Tragedi Pilu 01-10-22 Stadion Kanjuruhan Malang! Ini Berbagai Perspektif Kronologinya!


TendaBesar.Com - Surabaya - Dunia sepak bola negeri khatulistiwa kembali berduka akibat kericuhan yang terjadi  usai laga liga 1 Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu malam (2/10/2022).

Seperti diketahui Laga Arema vs Persebaya itu berlangsung aman dan lancar dengan skor akhir  2-3. Hasil pantauan tendabesar.com sejak peluit babak pertama berbunyi kedua kubu saling jual beli serangan dan strategi.

Tertinggal dua kosong, Arema bangkit dan mampu mengejar ketinggalan dengan menyamakan kedudukan hingga peluit panjang babak pertama dibunyikan, skorr tetap bertahan 2-2.

Pada babak kedua, kembali jual beli serangan terjadi, namun takdir kemenangan telah tertulis untuk Persebaya Surabaya hingga skor berubah menjadi 2-3. 

Tercatat selama 20 tahun Persebaya Surabaya tidak pernah mampu mengalahkan Arema pada setiap laga yang mempertemukannya. Namun kali ini takdir berkata lain. Persebaya mampu membuat singo edan bertekuk di kandangnya sendiri karena kepiawaian dari pelatih dan pemain Persebaya Surabaya.

Kekalahan skuad Singo Edan di kandang mereka memantik emosi suporternya (Aremania). Usai laga pemain kedua tim tidak sempat berbagi salaman, karena bibit kericuhan mulai terlihat. Para pemain lantas berlari menuju ruang ganti setelah wasit meniup peluit panjang mereka.

Hal itu mereka lakukan karena suporter Aremania beranjak ke lapangan secara sporadic hendak melakukan protes kepada pemain dan manajemen. 

Melihat situasi yang kurang kondusif, pihak keamanan langsung mengamankan pemain. Suporter yang turun ke lapangan berlari menuju ruang ganti untuk mengejar pemain. Beberapa dari mereka juga melempari para pemain dengan benda-benda tumpul seperti botol minuman dan lainnya. 

Tidak hanya melempari pemain dengan botol dan gelas minuman, supporter juga merusak perlengkapan pertandingan dan fasilitas di dalam lapangan seperti bangku pemain, papan iklan, jaring gawang. Semua  ikut menjadi tempat pelampiasan kekecewaan. Tidak hanya itu bahkan mobil polisi juga turut menjadi sasaran amukan massa.

Seorang penonton yang selamat dari tragedy memilukan itu menceritakan melaui akun Twitternya @RezqiWahyu_05. Rezqi menceritakan kronologi terjadinya kerusuhan tersebut. 

Dari awal dirinya masuk ke stadion Kanjuruhan, semua berjalan aman dan tertib sampai kick off laga dimulai pukul 20.00 WIB. Pertandingan juga berjalan aman dan damai tanpa kericuhan sedikit pun.

"Yang ada hanya suporter Arema saling melontarkan psywar ke arah pemain Persebaya," tulis Rezqi, seperti dilansir merdeka.com, Ahad, (02/10/2022)

Rezqi melanjutkan bahwa saat babak pertama jeda istirahat, di tribun 12-13 sudah terjadi sekitar dua atau tiga kali kericuhan, namun mampu direda dan diamankan oleh pihak berwenang. 

Pada babak kedua tim Persebaya berhasil mencetak golnya yang ketiga yang membuat Arema FC semakin tampil menyerang menggempur gawang Persebaya, namun sekali lagi takdir kemenangan tidak berada di pihak Arema sehingga tidak ada gol yang tercipta. 

"Semakin banyak serangan, semakin gemas juga kita sebagai suporter yang menontonnya," lanjut Rezqi.
 
Pluit panjang tanda laga selesai-pun dibunyikan. Para pemain Arema tertunduk lesu dan kecewa. Sementara pelatih Arema Javier Rocha dan manager tim mendekati tribbun timur dan menunjukan gestur minta maaf kepada suporter. 

Tumpahnya kericuhan di lapangan hijau bermula dari salah seorang supporter dari tribun selatan nekat masuk berlari dan mendekati Sergio Silva dan Maringa. Superter tersebut melakukan seperti melakukan protes kepada akedua pemain tersebut.

"Di sisi lain ada satu orang suporter yang dari arah tribun selatan nekat masuk dan mendekati Sergio Silva dan Maringa. Terlihat seperti memberi kritik dan motivasi kepada mereka," cerita Rezqi.

Setelah itu memicu banyak supporter lainnya juga berhamburan masuk lapangan dan meluapkan kekecewaannya kepada pemain Arema. Salah seorang pemain Arema John Alfarizie nampak mencoba memberi pengertian kepada oknum-oknum suporter tesebut. Namun semakin banyak mereka yang berdatangan masuk, semakin ricuh stadion karena dari berbagai sisi stadion juga ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya kepada pemain. 

Masih dari Rezqi, ia menceritakan tidak hanya berhamburan ke lapangan hijau, namun para supporter yang masih di tribun juga melempar berbagai macam benda ke arah lapangan, para suporter semakin tidak terkendali. Akhirnya para pemain digiring masuk ke dalam ruang ganti dengan pengawalan polisi. 

"Seteah pemain masuk, suporter makin tidak terkendali dan makin banyak yang masuk ke lapangan," kata papar Rezqi. 

Rezqi tidak hanya menceritakan tentang aksi brutal para supporter, ia juga menceritakan tentang perlakuan aparat yang tidak manusiawi kepada supporter yang melakukan kericuhan. Pihak aparat melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para suporter. Termasuk melakukan tindakan brutal dengan pentungan dan penganiayaan.

"Menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis, dipentung dengan tongkatpanjang, satu suporter dikeroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya," tulisnya 

Pada saat aparat berupaya memukul mundur, justru suporter lainnya dari arah selatan dan utara menyerang aparat. Makin banyak suporter yang masuk dan ricuh. Kondisi makin tidak terkendali, membuat aparat menembakan beberapa kali gas air mata ke arah suporter yang ada di lapangan. Namun demikian para supporter silih berganti menyerang aparat dari sisi selatan dan utara. 

"Yang akhirnya, selain hujan lemparan benda dari sisi tribun, di dalam lapangan juga terjadi aksi tembak-tembakan gas air mata ke arah supporter. Ada juga yang langsung ditembakan ke arah suporter, yaitu di tribun 10," tutur Rizqi.

Para suporter yang di tribun panik karena kepulan gas air mata, akibatnya tribun semakin ricuh. Para supporter berlarian mencari pintu keluar. Tapi sayang pintu keluar sudah penuh sesak karena penonton panik terkena gas air mata semua berlarian kearah pintu keluar. Akhirnya terjadi penumpukan dan saling injak di antara supporter.

"Banyak ibu-ibu, wanita dan anak-anak kecil yang telrihat sesak gak berdaya, gak kuat ikut berjubel untuk keluar stadion. Terlihat mereka sesak karena gas air mata, seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet," tambah Rizqi.
 
Adapun kondisi di luar stadion Kanjuruhan sudah sangat mencekam. Banyak suporter yang lemas bergelimpangan, teriakan dan tangisan wanita, suporter yang berlumuran darah, mobil aparat yang hancur, kata-kata makian dan amarah terdengar silih berganti. 

"Saya dikenalkan Arema oleh orangtua saya saat tahun 2007 hingga saat ini. Hari ini 1 Oktober 2022 menjadi titik terendah saya menjadi seorang suporter. Saya masih belum percaya menyaksikan kondisi saudara-saudara saya dengan kondisi seperti ini. Saya sangat terpukul dengan adanya insiden ini dan semoga ini yang terakhir," do’a Rizqi.

Di tempat terpisah, melalui akun Twitter resminya, Persebaya menjelaskan mereka dalam kondisi aman usai laga. Para pemain Persebaya sempat tertahan di Stadion Kanjuruhan, tetapi mereka aman saat pulang menggunakan kendaraan taktis (rantis).
 
"Tim telah keluar dari area stadion dan langsung menuju titik evakuasi agar bisa segera kembali ke Surabaya dan beristirahat," tulis akun resmi Persebaya. 

Hingga berita ini diturunkan Tragedi Kanjuruhan telah memakan korban jiwa sebanyak 174 jiwa dan ratusan korban luka berat dan ringan, seperti dilansir CNN Indonesia.

(fer/tb)

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak