Bermental Sejahtera Di Tengah Wabah Covid-19


Oleh: Shobri, M.E.I


TendaBesar.Com - Opini - Sejahtera adalah kata yang menggambarkan keadaan seseorang, masyarakat ataupun sebuah bangsa yang berada pada kondisi dimana kebutuhan hidup mereka tercukupi dengan baik. Meskipun pada realitasnya kesejahteraan tidak identik dengan tercukupinya kebutuhan duniawi semata, namun kebiasaan di masyarakat bahwa seseorang dianggap sejahtera apabila memiliki status sosial yang melebihi rata-rata sebagian besar masyarakat di lingkungannya. Maka sepintas bisa didefinisikan bahwa hidup sejahtera adalah seseorang yang memiliki status social yang nota bene lebih baik dari sebagian besar masyarakat di lingkungannya. 

Namun demikian jika melihat kembali pada konsep sejahtera yang tertera dalam UU No 10 Tahun 1992 pasal 1, maka dapat disimpulkan bahwa hidup sejahtera adalah “mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala, memiliki hubungan yang serasi selaras dan seimbang antar keluarga dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya”. 

Dari intisari UU No 10 1992 tentang kesejahteraan di atas, maka kita dapat melihat beberapa indikator guru sejahtera antara  lan:

• Terpenuhnya Kebutuhan Spirtualitas.

Indikator pertama hidup sejahtera adalah mampu memenuhi kebutuhan spiritualnya. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan yang notabene berkaitan dengan individu seseorang. Kebutuhan ini berkaitan dengan hubungan seseorang dengan penciptanya Rabb semesta alam. Jadi jika seseorang memiliki keimanan yang baik, akidah yang benar, bisa jadi secara bathin dia sejahtera dan kekurangan materi bukan menjadi persoalan dalam hidupnya. Sebaliknya tidak sedikit orang yang secara materi hidupnya berkecukupan tetapi bathinnya gelisah, tidak tenang dan tidak menikmati secara sempurna hidupnya. Maka dapat dikatakan bahwa pada kondisi seperti ini orang tersebut belum dikatakan sejahtera. Berbeda terbalik dengan seseorang yang secara finalsial berkekurangan namun secara spiritual berkecukupan dalam arti peribadi orang tersebut taat beribadah, taat menjalankan perintah Allah subhananhu wata’ala, keluarganya adalah keluarga yang juga taat beribadah sehingga hidupnya tenang dan nyaman tidak terpengaruh dengan status sosialnya, maka dalam islam kondisi orang tersebut dikatan hidupnya sejahtera.

• Terpenuhinya Kebutuhan Material Yang Layak

Indikator kedua seseorang dianggap sejahtera adalah dapat memenuhi kebutuhan material yang layak. Memiliki pekerjaan adalah syarat mutlak seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Seorang muslim secara syar’i sangat dituntut untuk bekerja karena banyak sebab dan alasan. Seorang muslim harus memiliki kekuatan, senantiasa bekerja apapun bentuk pekerjaan tersebut selama dalam koridor yang halal, menjaga diri dari kehinaan meminta-minta yakni menjaga tangannya agar tidak senantiasa berada dibawah, karena islam mengharamkan meminta-minta jika bukan karena terpaksa. Rasulullah bersabda:

عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : " الْمَسْأَلَةُ كَدٌّ يَكُدُّ بِهَا الرَّجُلُ وَجْهَهُ، إِلا أَنْ يَسْأَلَ الرَّجُلُ سُلْطَانًا، أَوْ فِي أَمْرٍ لا بُدَّ مِنْهُ "

Artinya: “ Dari Samroh Bin Jundab berkata, Rosulullah bersabda: meminta-minta adalah kotoran yang melumuri wajah seseorang kecuali meminta kepada pemerintah atau meminta sesuatu yang mau tidak mau  dia harus melakukannya" (H.R. At Thurmuzi)

Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda yang berbunyi:
عَنْ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ  قَالَ: " لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَكُفَّ اللَّهُ بِهَا وَجْهَهُ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ "

Artinya: “Sungguh seorang yang berangkat ke gunung membawa tambangnya, lalu memikul seonggok kayu bakar di atas punggungnya, lalu ia menjualnya yang dengannya Allah menjaga wajahnya (Harga dirinya) adalah jauh lebih baik baginya dari pada meminta-minta kepada orang lain yang mana orang tersebut memberi atau menolaknya” (H.R. Bukhari)  

Dalam hadits lain Rosulullah bersabda 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ  يَقُولُ: " لَأَنْ يَغْدُوَ أَحَدُكُمْ فَيَحْطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ، فَيَتَصَدَّقَ بِهِ وَيَسْتَغْنِيَ بِهِ مِنَ النَّاسِ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ رَجُلًا أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ ذَلِكَ، فَإِنَّ الْيَدَ الْعُلْيَا أَفْضَلُ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ

Artinya: “Sungguh Pagi-Pagi seorang berangkat, lalu membawa kayu kayu bakar di atas punggungnya, ia bersedekah dengannya dan mendapatkan kecukupan dengannya sehingga tidak meminta-minta kepada orang lain, adalah jauh lebih baik baginya dari pada meminta-minta kepada orang lain, mereka memberinya tau menolaknya. Hal ini karena tangan yang di atas jauh lebih baik dari dari pada tangan yang di bawah, dan mulailah dari orang yang menjadi tanggungan anda” (H.R. Muslim)

Demikianlah betapa islam sangat menekankan kepada umatnya untuk menjadi manusia mandiri, manusia mulia yang tidak menggadaikan harga dirinya dengan meminta-minta. Inilah orang-orang yang telah mengikuti jejak para Rosul terdahulu yang juga adalah pekerja keras dalam meningkatkan kemandirian hidupnya.

Nabi Daud adalah seorang penyulam anyaman dari daun kurma dan seorang tukang pembuat baju besi Nabi Idris adalah tukang jahit yang senantiasa menyedekahkan kelebihan hasil usahanya setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Nabi Zakaria dikenal sebagai tukang kayu, adapun nabi  Ibrahim, Musa dan Ishak adalah seorang pengembala. Sementara nabi Muhammad saw adalah seorang pebisnis ulung.

Bekerja juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga  sebab keluarga adalah tanggung jawab yang harus dijamin hidupannya.  Maka dari itulah seseorang diwajibkan untuk mencari rizki dengan semangat yang tinggi. Cukuplah orang itu berdosa apabila menerlantarkan orang-orang yang berada dalam tanggungannya. Sebagaimana Rasulullah bersabda: 

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : " كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ "

Artinya: “Rasulullah bersabda “ Cukuplah berdosa, jika seseorang menyia nyiakan orang yang menjadi tanggung jawabnya” (H.R. Ahmad)

Allah subhanahu wata’ala menjamin sesorang yang berusaha dengan sekuat tenaga utuk memenuhi kebutuhan keluarganya dengan penghidupan yang layak. Bahkan Allah mengutuk seseorang yang bermental cengeng yang selalu berfikir bahwa dirinya senantiasa berada dalam kemiskinan, karena itu dia berusaha membunuh anak-anak mereka dengan alasan takut miskin. Allah berfirman dalam Al Qur’an surat 17, Al Isro’: 31

Artinya: “dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”. (Q.S. 17, Al Isro’: 31)

Bertaqwa Kepada Allah Subhanahu Wata’ala

Indikator ketiga seseorang dianggap sejahtera adalah apabila dirinya bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala. Taat beribadah adalah salah satu indikator yang dianggap menjadi bagian dari tanda-tanda seseorang telah berada pada posisi hidup sejahtera karena hakikatnya pembawaan orang yang rajin beribadah itu jauh lebih tenang, teratur, tidak mudah mengeluh dan jauh dari kesan kesusahan meskipun dirinya sedang berada dalam kesempitan

Taqwa sebagaimana diketahui adalah puncak amal tertinggi yang dicapai oleh kaum muslimin. Taqwa adalah perasaan, rindu, cinta dan juga takut kepada Allah aazza wajalla yakni dengan berusaha memaksimalkan beribadah kepadanya dan menjauhi secara totalitas seluruh larangannya.

Ali bin Abi Thalib karromallahu wajhah mengatakan taqwa adalah takut kepada Allah Al Jaliil, mengamalkan Al Qur’an, rela dengan al qalil dan bersiap menuju arrahil. Abdullah Bin Mas’ud berkata: Taqwa adalah menaati Allah tanpa maksiat kepada-Nya, diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri. Sementara Ubai Bin ka’ab mengatakan bahwa taqwa adalah berjalan dengan hati-hati. maksudnya senantiasa berhati-hati dalam hidup baik dalam beraktifitas bertingkah laku, berbicara maupun lainnya. 


Taqwa adalah kondisi jiwa, ia adalah detak hati yang mendorong pemiliknya berbuat amal-amal yang baik. Kedudukannya seperti kepala bagi anggota badan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam berpesan kepada Abu Dzar Al Ghfari “Hendaklah engkau bertaqwa kepada Allah, karena taqwa adalah kepala segala perkara”. Di samping itu taqwa menjadi jaminan kepada setiap orang bahwa Allah akan memberikan penghidupan yang layak bagi setiap orang yang bertaqwa kepada-Nya. Allah berfirman 

Artinya:  “…Barangsiapa berTaqwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (Q.S.65, At Thalaq: 2-3).

Oleh karena itu wajar jika salah satu indikator seseorang dikatakan sejahtera adalah ketika dia mampu menampilkan ketaqwaannya dalam setiap tutur kata dan tingkah laku perbuatannya sehingga berdampak pada kemudahan dalam setiap hidupnya. 
  

• Memiliki Hubungan Yang Serasi Selaras Dan Seimbang Antar Keluarga

Indikator ke empat yakni memiliki hubungan baik, hubungan yang harmonis di dalam keluarga.  Artinya seseorang dikatakan sejahtera apabila dirinya memiliki keluarga yang harmonis. Indikator keluarga harmonis bukan berarti keluarga tersebut selalu ceria, senatiasa bahagia, diliputi perasaan senang dan gembira, tidak pernah ada air mata, bergelimang harta benda, tidak pernah dihinggapi perasaan susah, tidak pernah terjadi konplik dan lainnya, namun keluarga harmonis itu senantiasa berusaha dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan cara-cara yang elegan sehingga tidak nanpak dan tidak sampai terdengar oleh tetangga. 


• Memiliki Hubungan Harmonis Dengan Masyarakat Dan Lingkungannya.

Indikator terakhir adalah memiliki hubungan baik dengan tetangga, masyarakat dan lingkungannya. guru dalam hal ini dianggap sejahtera apabila memiliki hubungan baik dengan masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya. Suatu keniscayaan bagi siapapun untuk menciptakan kondisi yang harmonis di lingkungan mereka tidak hanya guru tapi seluruh lapisan masyarakat yang ada. Namun bukan hal baru apabila kita menyaksikan terjadinya berbagai kriminal di masyarakat dimana sebagian besarnya dipicu oleh keadaan ekonomi. 

Maraknya pencurian, perampokan, prostitusi dan sikap amoral lainnya terindikasi akibat mereka mengalami minus kesejahteraan dalam hidupnya. Maka salah satu indikator masyarakat dapat dikatakan sejahtera apabila ia telah terbebas dari masalah ekonomi dan mampu bersosialisasi dengan baik di tengah masyarakat. Demikian juga seorang guru dianggap sebagai guru sejahtera apabila dirinya telah melewati permasalahan ekonomi dan dapat bergaul dengan baik di masyarakat lingkungannya.

Demikian enam indikator  ini hendaknya melekat pada siapapun kita untuk mendapatkan predikat sejahtera dalam hidup. Apabila salah satu diantara enam indikator ini terlepas, maka dia belum dapat dikategorikan sejahtera. Seseorang yang memiliki keterbatasan financial tapi memiliki keharmonisan dalam keluarga belum tentu dikatakan sejahtera apabila merujuk pada indikator  yang telah disebutkan. Maka guru dianggap sejahtera apabila dirinya mampu memberikan hidup yang layak bagi keluarganya, memiliki hubungan pertikal (ketaqwaan) yang kuat kepada Allah subhanahu wata’ala, memiliki hubungan keluarga yang harmonis dan memiliki hubungan horizontal yang hangat dengan masyarakat lingkungannya. 

Karena itu sahabatku dalam menhadapi pandemic covid-19, ini mari dekatkan diri kita kepada sang pemilik hidup. Perbanyak minta pertolongan kepada-Nya, jangan mengharapkan bantuan manusia, karena kita bakal pasti kecewa. Di tengah pandemi ini kita berusahalah tenang, jangan banyak mengeluh, yang mengalami kesulitan tahan diri dari meminta minta kepada manusia, sebaliknya kuatkan permintaan kepada Allah SWT, yang merasa mampu, mari biasakan berbagi karena Allah akan senantiasa membantu hambanya yang membantu saudaranta. Insya Allah tidak ada kesulitan kecuali Allah akan menyertainya dengan kemudahan.


Demikian semoga bermanfaat..

Wallahu’alam…
Lebih baru Lebih lama

Iklan

Iklan

Formulir Kontak