Kisah Motivasi "Sahabat Surat Miskin" Part - 14


Oleh: Elbar


"Cinta Berbalas Rindu Ilahi"


TendaBesar.Com - KISAH - Surat Hameeda Bilqie Kepada Mahmud dan balasan Mahmud

Kepada: Akhi Mahmud Yang Dirahmati Allah 
Assalamu’alaikum wr.wb. Teriring do’a semoga Allah senatiasa membimbing kita untuk tetap istiqomah dalam menegakkan agama-Nya. Amin.. 
Akhi Mahmud yang dirahmati Allah...aku tulis surat ini di atas linangan air mata. Tangan yang kaku dan lidah yang kelu menjadi saksi bisu atas ketakutanku kepada-Nya. Aku memberanikan diri menyampikan hal ini pada antum hanya sebagai luahan hati yang semakin tak kuat aku menahannya. Telah ku adukan semua pada Allah, namun ketenangan hati dan jiwa takpula kunjung tiba.
Akhi Mahmud…sejak mendengarkan kisah perjuangan antum waktu perjumpaan kita di perpustakaan itu aku kagum pada antum, akhlak antum yang berbeda dari teman yang lain, sifat antum yang pendiam, tidak banyak bermain, senantiasa menjadikan buku sebagai teman dan kesungguhan antum dalam belajar adalah daya tersendiri yang membuat setiap dara ingin dekat dengan antum. Sekali lagi mohon maaf jika aku membuat antum tidak nyaman setelah membaca surat ini. Memang aku bukan siapa-siapa bagi antum dan antum juga bukan siapa-siapa bagiku, namun jujur akhi… kekagumanku pada antum telah membuatku mengabaikan anjuran  syari’ah dalam masalah perasaan.  
Entah kenapa makin hari perasaan ini makin menjadi, aku telah berusaha mengalihkannya dengan memaksimalkan mujahadah cinta pada Allah dan Rasul-Nya, namun karena keterbatasan dan kelemahan imanku, aku tidak kuat menanggungnya. Setiap bertemu antum ada rasa suka yang menyapa, mendengarkan gaya tutur kata antum yang  senantiasa bermakna menghadirkan rasa bahagia dalam jiwa, Akhi jujur aku katakan aku suka dengan karakter antum, namun demikian aku memahami tidak mungkin antum akan menyambut perasaan ini, karena sungguh aku mengetahui antum adalah insan shalih yang tidak ingin menggadaikan perasaan cintanya pada makhluk-Nya apalagi menggadaikan cinta itu kepadaku yang lemah di hadapan-Nya ini.
Akhi Mahmud, kertas ini menyapa antum sama sekali bukan untuk mengajak antum berpacaran layaknya remaja kebanyakan saat ini, aku tidak menginginkan itu terjadi, bahkan aku sama sekali tidak ingin berpacaran di luar garis batas yang telah ditetapkan Allah kepada hamba-Nya. aku ingin suatu saat aku bisa menjalin cinta yang diridhai yakni berpacaran setelah menikah, namun sungguh  aku adalah  insan yang lemah yang memiliki perasaan cinta dan kasih sayang, aku berusaha mencintai antum karena Allah dan kelak bisa saja aku membenci antum juga karena Allah. Aku hanya berharap semoga Allah tidak murka terhadap apa yang aku lakukan hari ini, aku  berharap  kiranya energy semangat antum bisa menjadi generator pembangkit semangat buat diriku. 
Akhi Mahmud…terimakasih antum telah mau berbagi ilmu denganku, aku berharap Allah mengaruniakan kepadaku sosok seperti antm kelak menjadi pendampingku, dan semoga dia adalah  antum. Amin..Demikian, dariku Insan  Lemah yang mengagumi antum, semoga Allah meridhai… 
 Lendangurei 19 Mei 1993
Hameeda Bilqies.

Demikianlah Hameeda Bilqies memberanikan diri menyapa Mahmud lewat secarik kertas yang bertuliskan luahan  hatinya  selama ini. Ia menulis surat itu dengan sepenuh hati bahkan tidak jarang ia meneteskan air mata di saat sedang menyusun kata-kata. Ya  antara perasaan takut kepada murka Rabbnya dan  perasaan cinta yang semakin membara pada sosok Mahmud si-remaja bersahaja.

Di sisi lain Mahmud seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dia baca.

“ya Allah benarkah ini terjadi, apa aku sedang bermimpi? 

Dia benar-benar belum yakin, ia kembali membuka lembaran itu dan membacanya berulang-ulang…
“ya Allah apa yang harus hamba lakukan, adakah hamba harus menjawab sesuai dengan perasaan hamba yang juga menyuakainya, ataukah hamba harus berpura-pura tidak mencintainya? Ya Rabb…sungguh perasaan ini telah lama hamba pendam, hamba tidak ingin tenggelam dalam perbuatan yang Engkau murka, hamba mohon petunjuk-Mu agar hamba terbebas dari belenggu yang kelak berdampak buruk pada masa depan hamba. Ya Allah lindungi hamba…”

Malam itu Mahmud makin gelisah, istirahatnya tidak berjalan seperti biasanya, ia susah memejamkan mata, apalagi tidur lelap seperti biasa.

“Ya Allah kenapa bayangan gadis itu selalu hadir dalam lintasan… inikah pertanda bahwa hamba benar-benar jatuh cinta? 
Mahmud tenggelam dalam  khayalnya, masa indah saat pertama kali bertemu di perpustakaan kembali hadir layaknya cerita yang berulang, suasana saat diskusi pun tak ketinggalan menemani dalam lamunan yang semakin panjang. 
“Astaghfirullah… Mahmud terjaga dari mimpi sadarnya.. ini tidak boleh dibiarkan keluhnya, ya Allah berikan hamba kekuatan…ia keluar ke kamar mandi seraya mengambil wudhu’ lalu sholat dua rokaat, dan berdo’a dalam bait penghambaan:

Ya Allah…
Segala sesuatu telah Engkau atur dengan kekuasaan-Mu,
Engkau mampu membalikkan hati dari cinta menjadi benci 
Dan dari benci menjadi cinta, 
Engkau adalah pemilik segala ketenangan dan keresahan…

Ya Allah… 
Bantulah hamba agar kembali tenang seperti semula, 
Jadikanlah hamba menjadi insan yang pandai bersyukur 
Serta lindungi hamba dari perbuatan keji dan mungkar…

Jam telah menunjukkan pukul 01.00 pagi, usai berdo’a Mahmud merasa lebih tenang dan mencoba memejamkan mata, ia berharap bisa menikmati malam itu walau hanya satu atau dua jam sebelum azan subuh dikumandangkan. Akhirnya  dengan penuh  perjuangan ia-pun bisa memejamkan mata dan terlelap. 

Tempat itu begitu indah, penuh dengan berbagai corak bunga edelways  yang  sedang  mekar. Kemah-kemah kecil  berdiri di sepanjang kaki gunung yang kokoh dan gagah itu. Mahmud sedang mengambil gambar mengabadikan pesona puncak Rinjani yang berketinggian 3.726 meter itu, disapu udara sejuk nan nyaman, ia nyaris bagai syurga yang sedang hadir ke dunia. di kejauhan sana muncul sosok gadis manis, cantik nan rupawan berkerudung modis warna merah jambu berhiaskan senyum yang memancarkan kesempurnaan dalam penanpilan, sungguh sangat indah dan mempesona. Gadis itu makin dekat hingga berada beberapa meter dari tempat Mahmud sembari tersenyum dan menyapa…

“assalamu’alaikum… akhi?”

“Wa’alaikum salam” Mahmud menjawab.

“Gimana kabar antum saat ini” 

“Alhamdulillah”  jawab Mahmud singkat.

“Subhanallah  ukhti Hameeda Bilqies… bagaimana ukhti bisa sampai di sini? Mahmud balik bertanya”.

“Alhamdulillah aku sampai di sini karena terpanggil cinta akhi". 

Terpanggil cinta…? Mahmud terheran…maksudnya apa ukhti…

ya aku mengetahui antum mendaki dari teman-teman sekolah…katanya Mahmud mau mendaki Rinjani liburan ini dan kebetulan aku juga sudah sejak lama bercita-cita ingin mendaki, ya aku juga ingin merasakan keindahan gunung ini, aku cinta keindahan ciptaan Allah dan Masya Allah ternyata benar gunung ini indah sekali. Itu maksudku terpanggil cinta…” Hameeda Bilqies benar-benar terlihat sangat senang dan riang.

Mahmud masih terdiam penuh heran dia tidak habis Pikir kenapa Hameeda  Bilqies sampai seberani ini mendaki gunung yang terkenal dengan terjal dan berbahaya itu. ‘Alaa kullihal..Mahmud salut dengan tekad dan keberanian gadis yang luar biasa itu. Hameeda Bilqies mengambil tempat duduk di bongkahan batu yang unik dan indah. Dengan senyum khasnya ia melanjutkan kata-katanya..
"Akhi..andai saja setiap tempat dijadikan indah seperti ini, kemudian penghuninya hanya kita berdua sungguh aku akan sangat bahagia, aku akan menghabiskan waktu melayani pangeran yang selama ini  aku kagumi… akhi maafkan aku meskipun aku tau sesungguhnya berpacaran itu dilarang agama, aku sangat memahami bahwa dilarangnya  pacaran hanyalah untuk menghormati dan memelihara kaum wanita, namun pada kesempatan ini aku tidak bisa menyembunyikan perasaan yang selama ini terpendam, aku tidak tau apakah antum juga merasakan hal yang sama, aku suka sama antum, izinkan aku bisa berada disisi antum hingga kelak ajal menjemput nyawa, aku benar-benar ingin berkhidmat pada laki-laki shalih yang selama ini telah mengisi hatiku. 
Hameeda  melanjutkan…. “Akhi izinkan aku mengisi hari-hari antum dengan belaian penuh cinta dan kasih sayang, berhiaskan senyum penuh kebahagian…”

Tak lama Hameeda Bilqies terlihat meneteskan air mata, mungkin ada sesal yang terhinggap dalam hatinya, sebab ia telah mencoba mencurahkan segala isi hatinya namun entahlah Mahmud yang shalih itu akan menyambutnya atau tidak.

Mahmud menghela nafas panjang  sembari menatap puncak danau segare anak gunung Rinjani dan mulai berbicara pelan. Suaranya lirih terdengar… disaksikan pancaran sinar mentari yang semakin jelas dan mempesonakan alam, dihiasi bayangan  burung-burung yang sedang terbang menikmati alam yang makin indah nan menawan.

“Ukhti Hameeda yang berhati mulia, aku juga  telah lama memendam perasaan ini, sering air mata ini terurai ketika berusaha menahan gejolak hati yang semakin meggundah dalam jiwa dan jujur aku katakan bahwa aku memiliki perasaan yang sama, aku suka sama ukhti namun aku takut karena status sosialku sebagai anak buruh kasar yang tidak memiliki kemujuran asa, melainkan diuji oleh segala keterbatasan yang ada. Ukhti sungguh seandainya tidak ada penghalang kemiskinan yang ada dan takut pada murkanya Allah azza wajalla niscaya telah kuucapkan perasaan ini sejak lama. Kini jujur aku sampaikan aku bahagia sama ukhti aku bersedia menjadi pendamping ukhti selama hayat bersama kita berdua”.

Demikian Mahmud berpanjang lebar dalam mengungkapkan perasaannya dan Hameeda  Bilqies menatapnya dengan tatapan yang penuh cinta dan bahagia.

“Terimakasih akhi…semoga cinta ini diridhai oleh-Nya”. sambut gadis menawan itu

Lalu mereka menikmati suasana itu dengan berjalan dan berlari kecil, sebagaimana sharukh khan yang berlari kecil mengejar Kajoel di tengah padang penuh bunga-bunga indah, setiap tempat yang indah mereka singgahi untuk mengabadikannya, mereka tidak peduli dengan hiruk pikuk para pendaki lain  dengan aktivitas mereka masing-masing.

Alun-alun yang dipenuhi bunga eydel ways juga tak luput dari  kisah cinta mereka hingga sampai pada suatu tempat yang memiliki view sangat indah, namun sayang tempat itu dikelilingi oleh tebing curam yang sangat membahayakan, Hameeda Bilqies menarik tangan Mahmud untuk mengabadikan tempat itu sebagai kenang-kenangan hari jadi mereka. Mahmud diliputi rasa bahagia yang teramat sangat hingga dia lupa kalau sebenarnya  mereka belumlah sah berpegangan tangan sebelum diikat oleh tali pernikahan. 

Hameeda Bilqies  meminta agar Mahmud mengabadikan dirinya di tempat yang mempesona itu dan ia mengambil pose yang sangat indah dengan tetap menampilkan susana islami yang kental, namun alangkah terkejutnya ia menginjak batu yang salah, ternya batu itu ringkih dan ia terperosok ke jurang yang sangat dalam, entah berapa ribu meter kedalamannya, Mahmud menyambarnya tangannya namun terlambat… “Hameedaaaaaaaa…” Mahmud berteriak sekeras-kerasnya.

Kring-kring-kring-kring… alarm-nya berbunyi, ia bangun bermandikan keringat, nafasnya terengah-engah bak habis berlari dikejar kucing hutan, ia mengamati kiri dan kanannya… Allahu akbar ternyata ia berminpi. Alhamdulillah ya Allah terimakasih, ternyata ini hanya mimpi..gumamnya.

Satu minggu setelah kejadian itu, Mahmud merasa bahwa cukup baginya melakukan  banyak  pertimbangan. Ia mengamati bahwa perjalanan kejiwaannya setelah membaca surat Hameeda Bilqies mengalami perubahan derastis. Ia merasakan kebahagiaan yang hadir tanpa diundang, namun di sisi lain ia banyak membayangkan hal-hal indah dalam khayalan. Ia mulai terpedaya dalam setiap ibadahnya, ia mulai tidak fokus dan tidak khusu’ dalam setiap  aktifitasnya. Ia merasa bahwa apa yang  dirasakan serta apa yang bergejolak dalam hatinya harus segera diakhiri. Tidak boleh perasaan itu terus meperbudaknya dalam khayalan yang tidak berguna, menghabiskan energi dan mengurangi daya respon terhadap  keaktifannya belajar, mengganggu peribadatan dan tenggelam dalam andai-andai yang berkepanjangan.

Tujuannya sekarang bukanlah mencari cinta sesama manusia tapi mencari cinta hakiki yang datang dari sang maha pemilik cinta Allah SWT. Hidupnya tidak boleh dihantui oleh perasaan yang pada dasarnya akan menyengsarakan setiap remaja, bukankah tidak sedikit para remaja yang terjerumus dalam malu  yang  berkepanjangan akibat jatuh dalam perbuatan tercela perzinahan? Ya  cinta memang indah kata mereka yang sedang kasmaran, namun sebaliknya cinta adalah neraka jahanam kata mereka yang ditinggal pacar, apa lagi dia ditinggalkan setelah mengorbankan segalanya hingga kehormatannya yang paling berharga, dan bukankah sebagian besar dari akibat cinta palsu ini ditanggung oleh kaum perempuan? 

Mahmud terus bergumam, bukan tidak mungkin dirinya yang berusaha menjadi insan terbaik di hadapan Allah akan terpedaya oleh bujuk rayu syetan laknatullah alaihim itu, apabila ia memutuskan making love dengan Hameeda Bilqies  meskipun jujur dia juga merasakan hal yang sama. Ya Allah lindungi hamba-Mu ini katanya…

Pagi itu Mahmud meyakinkan dirinya bahwa berpacaran, meskipun dibungkus dengan kata-kata islami sehingga menjadi pacaran islami, tetap saja tidak dibenarkan dalam syari’ah selama belum diikat oleh pernikahan. Ia kembali memohon petunjuk dalam sholat malamnya dan iapun mendapatkan keteguhan hatinya. Langkah ini adalah langkah terbaik gumamnya dari pada harus menghinakan diri dengan melanggar perintah Allah, lebih baik menyelamatkan diri dari siksa-Nya meskipun harus mengorbankan perasaan yang sudah lama dipendamnya. Cukuplah hayalan-hayalan yang tidak berguna ini menjadi bukti bahwa berpacaran akan memberikan dampak buruk pada kesehatan berpikir seseorang. Dia lalu mengambil secarik kertas dan mulai menggoreskan isi renungannya. 

Bismillahirrohmaanirrohiim… 
Kepada ukhti :
Hameeda Bilqies yang baik hati
Assalamu’alikum Wr. Wb. Semoga ukhti dan keluarga senantiasa dalam lindungan Allah Rabb yang maha rahman dan penuh cinta. 
Alangkah indahnya hari-hari yang telah bersama, terlewatkan dengan sejuta rasa. Bak mawar yang semakin mekar dan semerbak wanginya. Nikmat Allah yang telah ia limpahkan tak terhitung jumlahnya. Cukuplah keindahan hakiki berasal dari-Nya dan kebahagiaan abadi bermuara pada-Nya.  
Hameeda Bilqies yang baik hati…
Alangkah harunya hati ini setelah membaca suratmu, rasa senang dan gembira senantiasa hadir menyapa. Ada bahagia yang mulai bersemayam dalam jiwa, ada suka yang mulai tumbuh dan berbunga dalam sukma, serasa hidup ini penuh dengan bunga keindahan, serasa udara yang terhirup makin segar dan menyehatkan, angin yang berhembus membawa kesejukan dan keberkahan, belum lagi embun dan kabut yang hadir menyapa bumi menambah nyamannya hari-hari yang terlewatkan. Jujur aku katakan kalau diri ini benar-benar merasa sangat bahagia. 
Namun… izinkan kiranya diri ini berkata jujur pada ukhti, perasaanku tidak bisa dibohongi, setiap insan pasti dihinggapi perasaan suka dan cinta, suka dengan lawan jenisnya, cinta dengan kedua orang tuanya, senang terhadap harta benda dan banyak lagi selera setiap orang, tergantung pada kecendrungan cintanya. Sebagai manusia yang dhaif di hadapan-Nya aku juga merasakan hal yang sama. Sejak pertama bertemu ukhti di perpustakaan waktu itu, aku menaruh simpati pada ukhti, kelembutan sikap, keluhuran budi serta halusnya bahasa ukhti membuat siapapun laki-laki ingin dekat dan mendapatkan perhatian khusus dari anti, demikian halnya diriku. Namun jujur aku katakan aku tidak percaya diri jika harus menjalin cinta asmara dengan ukhti. Status sosial kita yang jauh  berbeda bagai langit dan bumi, aku orang tiada berpunya, sementara ukhti adalah orang berada menjadi dinding pemisah yang susah untuk disatukan. bisa saja hati kita menyatu dalam satu rasa, cinta dan kasih sayang, namun belum tentu raga bisa bersama dalam ikatan pernikahan. Sebab kita masih remaja dan perjalan serta perjuangan kita masih panjang. 
Hameeda Bilqies yang baik hati…
Sebenarnya ada perkara yang jauh lebih besar dari hanya sekedar setatus sosial antara kita, yakni perkara halal dan haram. Allah telah melarang hambanya menjalin ikatan cinta yang tidak diridhai-Nya. berpacaran adalah perkara serius di hadapan Allah SWT, ia bukan perkara biasa, sebab orang yang berpacaran pada hakekatnya telah melakukan tandingan cinta terhadap Dia yang semestinya mereka cintai sepenuh hati, Allah SWT. Dan jika kita telaah lebih jauh, sungguh berpacaran adalah penyebab paling utama seseorang terjerumus dalam perbuatan bejad yakni perzinahan, dan bukankah perzinahan itu perbuatan keji yang termasuk perbuatan dosa besar..? 
Hameeda Bilqies yang baik hati..
Meskipun secara manusiawi aku merasakan cinta itu dalam hati, munafik diri ini jika mengatakan aku tidak menyukai ukhti, namun aku memilih mencintai ukhti karena Allah, bukan karena yang lain. Jadi mohon maaf ukhti, aku tidak sanggup untuk berpacaran dengan ukhti, aku takut jika cinta ini menjadi pembenaran dalam berbuat maksiat, aku khawatir dalam perjalanan, kita tergoda oleh bujuk rayu syetan laknatullah alaihim, akhirnya kita tenggelam dalam perbuatan nista yang menjijikkan. Namun aku juga tidak mampu menghapus rasa suka ini dari hatiku, sekali lagi jujur aku katakana aku suka sama anti,  tapi biarkan perasaan cinta ini mengalir sesuai kehendak Tuhannya tanpa harus tertipu oleh zhahirnya penampilan. Jika sekiranya Allah meridhai.. ia akan mempertemukan kita di dunia ini dalam cinta yang abadi. Namun jikapun sebaliknya, yakinlah bahwa itulah yang terbaik untuk kita. Allahu Akbar… 
Pondok Rindu,  29 Juni 1993  
Dari insan yang dhaif di hadapan-Nya Mahmud..

Demikianlah Mahmud menutup tulisannya dengan berucap Ya Allah tabahkan hamba…

to be continue..

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak