IPW Minta Jokowi Copot Idam Azis dan Komjen Rycko Amelza

6 orang laskar FPI yang diculik dan kemudian ditembak mati Polisi dengan tuduhan menghalangi pemeriksaan

TendaBesar.Com - Jakarta - Menyingkapi simpangsiurnya pemberitaan di media yang tidak seimbang mengenai tragedi ditembak matinya 6 laskar FPI oleh polisi membuat Ind Police Watch (IPW) berang.

Neta S Pane melihat adanya kejanggalan dalam kasus ditembak matinya 6 laskar FPI tersebut. Sebab keteranagan yang disampaikan oleh Kapolda Fadil Imran dengan rilis yang disampaikan oleh FPI bertolak belakang 180 derajat.

Dalam keteranagan yang beredar dan viral di laman Youtube fadil menyampaikan bahwa lascar FPI ditenggarai melakukan penyerangan kepada pihak kepolisian yang akan melakukan pemeriksaan kepada Muhammad Rizieq Shihab (MRS)

Kejanggalan dan cendrung dusta yang disampaikan Fadil terlihat pada keterangannya yang mengatakan ada 10 laskar FPI yang melakukan penyerangan, padalahal mobil minibus maksimal paling 8 orang yang mampu ditampung.

Kejanggalan berikutnya adalah pernyataan yang dirilis oleh Fron Pembela Islam (FPI).  Dalam rilisnya FPI mengatakan bahwa mobil laskarlah yang dihadang oleh preman berpakaian sipil.

Setelah itu terdapat 6 orang lascar yang diculik oleh orang tak dikenal tersebut. Tak berselang lama pihak kepolisian memberitakan bahwa terdapat 6 orang yang diduga pengikut MRS ditembak mati karena menghalangi pemeriksaan.

Atas kesimpangsiuran tersebut, IPW meminta agar dibentuk tim Independen untuk melakukan penyelidikan sehingga diketahui siapa sesungguhnya yang menyebar berita dusta. Pihak kepolisiankah atau sebaliknya pihak FPI

Bagaimana pernyataan pers IPW tersebut. Ini selengkapnya tendabesar.com sajikan

"Presiden Jokowi harus segera mencopot Kapolri Jenderal Idham Azis dan Kabaintelkam Polri Komjen Rycko Amelza, sehubungan terjadinya kasus penembakan yang menewaskan enam anggota FPI di Tol Cikampek, Jawa Barat pada Senin 7 Des 2020 subuh".

"Selain itu, Ind Police Watch (IPW) mendesak agar segera dibentuk  Tim Pencari Fakta Independen untuk mengungkapkan, apa yg terjadi sebenarnya. Sebab antara versi Polri dan versi FPI sangat jauh berbeda penjelasannya. Polri mengatakan, anggotanya ditembak Laskar Khusus FPI yang mengawal Rizieq. Apakah benar bahwa Laskar FPI itu membawa senjata dan menembak polisi? Agar kasus ini terang benderang anggota Polri yg terlibat perlu diamankan terlebihdahulu untuk dilakukan pemeriksaan. Sebab menurut Siaran Pers FPI, rombongan Rizieq lah yang lebih dulu dihadangan sekelompok orang yang berpakaian sipil, sehingga mereka menduga akan dirampok orang tak dikenal di jalan tol".

"Dalam kasus Cikampek ini muncul sejumlah pertanyaan. Pertama, jika benar FPI mempunyai laskar khusus yang bersenjata, kenapa Baintelkam tidak tahu dan tidak melakukan deteksi dan antisipasi dini serta tidak melakukan operasi persuasif untuk "melumpuhkannya". 

"Kedua, apakah penghadangan terhadap rombongan Rizieq di KM 50 Tol Cikampek arah Karawang Timur itu sudah sesuai SOP, mengingat polisi penghadang mengenakan mobil dan pakaian preman. Ketiga, jika Polri menyebutkan bahwa anggotanya ditembak lebih dulu oleh Laskar Khusus FPI, berapa jumlah tembakan itu dan adakah bukti bukti, misalnya ada mobil polisi yang terkena tembakan atau proyektil peluru yg tertinggal". 

"Keempat, dimana TKP tewas tertembaknya keenam anggota Laskar Khusus FPI itu karena menurut rilis FPI keenam anggotanya itu diculik bersama mobilnya di jalan tol. Kelima, keenam anggota FPI yang tewas ditembak itu bukanlah anggota teroris, sehingga polisi wajib melumpuhkannya terlebih dahulu karena polisi lebih terlatih dan polisi bukan algojo tapi pelindung masyarakat". 

"Keenam, jalan tol adalah jalan bebas hambatan sehingga siapa pun yang melakukan penghadangan di jalan tol adalah sebuah pelanggaran hukum, kecuali sipengandara nyata nyata sudah melakukan tindak pidana. Ketujuh, penghadangan yang dilakukan oleh mobil sipil dan orang orang berpakaian preman, patut diduga sebagai pelaku kejahatan di jalan tol, mengingat banyak kasus perampokan yang terjadi di jalanan yang dilakukan orang tak dikenal. Jika polisi melakukan penghadangan seperti ini sama artinya polisi tsb tidak promoter".

"Dengan tewas tertembaknya keenam anggota FPI itu, yang paling bertanggungjawab dalam kasus ini adalah Kapolri Idham Azis. Tidak promoternya Idham Azis dalam mengantisipasi kasus Rizieq sudah terlihat sejak kedatangan pimpinan FPI itu di Bandara Soetta, yang tidak diantisipasi dengan profesional tapi terbiarkan hingga menimbulkan masalah".

Salam
Neta S Pane
Ketua Presidium Ind Police Watch

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak