Kematian Mahsa Amini Membuat Negeri Syi’ah Iran Bergejolak! AS Ancam Lakukan Ini!


TendaBesar.Com - Jakarta - Kematian Mahsa Amini perempuan 22 tahun yang ditangkap polisi syariat Iran karena dinilai melanggar aturan berpakaian khususnya jilbab membuat wanita-wanita Iran dan seluruh dunia melakukan protes keras kepada pemerintah Iran. Mahsa ditangkap polisi syariat awal September lalu karena dinilai memakai jilbab dengan "tidak patut".
 
Mahsa ditemukan meninggal dunia diduga karena dipukul oleh polisi syariat saat dirinya ditangkap, yang menyebabkan wanita itu jatuh serta mengalami koma kemudian meninggal di rumah sakit. Insiden tersebut memicu unjuk rasa besar-besaran di seluruh wilayah Iran. 

Untuk menghalau para demonstaran, pemerintah Iran menerjunkan pasukannya dan kuat dugaan pihak keamanan Iran melakukan tindakan kekerasan yang menyebabkan puluhan demonstran tewas. BBC melansir, selama demonstran berlangsung sudah 40 orang demonstran dinyatakan tewas akibat kekerasan yang dilakukan pihak keamanan Iran. Sementara penggiat HAM melaporkan jumlah yang lebih banyak.

Salah seorang pengunjuk rasa Maryam nama samara mengatakan bahwa dirinya adalah satu demonstran yang ditangkap dan mendapatkan perlakuan kasar dari pihak kepolisian Iran.

"Dia menendang saya di perut, mengikat tangan saya, menyeret tangan saya, dan mendorong saya masuk ke dalam sebuah mobil." Kata Maryam menuturkan kepada awak media, Rabu, (28/9/2022).

Maryam, perempuan 51 tahun menggambarkan bagaimana aparat di Iran menangkapnya saat ikut demo memprotes kematian Mahsa Amini. Maryam mengungkap bahwa pihak keamanan Iran telah melakukan tindakan tidak manusiawi terhadap para demostran.

Pemerintah Iran melakukan pembatasan jaringan internet, namun video-video terkait kekerasan aparat terhadap para demonstan terus bermunculan di media sosial. Maryam malah mengklaim bahwa kekejaman aparat lebih buruk dari yang beredar di video-video tersebut.

"Lebih buruk dari apa yang Anda lihat dalam video-video ini," kata Maryam kepada  BBC.

Dalam sebuah video yang beredar bahwa aparat keamanan Iran diduga kuat menembakkan peluru tajam ke pengunjuk rasa dan menangkap yang bisa mereka kejar.

Maryam melanjutkan bahwa sebelum dirinya ditangkap, ia mendengar ada instruksi dari komandan aparat keamanan bahwa pasukannya diminta untuk bertindak kasar terhadap para demonstran. Demikian juga aparat keamanan perempuan Iran tidak kalah sadisnya dengan aparat laki-laki.

"Saya mendengar salah satu dari komandan mereka memerintahkan pasukannya bertindak kasar. Petugas perempuan juga mengerikan. Salah satu dari mereka menampar saya dan menuduh saya mata-mata Israel dan pelacur," tutur maryam.

Maryam juga menuturkan bahwa ada banyak orang yang ditangkap selain dirinya. Kebanyakan yang ditangkap itu adalah anak-anak muda, namun memiliki keberanian yang luar biasa. Meskipun mereka ditangkap dan dibawa ke Garda Revolusi Iran, mereka tetap melakukan protes keras. 

"Ada anak-anak perempuan lain dalam mobil itu, tapi mereka jauh lebih muda. Ketika saya melihat mereka dan keberaniannya, saya menyemangati diri saya. Mereka membantu saya. Mereka meneriaki dan mengolok-olok para petugas. Generasi ini berbeda dari generasi saya. Mereka tidak takut." Beber Maryam.

Maryam mengatakan dari fasilitas Garda Revolusi, dia dan tahanan lainnya dibawa ke sebuah kantor polisi kecil. Di sana ada sedikitnya 60 perempuan, ditempatkan dalam ruangan kecil. Mereka diancam akan diperkosa jika mereka tidak menghentikan aksinya melakukan demonstrasi.

"Setelah hampir seharian, ketika kami berteriak dan demo di dalam ruangan itu, mereka para aparat mulai mengancam kami jika kami tidak diam, mereka akan memperkosa kami." Kata Maryam.

Senada dengan Maryam, Sam seorang demonstran lainnya yang ditangkap selama dua hari di Teheran mengungkapkan bahwa dirinya menjadi korban keberutalan aparat keamanan Iran. Dia mengaku dipukul 15 aparat tanpa ampun.

"Saya merasakan darah di mulut saya dan serangan pistol setrum listrik di tubuh saya," ujarnya. Salah satu tentara menendang mata kiri saya saat membawa saya ke (tempat) di mana mereka menahan tahanan lainnya. Saya bersama para pengunjuk rasa yang berusia di bawah 25 tahun. Beberapa orang wajahnya berdarah, tapi mereka tersenyum, ngobrol, dan bercanda," ujar Sam.

Sam menceritakan pengalamannya di dalam tahanan bahwa salah satu dari demonstran muda itu memintanya tersenyum, tidak boleh bersedih, dan tetap tegar dalam upaya perjuangan melakukan perubahan. 
 
"Salah satu dari mereka meminta saya tersenyum dan mengatakan, kita menang karena kita benar”, tutup Sam menceritakan.

Unjuk rasa  telah meluas ke 31 kota dan daerah di seluruh Iran. Para pengunjuk rasa menuntut dicabutnya undang-undang terkait aturan jilbab. Bahkan demonstrasi juga meluas ke Negara lain. 

Di Suriah para wanita memotong rambutnya dan membakar jilbanya sebagai bentuk protes kepada pemerintah Iran. Demikian juga di Turki, sekelompok wanita memotong rambutnya sebagai bentuk protes keras kepada pemerintah Iran.

Sementara itu Pemerintah Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi kepada polisi syariat Iran karena "perlakuan kejam dan kekerasan" terhadap perempuan dan demonstran Iran. Sanksi ini dijatuhkan setelah kematian Mahsa Amini, perempuan 22 tahun yang ditangkap polisi syariat karena dinilai melanggar aturan berpakaian. Sanksi itu berupa pembekuan aset individu dan organisasi Iran sehingga ilegal bagi warga AS untuk berurusan dengan mereka.

Sanksi itu dijatuhi oleh Departemen Keuangan AS kepada polisi syariat serta tujuh pemimpin organisasi keamanan Iran. Departemen keuangan AS memandang jika organisasi keamanan Iran "secara rutin menggunakan kekerasan untuk menekan pengunjuk rasa damai dan anggota masyarakat sipil Iran, pembangkang politik, aktivis hak perempuan, dan anggota komunitas Baha’I Iran."

“Mahsa Amini adalah seorang wanita pemberani yang kematiannya dalam tahanan Polisi Moralitas adalah tindakan kebrutalan oleh pasukan keamanan Iran terhadap rakyatnya sendiri. Kami mengecam tindakan tidak berbudi ini dalam istilah yang paling keras dan menyerukan kepada pemerintah Iran untuk mengakhiri kekerasannya terhadap perempuan dan tindakan keras yang sedang berlangsung terhadap kebebasan berekspresi dan berkumpul,” kata Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, dikutip dari Aljazeera, Kamis (22/9/2022).

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden dalam sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan dukungannya untuk rakyat Iran. 

"Saya bersama dengan warga negara pemberani dan wanita pemberani Iran yang saat ini berdemonstrasi untuk mengamankan hak-hak asasi mereka," Kata Biden.

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak