Mohiyonga Hulalo Gorontalo Punah


Oleh: Momy Hunowu


TendaBesar.Com - Opini - Tradisi mohiyonga hulalo (menangisi bulan) adalah tradisi yang dilakukan komunitas pedesaan di Gorontalo pada malam takbiran (1 syawal). Praktiknya adalah melafazkan takbir, tahmid dan tahlil bersahut-sahutan. 

Zaman dulu diiringi tabuhan bedug, bertalu-talu.  Bagi anak-anak zaman itu, tabuhan bedug yang mereka perebutkan, mengekspresikan kebahagiaan, kegembiraan tiada tara, sungguh istimewa karena besok dulahu buka (hari raya), besok pakai baju baru, hanya setahun sekali, bergerombol keliling kampung, merepotkan tuan rumah; disiapkan makan minum, malah kabur setelah dapat zakati.  

Tradisi mohiyonga hulalo, perlahan mulai hilang, tergantikan teknologi MP3, flashdisk yang ditancapkan. Kalaupun masih ada, tak seseru ketika itu. Era tahun 80an, Ketika rica belum pidis. 

Tradisi mohiyonga hulalo, sebagaimana namanya, merupakan ekspresi kesedihan yang mendalam karena bulan Ramadhan segera pergi, bergegas meninggalkan umat Muslim selama 11 bulan ke depan. Entah masih bersua, itulah yang makin menambah derasnya air mata.  

Saat mohiyonga hulalo menggema, masih terasa, hari-hari mengisi ramadhan, betapa semaraknya masjid-masjid, hiruk-pikuk dengan nuansa ibadah; buka puasa bersama, sholat tarawih dengan 2 tradisi, kultum para da’i, sholat 5 waktu, tadarusan hingga khatam, i’tikaf meraih bonus 100 bulan dan berisiknya bangun-bangun sahur. 

Betapa ramainya jalan-jalan sejak sahur, para pedagang bergegas ke pasar, anak muda jalan pagi, bergerombol, lirik-lirikan. Tak puas, disambung ngabuburit di sore hari, menunggu bukber, menyasar masjid beraneka ta’jil. Lanjut tarawih di masjid kediaman si target. Saking berbunga-bunga, sholat taraweh pengennya hingga sahur. 

Betapa suasana malam seperti tak tidur, apalagi 3 malam terakhir, semarak tumbilotohe menyambut lailatul qadar, terasa memanjangkan malam, menunda subuh. Peluang bagi warga hilir mudik menuju pasar senggol, super market hingga mall. Belanja ini itu, tergiur diskon, uang ludes, padahal barang yang terbeli belum tentu terpakai. 

Detik-detik jelang mohiyonga hulalo. Betapa sibuknya ibu-ibu, membuat kue, memasang gorden, menyetel kursi baru, sibuk menghitung hutang jebakan kredit. Betapa malasnya anak-anak muda, bangun tidur mengecat pagar, memoles dinding rumah, mengepel lantai terpaksa, demi baju lebaran. Betapa pucatnya bapak-bapak ketika ditagih istri dan anak-anak, menghadirkan rupiah, sebanyak-banyaknya, sayangnya hasilnya hanya singgah sebentar menunjukkan angka, lalu menyusut, nihil hingga minus, akibat pengeluaran yang berlipat-lipat.

Sepeninggal ramadhan, masjid kembali kosong, persis nasib buruk dompet dan saldo rekening, meninggalkan kartu tagihan, sementara masjid menyisakan pak imam dan sang mu’azin, serta beberapa jamaah, bisa dihitung jari. Mereka itu yang berhasil diwisuda melewati Ramadhan, dengan predikat cumlaude. Muttaqiin. Itulah kenapa, saat mohiyonga hulalo, ada saja yang tak bisa membendung airmata, hingga tak sadar, meraung-raung setelah khatib turun dari mimbar. Mohiyonga hulalo. Benar-benar syahdu, mengharu biru.

Tahun ini, kondisinya justru akan terbalik, hampir pasti. Mohiyonga hulalo malah akan terjadi menjelang detik-detik awal bulan Ramadhan.  Ekspresi kesedihan itu terjadi lantaran membayangkan masjid yang kosong, masih untung lampu dinyalakan, sepi, hening saat bulan ramadhan. Surat edaran dari pemerintah semakin memastikan itu. 

Ramadhan tahun ini, hampir dipastikan, diyaluwo buka puasa bersama, tidak ada sholat tarawih berjamaah, apalagi  tadarusan, i’tikaf. Diya’a pak. Yang tersisa mungkin merdu suara azan dan berisiknya bangun-bangun sahur. Insya Allah potong ayam tetap ada yaa. 

Jalan-jalan akan istirahat dari lalu lintas yang lalu lalang, warga yang hilir mudik. Tidak ada tumbilotohe, pasar senggol dan belanja segala macam lahepa itu. Acara mudik pun batal total, seiring dibatalkannya tiket yang sudah dibooking. Bandara, terminal, pelabuhan dan stasiun kereta, semuanya sepi pemudik.

Mohiyonga hulalo Ramadhan.  Suasana idul fitri akan sepi silaturrahmi. Kebahagiaan anak-anak berganti lara, punya baju baru tapi di rumah aja, tak bisa pamer. Komplotan bubar, tak bisa keliling kampung, minta-minta zakati. Sesaknya organ perut menyantap suguhan kue-kue lebaran, basah kering tak soal, minuman beraneka warna dan rasa, semua tak lagi dirasakan, malah disambut lega usus-usus kita. Open house berganti close house, bahkan window ditutup rapat. Semua keindahan Ramadhan seakan lenyap, disulap sang virus, mahluk terimut. 

Coronavirus benar-benar membalikkan keadaan. Menggemparkan bumi, membubarkan kerumunan dan keramaian, mengosongkan masjidil Haram dan masjid Nabawi apalagi angkot dan bentor, kosong melompong. 

Covid-19, betul-betul memenjara semua keluarga di rumahnya sendiri, menegangkan para medis dan familinya, pasien dan keluarganya, tetangganya. Memberi identitas baru, PDP dan ODP hingga gelar meme-meme lucu yang beredar di media sosial.

Virus korona, nyata-nyata telah mencoreng nama baik kelelawar dan tumbihe, “membakar jenggot” para kepala negara, merindingkan bulu kuduk kepala-kepala daerah, “merontokkan kumis” kepala-kepala desa dan aparatnya hingga memberi aroma berbeda pada rambut dan ketek para warga yang rajin berjemur untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Si corona, seperti berkelamin cewek, tetapi perbuatannya sungguh-sungguh perkasa, telah memporak-porandakan perekonomian, melumpuhkan sendi-sendi kehidupan, menguras uang negara, memusnahkan banyak nyawa, kematian demi kematian yang sepi pelayat. Dunia kita benar-benar berhenti berdenyut, mati, yang hidup dan ramai hanyalah dunia maya.

Mengakhiri tulisan ini, mari kita halau si Covid 19 dengan doa penuh pengharapan. Pulanglah engkau wahai mahluk imut, puaslah dikau dengan menginfeksi sejuta lebih hingga menewaskan hampir seratus ribu warga bumi, terkubur secara tak wajar, tanpa iringan isak tangis kerabat dekat. Berbanggalah engkau dengan gelar Covid-19. Pulang ya Cov…, atas ijin Tuhan kita. 

Ya Allah…Enyahkanlah Covid-19 dari bumi Serambi Madinah ini, berilah inspirasi para ilmuan kami, agar dapat menemukan vaksin pembunuh mahlukmu ini, kuatkanlah hati dan imunitas tubuh kami, beri kekuatan dan kesabaran para medis kami, sembuhkanlah yang telah terjangkit dan ampunilah mereka yang sudah terenggut. Tempatkan mereka di tempat yang sejuk dan nyaman di sisiMU.

Ya Allah..  Ijinkan kami umat Muslim menyemarakkan bulan suci Ramadhan. Bulan yang Engkau berkahi, yang kami nanti-nantikan. Beri kami nafas untuk melipatgandakan pahala, sebagai pembanding sekaligus penghapus kesalahan-kesalahan kami. Beri kami ruang untuk menangisi bulan (mohiyonga hulalo) di akhir Ramadhan..amiin. 

Selamat jalan Coronavirus, Marhaban Yaaa Romadhan…
Potala bolo (semoga)

Luwoo-Telaga Jaya Gorontalo Ahad, 12 April 2020
Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak