Suatu hari saya kedatangan tamu yang mengaku teman SMP anak perempuan saya yg saat itu tinggal di Denpasar. Sebut saja namanya "X" yang ingin meminjam uang dengan alasan dompetnya hilang sedangkan dia harus ke Surabaya untuk suatu keperluan. Meskipun saya tahu manuver seperti ini sudah sangat umum dipergunakan oleh beberapa orang untuk mendapatkan uang secara instan, namun saya tetap memberinya.
Selang satu minggu stlh itu "X" datang lagi untuk menemui saya. Saat itu saya baru saja datang dari pasar mengantar istri saya belanja keperluan sehari hari. Saya mengira dia akan mengembalikan hutangnya yang dipinjam seminggu lalu sehingga saya mempersilahkan dia masuk tanpa ada kecurigaan sedikitpun.
Didalam rumah ada anak perempuan saya yang bungsu bersama anak perempuannya yang baru berumur 2 tahun. Ketika itu "X" minta permisi ke toilet sementara saya masuk ke kamar untuk berganti pakaian. Tiba tiba saya mendengar teriakan keras istri dan anak saya. Saya segera bergegas keluar untuk mengetahui apa yang terjadi. Ya Allah, ternyata "X" sedang mengayun ayunkan pisau dan mencoba menusuk istri dan anak saya.
Sepertinya saat di toilet dia memanfaatkan kesempatan untuk mempersiapkan pisau yang dia bawa. Istri saya berusaha melawan dan berhasil memegang tangan kanan "X" yang memegang pisau. Melihat situasi itu saya pun berupaya utk menolong istri dan anak saya dengan ikut memegang tangan kanan "X" namun "X" berhasil memberontak dan melepaskan diri sambil menyerang membabi buta. Saya dan istri jatuh terkapar akibat sabetan pisau "X".
Saya terluka dibawah ketiak sedangkan istri saya mengalami luka di dada dan di punggung, sementara anak perempuan saya yg saat itu juga mengalami luka tusuk diperut berhasil keluar rumah dengan tertatih tatih sambil memegang luka tusuk diperutnya sambil berteriak meminta pertolongan warga. Namun saat itu tidak seorang pun warga yang berada diluar dan mendengar permintaan tolong itu.
Tidak lama kemudian beberapa warga yang mendengar teriakan permintaan tolong berdatangan untuk memberikan pertolongan. Anak perempuan saya yang saat itu berhasil keluar dan berteriak meminta pertolongan akhirnya jatuh terkapar tdk sadarkan diri akibat luka tusukan dan pendarahan hebat sehingga oleh warga di evakuasi ke Rumah Sakit Advent Bandung.
Sementara "X" yang mulai panik melihat massa sudah berkumpul dihalaman rumah langsung menyekap dan menyandera cucu saya di pintu utama dengan menempelkan pisau dilehernya dan mengancam warga agar tidak coba coba mendekat atau memaksa masuk. Saya dan istri tidak bisa berbuat apa apa karena terkena sabetan dan tusukan pisau sehingga hanya bisa pasrah sambil berdoa dan berharap warga masyarakat yang datang bisa menolong kami.
Warga yang sudah berkumpul tidak bisa berbuat banyak dengan lebih mempertimbangakan keselamatan cucu saya yang di sandera. Tidak berselang lama datang seorang anggota TNI dengan membawa parang panjang yang di jemput dan dibonceng dengan sepeda motor oleh Bapak Rahmat yang kebetulan menjabat sebagai ketua RW sentempat yang saat melihat kejadian berinisiatif datang meminta pertolongan ke asrama Secapaad yang tidak terlalu jauh dari lokasi kejadian.
Secara kebetulan ada beberapa orang anggota TNI yang sedang merapihkan ranting ranting pohon didalam asrama. Melihat anggota TNI datang, "X" bertambah panik dan melepaskan cucu saya sambil berlari ke arah pintu belakang untuk meloloskan diri dari kepungan warga.
Tanpa keraguan saya melihat anggota TNI yang kemudian di ketahui bernama bapak Sertu Ruslan Buton masuk menyusul dan mengejar "X" di ikuti oleh pak Rahmat dan beberapa warga. Dengan sisa tenaga sambil menahan rasa sakit akibat luka tusuk dibawah ketiak, saya sempat menunjukan arah pintu belakang kepada bapak Sertu Ruslan Buton. Nasib sial bagi "X", yang berniat kabur meloloskan diri akhirnya terperangkap di semak semak yang merupakan area sempit dan buntu yang terhalang tembok dan kawat duri.
Dengan sigap bapak Sertu Ruslan Buton langsung menempelkan parang di lehernya sambil membentak dan berteriak jangan bergerak kalau tidak lehermu saya potong. "X" pun tdk bisa berbuat banyak hanya mengangkat kedua tangan sebaai tanda menyerah, namun tanpa di duga "X" ternyata berniat untuk melakukan perlawanan kepada bapak Sertu Ruslan Buton dengan mencabut pisau rencong yang terselip dipinggangnya namun lagi lagi bapak Sertu Ruslan Buton lebih reflek dengan menendang tangannya sehingga pisau rencongnya terjatuh dan kembali parang ditempelkan di leher "X".
Sontak salah seorang warga mengamankan pisau rencong milik "X" yang jatuh dan beberapa warga lain yang ikut mengejar melampiaskan kekesalannya dengan memukul dan menendang "X". Namun dengan kesigapan bapak Sertu Ruslan Buton, "X" berhasil di selamatkan dari amukan massa dan di bawa ke asrama Secapaad dan selanjutnya bapak Sertu Ruslan Buton menelpon Polsek Cidadap untuk menjemput dan memproses "X" secara hukum.
Sesaat setelah kejadian saya dan istri di bawa ke Rumah Sakit Advent untuk mengobati luka tusuk sekaligus melihat kondisi anak saya yang masih terkulai lemas akibat luka tusukan diperut yang cukup serius dengan kedalaman 3 cm dan panjang 7 cm.
Tiga hari setelah kejadian, oleh pihak Rumah Sakit anak saya sudah diperbolehkan pulang ke rumah untuk selanjutnya dapat melaksanakan rawat jalan. Banyak awak media baik cetak maupun media elektronik yang datang kerumah saya untuk meminta keterangan yang saat itu menjadi topik pembicaraan dan berita utama dikota Bandung.
Secara kebetulan saat itu juga bapak Sertu Ruslan Buton sedang datang bersilaturahmi dan sempat saya perkenalkan kepada salah satu wartawan STV sekarang Kompas TV bahwa beliau inilah yang menyelamatkan kami sekeluarga dari upaya perampokan dan penyanderaan yang dilakukan "X".
Sontak wartawan tersebut berniat untuk mewawancarai bapak Sertu Ruslan Buton untuk di tayangkan dalam salah satu program berita kriminal di STV yaitu Catatan Kriminal (Cakram) yang tayang dalam durasi selama 30 menit. Dan atas ijin pimpinan Secapa saat itu, Sertu Ruslan Buton di wawancara oleh pihak STV bertempat di dalam asrama Secapaad Bandung.
Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT, kepada seluruh warga yg saat itu datang memberikan pertolongan, kepada bapak Rahmat ( Ketua RW ), dan terutama kepada Bapak Sertu Ruslan Buton yang dengan keberaniannya telah menyelamatkan kami dari ancaman bahaya.
Tulisan ini saya buat sebagai bentuk kepedulian dan reaksi saya atas pemberitaan yang sempat viral di medsos beberapa waktu yang lalu bahwa Bapak Ruslan Buton yang dulu saat berpangkat Sertu sangat berjasa menolong dan menyelamatkan keluarga kami dari upaya perampokan dan penyanderaan, dan kini beliau berpangkat Kapten saat sedang melaksanakan tugas negara tersandung masalah hukum dengan putusan memberhentikannya dari dinas militer.
Saya atas nama keluarga turut prihatin atas pemberitaan tersebut kami yakin dan percaya, apa yang bapak Ruslan Buton lakukan semata mata demi untuk membela warga masyarakat di tempat beliau bertugas. Bagi saya Bapak Kapten Inf Ruslan Buton adalah Pahlawan. Oleh karenanya saya berharap agar pimpinan TNI mempertimbangkan kembali putusan pengadilan dengan memberikan hukuman yang yang lebih ringan kepada beliau tanpa harus memberhentikannya dari dinas militer.
Demikian kisah ini saya rekam sebagai dokumentasi pribadi dan keluarga, bahkan saya telah menulisnya dalam bahasa Inggeris untuk komsumsi teman teman saya.
Wassalam.
Bandung, Juli 2018
Ir. H. Sutrisno T. Sudirjo.