Trending

Ini Alasan Ilmuan UGM Keluar dari Uji Klinis Vaksin Nusantara (VN)

Vaksin Nusantara dikembangkan di Indonesia.disk.mediaindonesia.com

TendaBesar.Com - Surabaya - Di samping mendatangkan vaksin dari luar, Indonesia juga berusaha mengembangkan dan memperluas vaksinasi dalam negeri dengan mengembangkan vaksin sendiri yang dinamai dengan vaksin nusantara (VN)

Sejumlah ilmuwan dilibatkan untuk melakukan proyek penelitian terhadap pengembangan vaksin tersebut. Namun belum apa-apa, pengembangan vaksin ini menuai pro dan kontra dari para ilmuwan lain. 

Walaupun dipercaya vaksin yang dikembangkan oleh para ilmuan tersebut dapat diberikan kepada pasien penyakit komorbid yang perlu vaksin khusus seperti kanker. Vaksin tersebut juga nantinya akan diproduksi secara massal. Namun tahap vaksinasinya diyakini akan  melewati proses yang cukup panjang, mahal dan tidak efisien..

Tidak hanya berbeda pendapat tentang efektifitas dan efisiensinya. Para ilmuan juga bahkan ada yang memilih mengundurkan diri dari proyek tersebut. Hal inilah yang dilakukan para ilmuwan dari Universitas Gadjah Mada (UGM). 

Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM memutuskan untuk mengundurkan diri dari tim peneliti uji klinis VN, dikarenakan mereka tidak dilibatkan dalam proses uji klinis, termasuk penyusunan protapnya.

“Belum ada keterlibatan sama sekali. Kita baru tahu saat itu muncul di media massa bahwa vaksin itu dikembangkan di Semarang. Kemudian disebutkan dalam pengembangan itu melibatkan tim dari UGM,” kata Wakil Dekan FK-KMK UGM Bidang Penelitian dan Pengembangan, dr. Yodi Mahendradhata Senin (8/3/2021).

Yodi menuturkan bahwa sebelumnya para peneliti UGM sempat menerima komunikasi informal terkait pengembangan vaksin yang dilakukan di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan itu. Dan para peneliti menyatakan bersedia mendukung penelitian tersebut dengan syarat bahwa mereka dilibat dari proses hulu hingga hilirnya.

Namun sejak komunikasi informal itu, tak ada tindak lanjutnya. Tidak ada lagi komunikasi lebih lanjut terkait pengembangan vaksin tersebut. Bahkan para peneliti UGM tidak mengetahui jika nama-nama mereka telah dicamtumkan oleh Kementerian Kesehatan pada surat keputusan terkait pengembangan VN.

“Waktu itu belum ada detail ini vaksin seperti apa. Namanya saja kita tidak tahu. Hanya waktu itu kami diminta untuk membantu. Ya kami di UGM jika ada permintaan seperti itu berinisiatif untuk membantu,” tutur Yodi.

Yodi menjelaskan, lazimnya dalam sebuah kerja sama, pihak-pihak yang terlibat terlebih dahulu melakukan koordinasi sebelum penelitian dimulai. 

Yodi memberikan masukan mestinya Kementerian Kesehatan selaku koordinator penelitian harusnya memberikan sosialisasi dan menjelaskan detail penelitian yang akan dikerjakan akan tetapi tahapan-tahapan itu tidak dilakukan. 

 “Kita belum pernah menerima surat resmi, protokol, atau apapun. Teman-teman agak keberatan. Kalau disebutkan sebagai tim pengembang, kan kami harus tahu persis yang diteliti itu apa,” tutup Yodi. (ah/tendabesar)

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak