TendaBesar.Com - Jakarta - Abad digital mebuat dunia serba online. Anak-anak muda jarang ada yang berminat meneruskan profesi petani sebagai mana profesi orang tuanya.
Tidak sedikit anak-anak muda terlebih mereka yang telah mengenal dunia pendidikan SMP-SMA, apalagi perguruan tinggi yang mau menjadi petani, justu mereka kegandrungan dengan model ekonomi kreatif seperti menjadi Youtuber, Bloger, Weber, dan lainnya yang lebih menjanjikan kekayaan.
Sangat sedikit dari mereka yang bercita-cita meneruskan profesi orang tua mereka menjadi petani, karena anggapan mereka petani rata-rata tidak bisa membuat kaya raya.
Anggapan tersebut tidak semuanya benar, tapi sebagian besar benar. Petani di negeri ini hanya dijadikan obyek oleh mapia-mapia tengkulak kelas kakap yang membuat petani kita selalu meritih mengerang keletihan.
Di kala petani mulai panen padi, bukan rahasia lagi para cukong yang didukung rezim melakukan impor beras dengan alasan pasukan dalam negeri tidak mencukupi persediaan sehingga lagi-lagi petani tersakiti.
Namu demikian jika tidak ada generasi penerus para petani, maka lama kelamaan negeri ini akan ketergantungan sumber pangannya dari negara lain.
Itulah yang menjadi keperihatinan sebagian kecil masyarakat kalangan old, salah satunya pondok pesantren Al Ittifaq Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Bandung, Jawa Barat.
Pondok pesantren tersebut melalui koperasinya menggagas ketahan pangan dengan memanfaatkan kekayaan alam sekitar.
Pondok pesantren itu membekali anak-anak santrinya dengan ilmu pengetahuan sebagai pengusaha petani atau petani yang pengusaha.
Setia Irawan selaku CEO dari Kopontren Al Ittifaq menceritakan bahwa di pondok pesantren tersebut, para santri dididik menjadi petani milenial dengan mengelola berbagai tanaman sayuran hingga pengolahannya.
Harapannya, para santri tidak hanya cakap dalam ilmu Al Qur'an, akidah, fikih, adab dan nahu sharf tapi juga hebat dalam ilmu sosial, ketahanan, peternakan dan pertanian.
"Inilah yang menjadi konsentrasi pesantren, ketika pondok pesantren melahirkan santri, kan tidak semua santrinya mebjadi ulama", kata Irawan, Selasa, (23/6/2020)
Para santripun merasa senang menjadi santri di pondok pesantren Al Ittifaq. Mereka senang diajarkan berbagai skill kemampuan sebagai bekal selepas kembali ke masing masing asal mereka.
"Di sini mah enak, di samping belajar dipondok kita juga diajarkan cara bertani, berwirausaha, mudah-mudahan selepas dari pondok bisa menjadi petani sukses", kata Andi salah seorang santri.
KH. Fuad Affandi, Mudir 'Am pondok pesantren Al Ittifaq menuturkan, bahwa pondok pesantren sudah tidak lagi fokus pada mengelola pertanian, kini ponpes telah mulai mengembangkan ternak sapi dan domba. Tercata asetnya telah mencapai 43.5 milyar.
"Kita bergerak di sektor pertanian dan peternakan. Pertanian di sayur mayur, sementara peternakan di domba dan sapi", kata KH. Fuad
Bahkan Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq, didaulat sebagai institusi percontohan dalam program One Pesantren One Product (OPOP) oleh Pemprov Jabar. (saf/tendabesar)