Oleh: Yusfan Al Kadri
Wakil Ketua, Bidang Humas Dan Komunikasi Politik, Gelora Kab. Bogor
TendaBesar.Com - Opini - Pengamat Pergerakan Komunis, Alfian Tanjung dibungkam habis, kini tak lagi nyaring dentuman keras suara lantangnya, mengingatkan bahwa sangat berbahayanya pergerakan laten Komunis. Alfian dikerangkeng bukan hanya fisiknya tapi juga pemikirannya.
Tak kalah menariknya, dengan sosok Purnawirawan Jendral bintang dua Kivlan Zein. Meski usia tak muda lagi tapi suaranya pun lantang.
Kecintaannya kepada NKRI tidak usah ditanya lagi. Sikap patriotis bangsa sangat tinggi, bahkan kepentingan pribadinya pun diabaikan untuk kepentingan dan kedaulatan bangsa.
Kivlan Zein merupakan pelaku sejarah yang berhadapan langsung dengan dunia nyata pergerakan komunis. Tapi kini pun diam, dibungkam dan tak lagi bisa bersuara lantang. Mengingatkan kita akan bahayanya pergerakan komunis.
Dan tak kalah menariknya sosok Ruslan Buton, dengan gagah dan bak petir pula suaranya meminta Presiden Joko Widodo untuk mundur secara terhormat, tapi sekarang pun diam, nyaris tak terdengar gelegar suaranya.
Menjadi orang Indonesia adalah takdir yang tak bisa ditawar lagi, namun menjadi orang yang beragama adalah pilihan.
Tapi menjadi orang yang tidak beragama pun, apakah ini sebuah pilhan?
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara yang dibentuk berdasarkan konsesus atau kesepakatan para Pendiri bangsa. Dimana kita ketahui bahwa sejarah negeri ini terdiri dari Kerajaan-kerajaan kemudian disatukan menjadi sebuah Negara.
NKRI berazakan Pancasila dan UUD 1945 sebagai fondasi negara dan rujukan berbangsa, pemersatu dalam perbedaan.
Pancasila dan UUD 1945 menjamin dan mengamanahkan bahwa Setiap warga negaranya berkewajiban memilih untuk beragama, sesuai dengan Sila ke satu dari Pancasila dan Pasal 29 dalam UUD 1945.
Menjadi orang Indonesia adalah takdir. Dan beragama adalah pilihan wajib.
Tags
Opini