Uniknya Pendirian Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Partai Gelora)


Oleh: Shobri, M.E.I.

TendaBesar.Com - Opini - Lahirnya partai Gelora berawal dari lahirnya ide dan narasi besar bernama Arah baru Indonesia. Ide dan Narasi besar itu digagas oleh seorang pemuda bernama Muhammad Anis Matta.

Dari ide dan narasi besar itu lahirlah komunitas yang bermetamorposis menjadi Organisasi Masyarakat (Ormas) bernama Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI). 

Tidak berselang lama, sebagian dari inisiator GARBI menginisiasi lahirnya Partai Baru. Pada awalnya terjadi perbedaan pendapat di antara inisiator tersebut.

Perbedaan pendapat terjadi pada posisi GARBI setelah lahirnya Partai Baru. Apakah GARBI akan menjadi ormas yang secara outomatically menjadi pendukung Partai Baru tersebut atau tidak.

Dari sumber yang akurat, terjadi perdebatan sengit di antara inisiator GARBI tersebut. Ada yang menginginkan GARBI tetap independen dan juga sebaliknya menjadi bagian dari partai baru.

Dari perdebatan panjang tersebut, disepakati bahwa GARBI tetap menjadi ormas independen yang diharapkan menjadi tempat produksi calon pemimpin yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan di masa mendatang.

Kader GARBI yang ingin ikut menjadi pendiri dan membesarkan Partai Baru dipersilahkan, demikian juga kader GARBI yang ingin tetap membesarkan ormas atau bahkan menjadi keder partai lain juga dipersilahkan.

Ide Arah baru Indonesia dengan narasi "Bersinergi dan berkolaborasi membagun Indonesia menjadi kekuatan 5 besar dunia" awalnya banyak dicibir, namun akhirnya narasi itu bergulir dan bergelora hingga seantero ibu pertiwi.

Tepatnya hari Rabu, 28 Oktober 2019, bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, lahirlah Partai Baru bernama Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Partai Gelora). Pendirian ini dikukuhkan dalam bentuk piagam pendirian partai Gelora. Dan inilah keunikan pertama.


Kemudian mulailah seluruh perangkat disusun dan dipersiapkan. Pembentukan pengurus tingkat Dewan Pimpinan Nasional (DPN), Dewan Pimpinan Wilayah (DPW), Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) dilakukan. 

Pada hari Selasa, 10 November 2019, betepatan dengan hari Pahlawan Nasional, Partai Gelora dideklarasikan dengan dilantiknya pengurus DPW dari 34 provinsi di seluruh Indonesia oleh DPN. Dan inilah keunikan kedua.


Antusiasme masyarakat yang tertarik bergabung ke Partai Gelora terbilang sangat tinggi. Magnet utama yang membuat mereka tertarik bergabung ke Partai Baru tersebut adalah Anis Matta dan Fahri Hamzah yang dianggap bersih semasa memegang jabatan.

Pada hari Selasa, 31 Maret 2020, Partai Gelora didaftarkan ke Kemenkumham, dalam suasana pandemi covid-19 dengan cara daring, yakni pendaftaran dilakukan melalui teleconference yang diterima langsung oleh Menkumham, Yasonna Laoly. Dan model pendaftaran seperti baru pertama kali sepanjang sejarah Partai Politik di Indonesia. Inilah keunikan ketiga

Sembari menunggu kabar tentang lolos dan tidaknya verifikasi persyaratan Partai di Kemenkumham, kade-kader partai hadir di tengah masyarakat, turut membantu pemerintah menanggulangi penyebaran covid-19 dan membantu masyarakat terdampak dengan berbagai aksi sosial.


Kabar gembirapun hadir sebagai obat kecemasan. Pada hari Selasa, 19 Mei 2020, Surat Ketetangan (SK) pendirian Partai Gelora ditanda tangani oleh Menkumham Yasonna, masih dalam masa pandemi, setelah verifikasi seluruh persyaratan partai dianggap lengkap. Kabar baik itu disampaikan oleh sekjen Partai Gelora Mahfuz Sidiq, Selasa, (19/5/2020)

Kabar itupun menjadi kejutan bagi para fungsionaris Gelora yang telah berjuang dari nol, menyiapkan segala persyaratan yang dibutuhkan dalam mendirikan partai politik. Sebab Gelora benar benar dibentuk mulai dari nol, tidak dengan membeli badan hukum partai yang sudah tenggelam sebagaimana kebanyakan partai baru lainnya. Dan ini merupakan keunikan keempat.


Tepatnya pada Selasa, 2 Juni 2020, masih dalam masa pandemi, SK Gelora diserahkan secara daring oleh menteri Yasonna. Masih dalam masa pandemi pula. Inilah keunikan kelima. 

Keunikan lahirnya Partai Gelora tidak hanya pada kelihaian sang kreator Anis Matta yang memilih hari sumpah pemuda sebagai hari pendiriannya, Demikian juga hari pahlawan nasional sebagai awal deklarasinya.


Tapi setelah ditelusuri ternyata hari lahirnya Partai Gelora adalah hari Rabu di mana hari ini dalam teologi Islam memiliki sejarah menakjubkan yakni hari diciptakannya "Nuur atau Cahaya" Oleh Tuhan. Sebagai mana diketahui Nuur atau cahaya adalah sumber kehidupan di muka bumi.

Lebih jauh dalam sejarah ditemukan bahwa hancurnya negara-negara sombong dan congkak terjadi pada hari Rabu. 

Dalam riwayat Anas Bin Malik, Tuhan menghancurkan kesombonngan Fir'aun serta kaumnya terjadi pada hari Rabu. 

Demikian juga hancurnya kaum 'Aad dan Tasmud, dimusnahkannya Namrudz raja lalim dan congkak, ditenggelamkannya Qorun beserta hartanya, semua terjadi pada hari Rabu. 

Apakah keunikan ini mengisyaratkan bahwa, Indonesia di bawah kendali Partai Gelora kedepannya akan menjadi negara yang kuat, negara 5 besar dunia, melewati negara-negara imperium saat ini?  

Sementara keunikan lainnya, sang kreator memilih hari Selasa untuk deklarasi. Hari Selasa juga hari pendaftaran ke Kemenkumham untuk legalisasi Partai Politik (Parpol) di bumi pertiwi. 

Bukan suatu kebetulan, Hari selasa juga sebagai hari dimana Menkumham, Yasonna menandatangani SK pengesahan Partai Gelora menjadi Parpol yang secara de jure-de facto legal di negeri gemahrifah loh jenawe ini.

Hari Selasa juga menjadi sejarah, karena penyerahan SK Partai Gelora secara simbolik, dilakukan dengan cara daring melalui teleconferensi karena sesuatu yang tidak disukai, yakni wabah covid-19 yang membahayakan baik kesehatan maupun ekonomi.

Hari Selasa dalam teologi islam adalah hari dimana Tuhan menciptakan hal-hal yang tidak disukai. Entah ini kepiawaian sang kreator atau memang alamiah bahwa legalnya Partai Gelora pada kondisi dimana masyarakat sedang tidak bahagia, sedang tidak senang karena covid-19.

Gelombang diambil sebagai nama pada Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora) adalah sesuatu yang tidak disukai oleh kebanyakan pelaut.

Gelombang di tengah lautan, tidak disukai oleh para nelayan, kapal laut, kapal pesiar ataupun kapal pengangkut barang, karena gelombang itu membahayakan, menegangkan, tidak menyenagkan.

Gelomnang rakyat juga tidak disukai oleh kebanyakan pemimpin di muka bumi, sebab gelombang rakyat menjadi momok berbahaya, karena tidak sedikit pemimpin negara tumbang akibat gelombang rakyat yang turun menyuarakan kebenaran.

Jendral Soeharto, Presiden ke-2 Negara Republik Indonesia runtuh setelah duduk 32 tahun di kursi tahta ke presidenan, karena gelombang rakyat. 

Apakah ini sebuah isyarat bahwa Indonesia ke depan, dengan racikan Partai Gelora berkolaborasi dengan seluruh elemen bangsa, akan menjadi sabab musabbab negara besar ini menjadi kekuatan dunia, menjadi macan dunia dan membuat negara-negara imperium runtuh dan tidak bahagia. Wallohu'alam..

Penulis: Lulusan Megister Ekonomi Islam Univ. Ibn Khaldun Bogor, Praktisi Pendidikan

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak