TendaBesar.Com - Jakarta - Para ilmuan terus mempelajari tentang virus corona (covid-19) dari asal usulnya hingga model penyebarannya.
Virus yang penomenal dan telah menjangkiti manusia di dunia hingga 5.5 juta lebih tersebut, terus membuat para ilmuan penasaran.
Baru-baru ini Universitas Barcelona Spanyol tepatnya Jumat 19 Juni 2020 mengumumkan bahwa para ilmuan virus telah mendeteksi jejak virus corona (sars cov-2) pada sebuah sampel air di Barcelona yang dikumpulkan pada Maret 2019 atau lebih awal 9 bulan dari merebaknya pandemi covid-19 di Wuhan China.
Jika benar penemuan tersebut terbukti, maka kasus sars-cov-2 itu memeperlihatkan jika keberadaan dan kemunculannya lebih awal dari prediksi komunitas ilmuan sebelumnya.
Sebagaimana dilansir pada laman Reuters Jumat, 27 Juni 2020, bahwa ilmuan Barcelona telah mengumpulkan sampel air dari tahun-tahun sebelumnya. Pada April 2020 juga tim ilmuan mengambil sampel air pada beberapa lokasi yang berbeda.
Tim ilmuan Spanyol menemukan virus corona pada 15 Januari 2020 tepatnya 41 hari sebelum kasus pertama kali pasien dilaporkan positif covid-19.
Akhirnya para ilmuan memutuskan melakukan uji laboratorium pada sampel air yang diambil dari Januari tahun 2018 sampai dengan Desember 2019.
Para ilmuan terkejut karena menemukan jejak genom virus corona di salah satu sampel yang dikumpulkan pada 12 Maret 2019.
Para ilmuan tersebut melakukan penelitian dengan menganalisis air beku selokan dari sembilan sampel berbeda antara Januari 2018 hingga Desember 2019.
Semua sampel dinyatakan negatif dari jejak Sars-CoV-2, kecuali ada kadar rendah pada sampel yang ditemukan pada 12 Maret 2019 itu.
Kepala peneliti dari ilmuan tersebut Albert Boach mengatakan, bahwa level virus corona yang ditemukan rendah namun dapat dipastikan postif,
"Level Sars-CoV-2 yang ditemukan memang rendah tapi positif," kata Albert sebagaimana dilansir pihak universitas.
Namun Dr Joan Ramon Villalbi seorang peneliti dari badan Masyarakat Kesehatan Umum dan Sanitasi Spanyol mengatakan bahwa masih terlalu prematur untuk mengambil kesimpulan pasti.
"Ketika hasil temuan hanya diperoleh dari satu sampel, maka diperlukan lebih banyak data, lebih banyak penelitian, lebih banyak sampel untuk memastikan dan menghindari kesalahan yang terjadi di laboratorium atau masalah metodologi," kata Joan.
Joan menyampaikan jika kemungkinan potensi kesalahan dari penelitian tersebut sangat besar sebab ada kemiripan penemuan virus tersebut dengan sars-cov-2. Namun penemuan tersebut menarik untuk dikaji kembali.
"Ini sungguh sangat menarik, dapat memicu dan memacu adrenalin para ilmuan untuk melakukan penelitian berikutnya", tutup Joan. (erf/tendabesar)