Atasi Anak Hiperkinetis Dengan Mengajarkannya Berenang, Insya Allah Sembuh


Oleh: Akhmaneli
Seorang Ibu Dari 4 Orang Anaknya

TendaBesar.Com - Opini - Setelah membaca tulisan seorang ibu di grup KBM ini tentang anaknya yang melewatkan fase merangkak, saya jadi ingat kejadian 10 tahun yang lalu. 

Anakku yang kedua, laki-laki, pun melewatkan fase merangkak. Tapi ia melewatkan fase merangkak, bukan karena aku yang lalai apalagi tak perhatian. Aku adalah full time mother. Meskipun memiliki asisten rumah tangga, tapi urusan anak, seratus persen urusanku. 

Dan itu memang Qadarullah. 

Saya perhatikan, setelah ia bisa duduk di usia 6 bulan, ia langsung belajar berdiri di usia 8 bulan. Merambat dinding. Dan langsung jalan di usia 10 bulan. 

Saya sendiri kaget melihat lompatan perkembangannya yang melewatkan fase merangkak. 

Karena kekurangan ilmu, saya malah merasa anak saya hebat karena tumbuh kembangnya lebih cepat dari teman sebayanya. Di saat temannya baru bisa jalan selangkah dua langkah di usia 12 bulan, dia sudah melesat berlari di usia yang sama.

Tak taunya... 

Kalau dilihat sepintas seperti tak ada masalah dengan dirinya. Dia aktif, ceria, bicara sudah lancar di usia 2 tahun 2 bulan, ramah dan mudah menyapa siapa saja, makanan apa aja lewat, mudah memahami instruksi, dan sangat ingin tahu. 

Tapi lama kelamaan saya memperhatikan ada yang berbeda dari tumbuh kembangnya. 
Dia tidak bisa diam. Selalu bergerak. Sampai ada tetangga yang bilang dia hiperaktif. Tapi saya yakin itu bukan hiperaktif. Karena anak yng hiperaktif cenderung destruktif. Merusak. Seperti ambil mainan ini. Baru sebentar sudah bosan. Dan barang itu di lempar. Semua dipanjat, yang ujungnya merusak barang. 

Saya cenderung menganggapnya hiperkinetis. Kelebihan energi. Dia juga tidak bisa duduk diam dalam jangka waktu lama. Sering sekali jatuh atau menabrak sesuatu. Tidak mampu berjalan di balok titian. Selalu jatuh di tengah. Padahal panjang balok titian itu cuma 1,5 m. Tidak fokus. Fokus sangat mudah teralihkan. 

Bagi orang yang melihat, termasuk ayahnya, tidak ada masalah pada dirinya. "Maklum...masih kecil". Itu pembenaran kepada dirinya yang waktu itu belum berusia 5 tahun. Tapi feeling seorang ibu biasanya jarang yang meleset bukan? 

Bahkan ketika TK, gurunya memberi dia julukan "si 5 menit buyar". Karena cuma rentang 5 menit itu ia bisa mempertahankan fokusnya. Selebihnya dia akan asyik sendiri dengan kegiatannya. Jadi kalau jadwal tahsin dan tahfidz di pagi hari, ia selalu diberi giliran pertama, sebelum fokusnya hilang.

Suatu ketika, saat itu dia sudah kelas 2 SD, kami berkesempatan ke Bandung dan berbicara dengan adik ipar (adik suami) yang kebetulan belum lama wisuda S2 psikologi.  Beliau menyarankan kami berkonsultasi dengan temannya sesama psikolog juga, agar hasilnya objektif. Karena kalau ia yang menguji, khawatir hasilnya subjektif karena itu keponakannya sendiri. 

Kemudian kamipun mendatangi psikolog yang dirujuk. Setelah melewati serangkaian tes dan tanya jawab, ternyata semua masalah yang timbul adalah karena ia melewatkan fase merangkak sewaktu bayi. 

Ternyata merangkak itu adalah suatu fase yang sangat penting bagi seorang anak. Diantaranya :

1. Memperkuat otot dan melatih koordinasi tubuh dalam beraktifitas seperti berjalan, berolahraga, makan dan lain-lain. 

2. Mengasah otak kanan dan kiri karena saat merangkak, otak terlatih untuk mengkoordinasi gerakan dan ritme tubuh bayi sehingga membuat otak saling berinteraksi.

3. Melatih keseimbangan tubuh. 

Uraian psikolog itu benar-benar mengagetkanku. Tak menyangka kalau melewatkan sebuah fase yang tadinya saya angggap sepele tapi ternyata menimbulkan efek yang tidak main-main. 

Dan solusi yang diberikan oleh psikolog itu cukup sederhana. Berenang. Bukan main air. Benar-benar berenang yang teratur latihannya. Karena di dalam berenang, sudah tercukupi semua terapi yang harus ia jalani. 

Manfaat berenang diantaranya sebagai terapi:

1. Fokus. 

Dengan berenang ia harus fokus mengkoordinasikan semua gerakan tubuhnya, kaki dan tangan serta bernafas sehingga ia tidak tenggelam dan bisa melaju. 

2. Melatih keseimbangan diri.
 
Koordinasi yang baik antara gerakan kaki dan tangan, juga otak, akan melatih keseimbangan tubuhnya. Sehingga ia bisa mengambang

3. Mengasah perkembangan otak kanan dan kiri. 

Gerakan yang teratur dan selang seling antara bagian tubuh yang kanan dan diri itu akan mengasah perkembangan otak kanan dan kirinya. 

Dari banyak orang yang saya amati (saya mantan atlet renang) perenang rata-rata berotak cerdas dan bagus di nilai akademik

4. Fisik bugar dengan paru-paru yang sangat bagus. 

Setelah mendapat nasehat dari psikolog ini segera saya daftarkan ia ke sebuah klub renang di kotaku. 

Sebenarnya bisa saja saya melatihnya sendiri. Tapi karena ia masih SD kelas 2, ia butuh teman untuk penyemangat. Bisa bercanda dan bermain di sela-sela berenang. Maka klub adalah pilihan saya. Dan juga, untuk menegakkan disiplin latihan. Karena ia lebih sungkan dengan orang lain dari pada ke ibunya sendiri.

Setelah setahun lebih latihan berenang di klub, perubahan yang terjadi, bagi saya benar-benar luar biasa. 

Dia yang tadinya tak bisa duduk lama, sekarang sudah bisa duduk manis membaca buku sampai satu jam. Dulu, menahannya untuk membaca 10 menit saja harus pakai iming-iming hadiah. Dia sudah bisa fokus mengerjakan PR sampai selesai. 

Dia jarang sekali jatuh apalagi menabrak orang. Sudah mampu melewati balok titian sepanjang 2 m. 

Sebelum terapi, dia sudah 3 kali kecebur got ketika naik sepeda. Lari menuju pintu kamar tapi malah menabrak dinding sebelah pintu. Itu semua akibat keseimbangan yang tidak stabil. Alhamdulillah, cerita-cerita sedih itu sekarang sudah tak terjadi lagi. 

Sekarang ia sudah kelas 1 SMA. Dia merupakan atlet panahan kota Serang, Banten. Sebuah olahraga yang menuntut fokus dan kesabaran. Ia juga lulus dengan nilai UN tertinggi ketika SD dan SMP.  Ia juga seorang programmer yang pernah juara 1 robotic di Banten. Sebuah kegiatan yang juga menuntut fokus dan kekuatan logika. 

Sebuah perubahan total akibat manfaat berenang. 

Maka benarlah sabda nabi kita, Muhammad SAW, 14 abad yang lalu. "Ajarkanlah anakmu berenang, memanah dan berkuda".

Padahal, kalau dipikir, Arab jaman dahulu (khususnya Mekah dan Madinah) adalah daerah yang tandus. Tak ada sungai apalagi danau, boro-boro kolam renang. Kenapa Rasulullah menyuruh kita untuk belajar berenang yang beliau sendiri mungkin tak tau manfaatnya, kalau bukan karena itu adalah perintah dari Allah SWT?

Maha Suci Allah, yang setiap perintahnya pasti mengandung hikmah.

Akhir kata, saya sangat bersyukur kepada Allah yang telah menguji kami sekian tahun akibat melewatkan fase merangkak itu. Sehingga banyak usaha dalam memperbaikinya dan berujung manis dengan semua pengalaman itu. 

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak