-simbil atau melakukan kampanye LGBT diaminkan oleh FIFA yang membuat beberapa negara dikabarkan berang.
Di antara negara tersebut dikabarkan adalah negara Inggris, Denmark, dan Jerman yang mengancam akan meninggalkan FIFA karena pelarangan kampanye LGBT pada Piala Dunia 2022 di Qatar tersebut.
Dilansir oleh Sport Bible bahwa Denmark berencana mengadakan pertemuan dengan negara-negara UEFA lainnya mengenai kemungkinan meninggalkan FIFA, menyusul keputusan otoritas sepak bola dunia itu selama Piala Dunia di Qatar khususnya pelarangan kampanye LGBT.
Seperti diketahui menjelang kick off Piala Dunia 2022, tujuh negara menulis surat kepada FIFA untuk menjelaskan alasan mereka ingin menggunakan ban kapten pelangi untuk mendukung hak-hak LGBT.
Namun, FIFA dianggap gagal menampung aspirasi ketujuh anggotanya itu. FIFA tidak berhasil melakukan lobi terhadap pemerintah Qatar yang dengan tegas menolak segala bentuk kampanye LGBT yang terlarang di negaranya.
Alih-alih memperjuangkan keinginan 7 negara tersebut, FIFA malah merespons keinginan Qatar dengan melayangkan larangan serta ancaman sanksi kartu kuning kepada kapten tim yang nekat menggunakan ban kapten pelangi. Hal ini menunjukkan bahwa negara Qatar itu benar-benar berdaulat dimana negara itu tidak bisa didrive oleh pihak manapun.
Kebijakan itu juga memaksa Kapten tim Inggris, Harry Kane, yang semula ngotot untuk mengenakan ban kapten pelangi jelang lawan Iran, terpaksa membatalkan niatnya.
Di tempat terpisah, Ketua FA Denmark (DBU) Jesper Moller mengungkapkan bahwa pihaknya siap menggelar pertemuan dengan 55 negara anggota UEFA untuk membahas kemungkinan meninggalkan FIFA.
"Ini bukan keputusan yang dibuat sekarang. Kami sudah menjelaskan ini sejak lama bahkan telah mendiskusikannya di kawasan Nordik sejak Agustus," kata Moller seperti dilansir Sport Bible.
Namun demikian Moller juga mengungkap bahwa tidak mungkin keinginannya itu hanya disuarakan oleh Denmark. Karenanya Ia mengajak negara lain untuk ikut bersama-sama memperjuangkan aspirasi masyarakat LGBT.
"Saya sudah memikirkannya lagi dan membayangkan adanya tantangan jika Denmark pergi sendiri. Tapi, mari kita lihat apakah kita tidak bisa berdialog tentang berbagai masalah," harap Moller.
Moller mengklaim bahwa sejumlah negara anggota FIFA mulai tidak percaya dengan kepemimpinan Gianni Infantino. Denmark sendiri dengan tegas mengatakan tak akan memilih Infantino di masa pemilihan presiden FIFA mendatang.
"Ada pemilihan presiden di FIFA. Sementara itu ada 211 negara di FIFA dan saya mengerti Presiden FIFA saat ini memiliki pernyataan dukungan dari 207 negara. Denmark tidak termasuk di antara negara-negara tersebut. Dan, kami juga tidak akan seperti itu," tegas Moller.
Selain Denmark dan Inggris, Jerman juga menjadi salah satu negara yang cukup keras menentang kebijakan FIFA soal larangan kampanye LGBT pada perhelatan FIFA World Cup Qatar.
Seorang aktivis pendukung kaum pelangi, Manuel Neuer dkk bahkan melakukan aksi tutup mulut sebelum kick off FIFA Qatar dimulai sebagai bentuk dukungan terhadap LGBT di Piala Dunia 2022 ini.
Bahkan Jerman mengancam akan mengambil langkah hukum kepada FIFA terkait larangan tersebut. Mereka meragukan keabsahan tindakan FIFA ikut melarang ban kapten pelangi di Qatar.
(saf/tb)