TendaBesar.Com - Surabaya - Polemik mobil Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dipermasalahkan Risma sambil berteriak-teriak dan marah marah terhadap BNPB Jatim, akhirnya membuat Gubernur Jatim Khofofah Indar Parawangsa, angkat bicara.
Sebagaimana halayak ketahui tiga hari belakangan, video Risma yang marah-marah kepada tim BNPB beredar luas di masyarakat, baik di whatsapp grup, twitter maupun di kanal youtube.
Tak ayal, wali kota Surabaya itu mendapat pujian dan kekaguman dari para pendukung panatiknya dan sebaliknya menyerang Gubernur Jatim yang juga sama-sama perempuan dengan berbagai tweets atau komentar-komentar yang memojokkan.
Salah satu yang menyentil gubernur Jatim itu adalah sekretaris PDIP Hasto Kristianto. Hasto meminta agar Khofifah lebih bijak dalam melihat prioritas penanganan covid-19 di Jatim.
"PDIP berharap agar Gubernur dan Gugus Tugas Covid-19 Jatim bisa lebih bijak dan mampu melihat skala prioritas dalam setiap kebijakannya, tanpa perlu menghadirkan rivalitas politik yang tidak perlu serta mampu menhindari ego kepemimpiannnya", sentil Hasto kepada Khofifah, Sabtu, (30/5/2020)
Hasto menyayangkan pengalihan bantuan itu 2 mobil dari BNPB yang tadinya diperuntuukkan untuk Kota Surabaya dan dialihkan ke daerah lain tanpa mempertimbangkan skala prioritas dalam penanganan covid-19.
"Sungguh disayangkan 2 bantuan mobil dari BNPB tersebut yang semestinya untuk kota Surabaya dialihkan ke tempat lain, tanpa mempertimbangkan aspek skala prioritas dan aspek strategis dalam penanganan covid-19 di kota pahlawan tersebut", sindir Hasto.
Usai mendapatkan serangan bertubi tubi, Khofifah akhirnya angkat bicara. Ia menggunakan hak jawabnya untuk mengklirkan persoalan.
Khofifah mengatakan, di wilayah lain justru banyak pasien PDP meninggal. Bahkan di daerah Tulungagung adalah daerah yang kasus PDP-nya meninggal tertinggi di Jatim.
"Teman-teman jangan kaget loh, anda bisa lihat di data, justru Tulungagung kasus PDP-nya meninggal tertinggi, kenapa PDP? La iya karena pasiennya belum di-swab", Kata Gubernur Jatim tersebut, Sabtu, (30/5/2020)
Khofifah menjelaskan di Tulungagung itu PDP-nya tertinggi ke dua setelah Surabaya. Ada 593 pasien terkonfirmasi PDP dan meninggal 175 orang. Itulah kenapa pada saat Tulungagung meminta bantuan untuk segera diswab, Khofifah menyetujuinya.
"Anda jangan kaget, di Tulungagung terdapat 175 pasien PDP meningggal dunia. Itulah sebabnya ketika ketua satgas covid-19 Jatim, dr. Joni mendapat permintaan dari Tulungagung untuk mengirim mobil PCR, langsung disetujui oleh beliau, tegas Khofifah.
Jangan dahulukan ego dalam menyelesaikan persoalan, apalagi merasa daerahnya lebih berhak dari yang lain padahal di sana terdapat daerah yang jauh lebih membutuhkan.
Hendaklah para pemimpin bijak dalam menanggapi persoalan, jangan sedikit-sedikit marah, sedikit-sedikit teriak. Apalagi marah dan teriakannya dishooting dan diviralkan, dengan tujuan untuk meningkatkan citra di masyarakat.
Baiknya hindari hal-hal yang berbau pencitraan, karena masyarakat makin hari makin cerdas melihat persoalan. (ah/tendabesar)