Oleh: Elbar
“Hari Penuh Debaran”
TendaBesar.Com - KISAH - Hari itu-pun tiba, ya hari itu hari pertama ujian EBTANAS. semua siswa datang lebih pagi dari biasanya. Di hari pertama mereka mendapatkan pengarahan dari kepala sekolah. Terlihat raut wajah mereka yang tegang seperti akan bertempur melawan penjajah belanda di kala perjuangan zaman sebelum kemerdekaan, belum terlihat wajah tersenyum, semuanya serius, tak terkecuali Mahmud, deburan jantungnya berdenyut kencang bak habis diseruduk kebo jantan. Ia berusaha tenang setenang tenangnya, namun entah kenapa jantungnya masih dag dig dug teru.
Hameeda juga tidak seceria biasanya, matanya terlihat sayup seperti habis bergadang sepanjang malam, ya mungkin semua siswa habis bergadang mempersiapkan ujian ditambah sholat malam.
Kepala sekolah menghimbau agar semua siswa tidak melakukan kecurangan dengan mencontek, atau bekerja sama atau saling memberitahu jawaban dengan cara apapun sebab itu perbuatan dosa.
Ustaz Turmuzi kepala sekolah madrasah Tsanawiyah lendangre itu memberikan tausiyah kepada murid-muridnya sembari berucap:
“Assalamu’alaikum wr.wb.. apa kabar kalian hari ini?” tanya beliau
“Baik ustaz…jawab siswa serentak…”
“Alhamdulillah hari ini hari pertama kalian akan melakukan EBTANAS atau ujian nasional. Tradisi sekolah kita adalah Jujur. Kejujuran adalah perisai kita sebagai orang beriman, maka dari itu saya berharap kalian tidak melakukan kecurangan dalam bentuk apapun. kalian harus yakin dan percaya bahwa kejujuran akan membawa kebahagiaan bagi pelakunya, tidak hanya mendapatkan pertolongan dalam bentuk materi di dunia tapi juga mendapatkan syurga di akhirat kelak. Sebagai mana Rosulullah bersabda:
Artinya: Dari ‘Abdillah ia berkata Rosulullah SAW bersabda “hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran itu membawa pada kebaikan dan kebaikan itu membawa kepada syurga dan tidaklah seseorang berlaku jujur dan senantiasa konsisten berlaku jujur sehingga ia tercatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan hendaklah kalian meninggalkan perbuatan dusta, karena dusta itu membawa kepada dosa dan dosa itu membawa kepada neraka. Tidaklah seorang pendusta dan senantiasa tetap pada kedustaannya sehingga Allah mencatatnya sebagai pendusta (HR. Muslim)
“Sekali lagi saya ingin menyampaikan kepada kalian, bahwa yakinlah kalian akan bisa menyelesaikan soal-saal ujian tersebut dengan mudah dan lancar”.
“Amiin …” spontan para siswa tersebut mengamini
“Kalian adalah orang-orang cerdas yang beriman, maka sudah seharusnya kalian meyakini kemampuan kalian. Tanpa mencontekpun kalian pasti akan menyelesaikan ujian ini dengan baik dan insya Allah akan mendapatkan hasil yang baik pula. ingat, ingat, dan ingatlah…! Allah bersama kalian dimanapun kalian berada. Allah lebih dekat dengan kalian daripada urat nadi kalian. Maka deklarasikanlah…! “Jujur Yes, Nyontek No…” gak usah tegang, tetap tersenyum..Ok .. apakah kalian siaaap….?” Tanya ustaz Turmuzi menutup tausiyahnya..
Insya Allah Siaap, jawab siswa serentak.
Demikian ustaz Turmuzi memompa semangat murid-muridnya dengan harapan semua siswanya berlaku jujur dan berprestasi, mengingat kecurangan selalu ada di setiap sekolah apalagi sekolah-sekolah negeri yang konon kabarnya masing-masing kepala dinas di setiap kota kabupaten mempertaruhkan reputasinya agar tetap memegang tampuk jabatan sehingga mereka mengatur sedemikian rupa kecurangan EBTANAS, bekerja sama dengan sekolah dalam memanipulasi nilai siswa dengan membocorkan jawaban yang ada.
Kalau dilihat secara fisik, sekolah Madrasah Tsanawiyah Riyadhussibyan memang sangat sederhana dan bersahaja, tapi sekolah ini telah banyak melahirkan anak-anak cerdas dan berkualitas, sekolah ini sangat diperhitungkan oleh sekolah lain apalagi siswa-siswanya sangat terkenal hebat dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti Kemampuan siswanya dalam berceramah, kemampuan dalam menjelaskan ilmu faraidh (waris), kemampuan berbahasa Arab, kemampuan mengumandangkan azan, kemampuan qiro’ah (Tilawatil Qur’an) dan kemampuan lainnya sehingga wajar apabila sekolah ini mendapat julukan sekolah multi talent.
Hal yang paling kentara dan menjadi ciri khas sekolah ini adalah tidak mau didekte oleh dinas pendidikan setempat, sekolah ini tidak mau berkompromi dalam soal kejahatan seperti membocorkan jawaban EBTANAS pada siswanya. Sekolah ini memegang prinsip jujur adalah harga mati dan cukuplah Allah sebagai penolong.
Siswa akhirnya membubarkan diri setelah apel pagi dan tausiah selesai. Mereka bergegas menuju kelas masing-masing dan duduk sesuai dengan tempat yang telah ditentukan oleh panitia. Posisi Mahmud berada di depan, satu shaf dengan Soepratman Ghazi , Habibullah dan Khalid. sementara Hameeda Bilqies satu meja dibelakangnya. Semua siswa terlihat khusu’ berdo’a sembari menunggu para pengawas hadir membawa so’al yang akan mereka kerjakan. Bel pertama berbunyi pertanda para pengawas menuju ruang kelas tempat mengawas. Sesampai pengawas di kelas Habibullah ketua kelas memimpin do’a dan ucapan salam.
Seusai do’a dilantunkan jatung siswa makin berdebar saat so’al mulai dibuka dan dibagikan oleh pengawas.
“Sebelum mengerjakan so’al mohon membaca aturan menjawab so’al ya biar gak salah, sebab kalau salah mengisi nanti nlainya bisa jadi nol” pesan pengawas ditenga-tengah mereka sedang membagikan so’al
“Insya Allah ustaz…” jawab sebagian siswa sambil fokus pada pengisian lembar jawaban
Teng…teng, bel kedua berbunyi pertanda soal sudah boleh dijawab. Ujian pertama siswa adalah bahasa Indonesia. Pelajaran ini merupakan pelajaran yang susah-susah gampang. Dibilang gampang karena dia adalah bahasa sehari hari. Dibilang sulit karena dia memiliki aturan dalam setiap kalimat. Dan inilah yang banyak membuat siswa kadang-kadang kurang jeli hingga akhirnya salah memilih jawaban.
Mahmud tancap gas dengan mulai melingkari soal-soal yang dia anggap mudah terlebih dahulu. Dia terlihat tenang dan seolah tidak ada beban dalam mengerjakan soal-soal tersebut. Apalagi sebagian besar soal yang ada pernah dipelajari. Dia tersenyum sembari berdo’a “ya Allah mudahkan hamba dan semua teman-teman hamba dalam menyelesaikan soal-soal ini” gumamnya dalam hati.
Semua siswa Nampak serius mengerjakan soal, ada mengkrutkan dahi tanda berfikir keras, ada yang mendongakkan kepala tanda mengingat sesuatu atau hafalan yang mungkin pernah mereka pelajari. Hameeda Bilqies nampak mengalami kesulitan menjawab pada beberapa soal yang dia mungkin lupa-lupa ingat jawabannya. Sunaseh Ghobi sesekali melirik ke Khalid dengan harapan mendapatkan kelu jawaban, namun pengawas dengan sigap mengingatkan.
“Ingat kejujuran adalah harga mati, hanya Allah-lah maha penolong, jika kalian kesulitan maka baca basmallah dan pilih salah satu insya Allah jawabannya benar asalkan dengan penuh keyakinan”
Pengawas itu berkeliling diseputas siswa yang lagi ujian, mengawasi dan menjaga orisinilitas jawaban siswa agar tidak terjadi kesempatan mencontek atau bekerja sama. Subhanallah semua siswa khusuk dalam menyelesaikan soal ujian hingga bel tanda berhenti mengerjakan soal berbunyi.
Semua siswa riuh berhamburan keluar kelas dan saling mengkompirmasi jawan masing-masing soal yang dikerjakan. Mahmud asyik berbicara dengan Soepratman Ghazi , Habibullah dan temannya yang lain.
“Gimana Mud.. celetuk Soepratman Ghazi …gampang atau susah..”
“Cucukp sulit jawab Mahmud dengan nada tawadhu’.
“Kalau menurut antum..?” ia balik bertanya..
“Ya insya Allah semoga hasilnya baik” lanjut Soepratman Ghazi ..
Habibullah menghampiri dan mereka terlibat percakapan dalam pembahasan soal. Dari kejauhan Hameeda memperhatikan gerak-gerik Mahmud, sementara Soepratman Ghazi berusaha mencuri perhatian si perimadona kelas tersebut…
Ya memang dari dulu Soepratman Ghazi sudah naksir sama gadis primadona itu, bahkan beberapa kali pernah berkirim surat namun entahlah apa Hameeda Bilqies menanggapi apa tidak..hingga saat ini.
Demikianlah… hari pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima ujian dilalui siswa dengan penuh perjuangan. Dianatara pelajaran yang diujikan antara lain: Bahasa dan Sastra Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Alam dan Sejarah. Pelajaran matematika yang Mahmud khawatirkan, sulit, sukar dan semua perasaan yang intinya menyerah duluan sebelum mengerjakan tidak terbukti. Kesungguhan dan perjuangannya selama seminggu belajar bareng dengan anak SMP satu, Zahra Bilbina, Sheiza Ayu dan Shaila Ghifa berbuah manis. Meskipun ada beberpa soal yang Mahmud tidak bisa jawab namun setidaknya 80% dari soal yang keluar bisa dikerjakan. Terlihat dengan jelas bagaimana Soepratman Ghazi , Habibulloh, Khalid, Sunaseh Ghobi , dan temannya yang lain sangat berfikir keras, bahkan terlihat mereka cukup setres menyelesaikan soal. Bahkan yang mereka tidak mampu sama sekali melakukan hal-hal aneh untuk memilih jawaban seperti hitung jari, tebak-tebakan dan lainnya.
“Alhamdulillah..” gumam Mahmud seusai menjalani ujian terakhir. Ada kebahagiaan yang tersimpan dalam dirinya, ia bener-benar merasakan manfaat belajar bersama selama satu minggu yang ia fokuskan pada pelajaran Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam itu.
“Subhanallah…” tidak henti-hentinya ia memuji Rabb-nya yang telah memberikan kemudahan dalam menjawab soal-soal yang diujikan. Kini tinggal menunggu hasil pengumuman yang akan dipublikasikan pada bulan Juni mendatang. Ada kesempatan 20 hari untuk berdo’a agar mendapatkan kelulusan dengan nilai terbaik. Bukankah kekuatan do’a sangat dahsyat...?
Mahmud makin rajin shalat tahajjud, shalat duha, puasa senin kamis dan ibadah lainnya untuk mengetuk pintu keridhaan Allah SWT. Di natara do’a yang ia panjatkan yaitu agar dia bisa lulus dengan nilai yang baik dan bisa melanjutkan kebali ke sekolah yang lebih tinggi. Kini peristiwa tiga tahun silam akan terulang kembali, ia begitu takut kembali kerumah dengan hanya membawa gelar selesai SMP, meskipun di kampungnya masyarakat memiliki kebanggaan tersendiri bagi siapapun yang anaknya selesai SMP. Itu adalah sekolah yang paling tinggi dan dianggap sudah sangat hebat.
Di suatu malam Mahmud bangun untuk melakukan shalat tahajjud. Seperti biasa dia mengambil wudhu’ dan tenggelam dalam khusu’nya. ia menangis bahagia, ya dia benar-benar bahagia. Proses belajar tingkat dua telah usai dilaluinya, namun ia sadar bahwa perjuangan ini belum berakhir. Masih panjang perjalanan hidup yang harus di-arunginya, dan betapa keras persaingan hidup yang akan di jalani di kemudian hari. Dia yakin bahwa yang mampu mengatasi itu semua adalah terus belajar hingga mampu menembus perguruan tinggi. Dia yakin bahwa firman Allah pasti benar adanya.
“Siapapun yang beriman dan berilmu pengetahuan maka Allah akan mengangkat derajatnya”.
Karena itu ia kembali mengetuk iradah Rabb-nya dengan berdo’a:
“Ya Allah… dulu hamba menagis memohon dan bermunajat kepada-Mu, jadikanlah hamba agar lulus dalam ujian ini, jadikan agar nilai hamba juga baik sebagai mana hamba telah berjuang keras dalam belajar, berdiskusi dan saling membantu dalam belajar bersama, dengan satu tujuan agar hamba mampu menjawab soal-soal yang akan diujikan dan mendapatkan nilai yang layak sesuai keridhaan Engkau atas perjuangan hamba”.
Mahmud juga tidak lupa berkeluh kesah kepada Tuhannya tentang keinginannya melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi lagi. Ia terus larut dalam do’anya yang panjang itu
“Ya Allah.. dulu hamba ingin sekali melanjutkan sekolah hamba hingga sekolah menengah tingkat pertama dan atas kemurahan-MU Engkau kabulkan do’a kami. Kini hamba kembali mengetuk kehendak dan Irodah-Mu jika memang Engkau telah menuliskan nasib hamba bisa belajar formal hanya sampai tahap ini, hamba ikhlas menerima, namun jika sekiranya hamba boleh meminta kembali, ubahlah taqdir itu dan berilah hamba kesempatan untuk bisa mengenyam pendidikan SMA dan perguruan tinggi. Ya Allah ya Rabbul ‘Izzati, hamba mohon ampun jika hamba lancang dan tidak sopan dalam do’a hamba, tapi sungguh hamba mematuhi perintahmu dalam Al Qur’an yang memerintahkan manusis untuk berdo’a dan memohon segala sesuatu kepada-Nya, karena itu Ya Allah kabulkanlah permohonan hamba, hamba tau orang tua hamba orang yang miskin tapi Engkau maha kaya, engkau maha bijak sana, engkau maha adil. Maka berilah kesempatan pada hamba sebagaimana engkau berikan kesempatan kepada mereka yang berpunya untuk melanjutkan sekolah hingga ke jenjang yang paling tinggi. Ya Allah ya Rohman, Ya Rohiim…kabulkanlah permohonan hamba..”
Mahmud terus tenggelam dalam khusuknya, terus meminta dan meminta kepada Rabb-nya agar cita-cita dan impiannya selama ini bisa terwujud. Dia yakin dan percaya bahwa kekuatan do’a dan usaha pasti membuahkan hasil. Selama ini hal itu telah dia lakukan dan ternyata Allah mengabulkannya. kini ia kembali bermunajat kepada Allah sebagai mana firman-Nya;
“berdo’alah kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan do’amu”
Karena itu brother apapun masalah elu-elu pade, dapetin solusinya dengan berusaha dan perbanyak do’a kepada Allah, insya Allah permasalahan elu pade pasti cepat kelarnye. Gimana nggak cepat kelar… wong Allah yang mengatur hidup kite semua, ia khaaan, lha kalau Dia ridha, urusan yang sulit bisa jadi gampang dan yang gampang bisa jadi lebih gampang lagi..betol yoo..
to be continue..