TendaBesar.Com - Jakarta - Permintaan mundur oleh mantan prajurit TNI Angkatan Darat, Ruslan Buton melalui surat terbukanya yang viral, tidak membuat presiden Jokowi mati langkah.
Tak hanya Ruslan yang menyindir kinerja presiden Jokowi dalam penangan covid-19 dan penanganan persoalan negara lainnya amburadul. Pengamat Muslim Arbi juga menyampaikan hal yang hampir senada namun berbeda redaksi.
Muslim menanggapi keinginan presiden memberlakukan New Normal dalam masa pandemi covid-19 yang rencananya bakal dimulai 1 Juni 2020 khusus Provinsi Jawa Barat.
Arbi mengatakan: "Rakyat tidak membutuhkan New Normal, yang Rakyat butuhkan adalah New Presiden dan New Goverment", Katanya.
Namun demikian gaya presiden yang slow dan santai menghadapi berbagai kritikan, membuat dirinya menjadi presiden yang cukup mumpuni mengelola emosi.
Bahkan rencana pembangunan mega proyek terus dilanjutkan. Salah satunya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Hal itu disampaikan oleh menteri BUMN, Erick Thohir pada sebuah acara online, Jumat, (29/5/2020)
"Alhamdulillah, presiden baru saja memimpin rapat langsung mengenai proyek nasional yang mayoritas harus tetap berlangsung. Ini yang membuat kita selalu optimis dimana negara kita tetap memikirkan pembukaan lapangan kerja. Proyek-proyek ini banyak sekali menyerap tenaga kerja", kata Erick.
Dalam keterangnnya bahkan Erick menyebutkan bahwa proyek kereta cepat Jakarta-Bandung bakal disambung hingga Surabaya sesuai arahan presiden.
"Presiden setuju proyek kereta cepat disambung Jakarta-Bandung-Surabaya agar lebih feasible, lebih layak", sambung Erick.
Sebagaimana diketahui halayak, bahwa proyek kereta cepat tersebut pembangunannya mandek selama satu tahun.
Bahkan pada maret 2020, Kementerian PUPR meminta PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) untuk menghentikan sementara pembangunnya, karena dianggap menjadi biang kerok terjadinya banjir di tol Jakarta-Cikampek.
Meskipun semangat membangun sedemikian membara, namun pemerintah menyadari bahwa pembangunan proyek tersebut mengalami kendala dan kendala yang dihadapi adalah modal.
Menteri Koodinator Prekonomian, Air Langgga menyebutkan, bahwa kendala utama proyek kereta cepat adalah modal yang sangat besar. Oleh karenanya pemerintah bermaksud menggandeng korsomsium baru dari Jepang.
Sebenarnya sejak awal proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung menuai polemik di masyarakat.
Banyak kalangan mengatakan bahwa proyek tersebut tidak efektif dan unprofitable. Namun demikian pemerintah tetap memaksakan. (saf/tendabesar)