Trending

Biskuit Ulat yang Bisa Obati Anak Stunting Ini Inovasi Mahasiswa UB

Biskot untuk mengatasi stunting hasil penelitian mahasiswa Univ. Brawijaya.seru.co.id

TendaBesar.Com - Malang - Ribuan karya hebat lahir dari anak negeri khatulistiwa. Karya tersebut tersebar di berbagai disiplin ilmu pengetahuan, namun sayang kadang penemunya tidak diperhatikan, tidak dipasilitasi untuk terus berkarya mengembangkan keahliannya.

Negeri gemah ripah loh jenawe memiliki penghargaan yang minim terhadap para penemu. Terlebih terhadap anak-anak muda kreatif yang sedang produktif. Di negeri hamparan sepenggal surge di dunia ini penghargaan lebih difokuskan kepada biduan ketimbang ilmuan. Yang lebih ironis penghargaan disematkan kepada para buzzer ketimbang terhadap mereka para pemenang lomba sains internasional.

Kali ini anak mahasiswa Indonesia Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (UB) kembali mengharumkan nama bangsa Indonesia. Di tengah kesulitan ibu pertiwi mereka mammpu melakukan berbagai inovasi dan salah satunya Inovasi pengembangan dan pembuatan biskuit berbahan ulat hongkong.

Para mahasiswa itu mampu menghadirkan sebuah karya pengolahan makanan sehat, makanan obat yang bisa digunakan untuk pengobatan terhadap anak-anak yang mengalami kekerdilan (stunting) dimana temuannya  diberi nama Biskot.

Sularso salah satu anggota tim yang mengembangkan biskuit dari ulat hong kong Fakultas Peternakan (Fapet) UB,  Malang itu, menjelaskan bahwa berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2014, tercatat 24,5 persen balita di dunia mengalami stunting.

"Indonesia merupakan negara dengan prevalensi kekerdilan terbesar kelima, yakni 36 persen (dari 7.547 jumlah anak stunting) pada tahun 2019," kata Sularso Rabu, (3/3/2021)

Sularso  mengatakan bahwa dirinya bersama tim  tergerak erdasarkan catatan WHO tersebut untuk melakukan inovasi mengembangkan produk-produk inovatif dari peternakan yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan bidang kesehatan, termasuk stunting atau kekerdilan.

Sularso menjelaskan bahwa Kandungan protein pada larva ulat hong kong, cukup tinggi, yaitu 47,44 persen dengan asam amino berupa taurin sebesar 17,53 persen serta kadar lemak 21,84 persen. Dan diketahui senyawa-senyawa tersebut sangat dibutuhkan pada masa tumbuh kembang anak.

"Ulat hong kong atau mealworm biasanya dibudidayakan hanya untuk dijadikan pakan unggas, karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Namun, sebenarnya ulat ini termasuk dalam ordo coleoptera yang merupakan ordo keempat, artinya paling banyak dikonsumsi manusia," papar Sularso.

Penelitian ini dilakukan oleh Sularso, Hendarto, Zuhdan Alaik, Retno Nur Fadillah, dan Yasri Rahmawati, di bawah bimbingan Dr. Dedes Amertaningtyas, S.Pt.,MP. Dan hasil penelitian  ini berhasil memboyong medali perak dalam ajang internasional bertajuk Asean Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF) 2021.

Diketahui bahwa AISEEF merupakan kompetisi internasional yang diadakan setiap tahun antar universitas se- Asia dalam bidang science, lingkungan dan entrepreneurship. (fhj/tendabesar)

Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak