Fakta Baru Terungkap! Penyebab Kematian Keluarga di Kalideres Jakbar Bukan Kelaparan! Lantas?


TendaBesar.Com - Jakarta - Kasus kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat masih menjadi perhatian masyarakat. Kasus yang sempat bikin geger sejagat raya itu kini mengalami perkembangan dan temuan fakta baru.

Awal kasus ini muncul, salah seorang penggiat media social mengkritik umat islam yang mendahulukan berangkat haji ketimbang memperhatikan keadaan sekelilingnya yang masih membutuhkan uluran tangan.

Setelah dua pekan kasus ini bergulir, kabarnya pihak  kepolisian telah mendapatkan bukti baru yakni adanya feses atau sisa kotoran yang masih tersimpan ditemukan dari jasad keluarga tersebut.

Hal itu diungkap oleh Dokter Forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Ade Firmansyah Sugiharto. Ia  menjelaskan bahwa secara medis atas hubungan kasus tersebut dengan penyebab kematian, ditemukannya feses dengan fakta lain tidak adanya makanan dalam lambung.

"Tidak adanya makanan di lambung menunjukkan bahwa orang tersebut terakhir makan setidaknya 4 jam yang lalu. Bila ditemukan sisa makanan (feses) di usus besar, menunjukkan orang tersebut telah makan dalam kurun waktu 24 jam sebelumnya," kata Ade kepada awak media, Ahad,  (27/11/2022).

Pada awal kasus ini mencuat,  dugaan yang santer beredar di masyarakat bahwa keluarga tersebut meninggal karena kelaparan. Sebab, tak ditemukan makanan dalam lambung. Namun dari temuan baru dokter forensic tersebut, dugaan terkait korban mati kelaparan terbantahkan.

Menurut ilmu forensik, ada kemungkinan adanya asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh keluarga itu sebelum tewas. Sebab jika mengacu pada siklus metabolisme pencernaan manusia. Biasanya feses akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran pada kurun waktu 24-72 jam sejak menerima asupan. Sedangkan apabila orang tersebut meninggal maka feses akan tersimpan dalam tubuh tidak terurai. Bila terus tersimpan feses akan semakin mengeras dalam usus besar.

"Feses itu harus dikeluarkan pada orang hidup. Biasanya setiap orang buang air besar dalam kurun waktu 24-72 jam. Kalau orang tersebut sudah meninggal maka dia tidak bisa dikeluarkan. Tidak terurai. Tapi makin lama akan mengeras," papar Ade.

Ketua Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia itu menyebut bahwa penemuan feses itu berguna untuk memberikan kepingan petunjuk perihal penyebab kematian misterius dari keluarga tersebut.

"Semua sampel harus diperiksa, termasuk fesesnya. Feses dapat memberi petunjuk sisa makanan apa serta kemungkinan adanya penyakit atau perdarahan dalam saluran pencernaan," terang Ade.

Sebelumnya pada Kamis 11 November 2022, Direktur Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Hengky Hariyadi mengatakan, dari hasil autopsi tersebut ditemukan adanya feses atau tinja. Namun, tidak disebutkan dari jenazah siapa feses tersebut ditemukan.

"Kita butuh kehati-hatian, sebagai contoh ya kemarin berdasarkan keterangan dari kedokteran forensik kita menemukan feses," ungkap Hengky.
 
Hengky menerangkan bahwa fases yang ditemukan tersebut saat ini masih sedang dilakukan penelitian di laboratorium. Hal itu dilakukan agar dapat diketahui  feses tersebut mengandung zat apa, racun atau lainnya.

"Feses ini kita harus teliti di laboratorium Ini mengandung apa harus kita teliti lagi. Apakah arti dari pada temuan autopsi itu nanti ahli yang menjelaskan. Mungkin bisa mengungkap ataupun justru mematahkan praduga selama ini kita tidak tahu," ujar Hengky.

Seperti diketahui bahwa  empat orang yang merupakan satu keluarga itu ditemukan tewas dalam satu rumah di Perumahan Citra Garden Satu Extension, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (10/11/2022). Perumahan tersebut merupakan kelas perumahan yang tergolong perumahan cukup elit yang ada di Jakarta Barat.

Keempat korban jenazah adalah suami Rudyanto Gunawan (71); sang istri bernama K. Margaretha Gunawan (58); Adapun anak perempuan bernama Dian (40); terakhir Budyanto Gunawan (69) ipar dari Rudianto

Hingga saat ini pihak kepolisian masih kesulitan mengungkap penyebab kematian empat orang korban tersebut. Merujuk hasil pemeriksaan, tidak ditemukan tanda kekerasan. Namun ditemukan fakta bahwa keempat jasad itu sudah tidak ada makanan dalam lambungnya sehingga tersebar kabar bahwa keempat Korban meninggal karena kelaparan.

Hasil penelusuran awak media, didapatkan fakta bahwa pada Mei lalu, Budianto diketahui hendak menjual rumahnya. Saat calon pembeli datang berkunjung ke rumah tersebut yakni pihak koperasi yang juga menjadi saksi mata,  saat membuka gerbang sudah tercium bau busuk yang menyengat  pada 13 Mei 2022.

Calon pembeli bertanya kepada pihak rumah, kenapa ada bau busuk, lalu sang pemilik rumah menjawab itu dari bau got. Calon pembeli kemudian masuk ke dalam rumah dan meminta untuk diperlihatkan sertifikatnya. 

Dari dukumen yang didapat oleh calon pembeli, bahwa dalam sertifikat rumah tersebut atas nama Reni Margareta, Ibu dari Dian. Kemudian pembeli bertanya keberadaan Reni dimana. Pemilik rumah mengatakan sedang tidur di dalam kamar.

Si pegawai koperasi simpan pinjam itu lantas mengajak untuk diantarkan masuk ke dalam kamar menemui Reni Margareta. Begitu pintu kamar dibuka dan pegawai masuk, masuk ke dalam ruangan, makin menyeruak bau yang lebih busuk lagi.

"Dimana ibunya, ini lagi tidur. Tapi jangan dinyalakan lampu, karena ibu saya sensitif terhadap cahaya, kata anak atas nama Dian yang turut meninggal di TKP," jelas Hengky.

Pada saat dibangunkan untuk mengecek sertifikat ini, dipegang-pegang, agak gemuk sehingga pegawai agak curiga. Tanpa sepengetahuan anaknya Dian, juga salah satu korban, pegawai koperasi simpan pinjam lantas menghidupkan flash HPnya. Begitu ia lihat Reni  Margareta langsung yang bersangkutan teriak takbir “Allahu Akbar”. Yang bersangkutan sudah meninggal.

"Ini sudah mayat di tanggal 13 Mei," kata Hengky.

Polisi melanjutkan, saksi kemudian langsung keluar dari tempat tersebut dan tidak ingin lagi melanjutkan proses transaksi. Langsung mengajak dua saksi yang lain segera keluar. 

Saksi yang lain juga sudah kami ambil keterangannya. Mereka  menyatakan hal yang sama bahwa sempat teriak Allahu Akbar dan salah satu saksi ini dikejar oleh Budianto.

"Tolong pak jangan sampai dilaporkan ke polisi, jangan dilaporkan pihak RT ataupun warga sini. Dan ternyata tidak dilaporkan," terang Hengky menirukan imbuhan Budianto.

Hal Ini yang disesalkan oleh pihak kepolisian. Seharusnya sebagai warga masyarakat tidak boleh permisif. Kejadian seperti ini agar dilaporkan kepada pihak berwajib.

(mhi/tb)
Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak