TendaBesar.Com - Jakarta - Sejatinya keberadaan partai politik di negerei ini mampu melahirkan para pemimpin yang berkualitas baik secara keilmuan, ide dan gagasan serta kemampuan manajerial.
Namun akhir-akhir ini justru partai politik seperti banci dan tidak mampu melahirkan calon-calon pemimpin yang berkualitas. Bagkan terkesan partai hanya menginginkan bagaimana memenangkan pertarungan politik meskipun calon pemimpin yang diajukan hanya bermodalkan popularitas, namun secara kemampuan nol besar.
Pemilihan calon pemimpin daerah pada 2020 ini makin terang bendrang terlihat. Hampir semua partai politik yang notabene pemenang pemilu justru seperti kehilangan kemampuan menghadirkan calon-calon pemimpin daerah yang berkualitas. Bahkan terindikasi beberapa calon kepala daerah yang mencuat adalah bocah ingusan yang gak paham sama sekali seluk-beluk pemerintahan.
Hal ini cukup menghawatirkan, sebab jika pemimpin model seperti ini yang memimpin rakyat maka yang akan terjadi adalah kerusakan. Apalagi yang mengendalikan pemimpin tersebut orang yang berada di lingkarannya.
Dan yang membuat kita semakin pilu adalah ada kesan para pejabat memanfaatkan keluarganya untuk menguasai spot-spot kekuasaan di daerah. Hal ini yang lebih kita kenal dengan melanggengkan politik dinasti.
Penomena ini muncul barangkali karena mandulnya kaderisasi di dalam partai politik atau tujuan partai politik sudah mulai berubah dari melahirkan pemimpin berkualitas menjadi bagai menangkan kekuasan sebanyak banyaknya.
Dalam Pilkada Serentak 2020, ini Politik dinasti menjadi pembahasan menarik. Banyak anak sampai keluarga pejabat elit terjun bersaing. Memanfaatkan kesempatan. menggunakan ketenaran keluarganya untuk mencuri simpati masyarakat.
Salah satunya kita sebut nama Gibran Rakabuming. Putra sulung Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) itu mendapat kesempatan berlaga dalam Pilwalkot Solo.
Sebelumnya Jokowi pernah mengatakan bahwa anak-anaknya tidak ada yang tertarik politik, namun itu dulu waktu masih menebar pencitraan. Kini kenyataannya justru sebaliknya. Entah itu karena memang murni dari anaknya atau justru ada setingan darinya.
Dukungan pun didapatkan Gibran secara cepat dari PDIP. Sejumlah partai koalisi pemerintah tidak mau ketinggalan. Mereka berbondong-bondong ikut bergabung. Menggunakan nama ayah yang kini menjadi presiden Gibran bak mercusuar penerang harapan masa depan. Padahal jika melihat trik record anak presiden tersebut, secara kemampuan terbilang masih sangat jauh dari kelayakan.
Yang lebih aneh adalah para partai politik yang mendukung. Seolah seperti banci, tidak mampu melahirkan calon pemimpin alternatif yang berkualitas, padahal mungkin sangat banyak kader yang secara kemampuan jauh lebih layak untuk dipasang menjadi calon pemimpin.
Tidak hanya Gibran yang mencoba peruntungan menggunakan kemasyhuran ayahnya. Anak dari Wakil Presiden juga mencoba peruntungan yang sama. Siti Nur Azizah, putri Ma'ruf Amin bahkan sudah lama cawe-cawe terjun dalam politik.
Statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kementerian Agama pun rela dilepaskan. Keputusannya kukuh bersaing dalam Pilwalkot Tangerang Selatan.
Jika merunut kebelakang, barangkali ini adalah akibat dari kecerobohan MK setelah membatalkan pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pilkada melalui putusan Nomor 34/PUU-XII/2015.
Dalam aturan itu, disebutkan bahwa syarat menjadi calon kepala daerah adalah tidak memiliki kepentingan dengan petahana. Baik hubungan darah, ikatan perkawinan, dan atau garis keturunan satu tingkat lurus ke atas, ke bawah, ke samping dengan petahana, kecuali telah melewati jeda satu kali masa jabatan.
Khoirunnisa Nur Agustyati, Direktur Eksekutif Perludem, seakan membela MK mengatakan bahwa MK memutuskan pembatalan lantaran setiap kandidat di Pilkada yang memiliki hubungan dengan petahana belum tentu akan melakukan politik dinasti.
"MK kan memperbolehkan itu tapi yang penting adalah mencegah efek buruknya, jangan sampai politik dinasti atau kekerabatan ini melanggengkan kekuasaan yang kemudian kekuasaan ini hanya bisa dinikmati oleh kelompoknya saja," kata Khoirunnisa, Rabu (9/9/2020)
Inilah mereka-mereka yang diduga menggunakan kedekatan dengan penguasa baik penguasa pusat maupun penguasa daerah dalam menjemput peruntungan di pilkada 2020
Pilkada Jawa Timur
Hanindhito Himawan Pramono putra Sekretaris Kabinet Pramono Anung berpasangan dengan Dewi Mariya Ulfa di dukung oleh 9 partai politik yakni: PKB, Gerindra, PDIP, Golkar, NasDem, PKS, PPP, PAN dan Demokrat
Ipuk Fiestiandani istri Bupati Banyuwangi saat ini Abdullah Azwar Anas berpasangan dengan Sugirah, maju sebagai calon bupati Banyuangi. Didukung oleh 5 partai yaitu: PDIP, NasDem, Gerindra, PPP dan Hanura
Pungkasiadi adik kandung Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, maju sebagai calon Wakil Bupati Mojokerto berdampingan dengan Titik Masudah didukung oleh 3 partai politik yakni: PKB, PBB dan PDIP
Pilkada Jawa Tengah
Gibran Rakabuming Raka Putra Presiden Jokowi, maju sebagai calon Wali Kota Solo berpasangan dengan Teguh Prakosa yang didukung oleh 8 partaipolitik yakni: PDIP, Gerindra, Golkar, NasDem, PAN, PSI, PKB dan PPP
Aji Setyawan merupakan anak wali kota Magelang berpasangan dengan Windarti Agustina, didukung oleh 4 partai politik yakni: PDIP, Partai Hanura, Partai Gerindra dan Partai Perindo
Etik Suryani yang merupakan istri Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya berdampingan dengan Agus Santosa. Keduanya didukung oleh 3 partai politik yakni: PDIP, Golkar dan Nasdem.
Kustini Sri Purnomo adalah istri Bupati Sleman, Sri Purnomo. Maju sebagai calon bupati bergandengan dengan Danang Maharsa. Keduanya didukung oleh 2 partai politik yaitu: PDI Perjuangan, PAN
Pilkada Sumatera Utara
Bobby Afif Nasution yang merupakan menantu Presiden Jokowi, maju sebagai Wali Kota Medan, berpasangan dengan Aulia Rachman, didukung oleh 8 partai politik yakni: PDIP, Gerindra, PAN, Golkar, NasDem, Hanura, PSI dan PPP.
Pilkada Banten
Siti Nur Azizah adalah putri Wapres Ma'ruf Amin, maju sebagai Wali Kota Tangsel berpasangan dengan Rumahaben, didukung oleh 3 partai partai yakni: PKS, Demokrat dan PKB
Muhamad berpasangan Rahayu Saraswati Djojohadikusumo yang merupakan keponakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, majuu sebagai calon wakil wali kota Tangsel. Keduanya didukung oleh 5 partaipolitik yakni: Gerindra, PDIP, PSI, PAN dan Hanura
Benyamin Davnie berpasangan Pilar Saga Ichsan yang merupakan Putra Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah (adik mantan Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah) dimana keduanya hanya didukung oleh 1 partai Golkar
Pilkada Sulawesi Selatan
Irman Yasin Limpo yang merupakan adik Mentan Syahrul Yasin Limpo berpasangan dengan Andi Muh Zunnun Armin Nurdin Halid. Mereka didukung 3 partai politik yakni: Golkar, PAN dan PKS
Pilkada Simalungun
Anton Saragih adalah kakak kandung Bupati Simalungin JR Saragih berpasangan dengan Rospita Sitorus, didukung 3 partai yakni: PDIP, Nasdem dan PAN
Pilkada Jambi
Cek Endra-Ratu Munawaroh merupakan ibu tiri dari Gubernur Jambi Zumi Zola, maju sebagai calon Wakil Gubernur Jambi
didukung oleh 2 partai yakni PDIP dan Golkar
Yunita Asmara adalah istri Bupati Batanghari Syahirsah, maju sebagai calon Bupati Batanghari, Jambi, berpasangan dengan Muhamad Mahdan, didukung oleh 4 partai: Golkar, PDIP, Gerindra, Perindo
Pilkada Sumatera Utara
Lisa adalah istri dari Wali Kota Binjai saat ini, Muhammad Idaham berpasangan dengan Sapta Bangun. Keduanya didukung oleh 4 partai yakni: PDIP, NasDem, PAN dan Hanura
Pilkada Bangka Belitung
Riza Herdavid berdampingan dengan Debby Vita Dewi istri Jamro,yang merupakan istri mantan wakil bupati periode 2005-2010 dan mantan bupati periode 2010-2015. Maju sebagai Calon Wakil Bupati Bangka Selatan didukung oleh 3 partaiyakni: PDIP, PPP dan PBB
Pilkada Lampung
Eva Dwiana adalah Istri Wali Kota Bandar Lampung Herman Hasanusi berdampingan dengan Deddy Amarullah. Didukung oleh 3 partai yakni: PDIP, Gerindra dan NasDem
Pilkada Pasangkayu
Yaumil Ambo Djiwa berdampingan dengan Herny merupakan istri Bupati Pasang Kayu Agus Ambo Djiwa, maju sebagai calon Wakil Bupati Pasang Kayu. Didukung oleh 8 partai yakni: Golkar, PDIP, Gerindra, Perindo, PAN, PKS, PPP dan PKB.
Pilkada Asahan
Rosmasyah-Winda Fitrika merupakan istri Bupati Asahan Taufan Gama Simatupang. Maju sebagai calon Wakil Bupati Asahan didukung oleh 2 partai politik yakni; PDIP dan Hanura
Itulah gambaran calon-calon pemimpin yang diduga akan membangun politik dinasti atau lebih tepat terindikasi bakal membangun kekuatan kekuasaan dinasti yang akan bertarung di pilkada 2020. (af/tendabesar)