Oleh: Mahfud Hidayat
TendaBesar.Com - Jakarta - Tiga Tipe Orang Sengsara di Hari Kiamat! Faktor pendorong sesuatu dapat mempengaruhi dampak dan konsekwensinya. Semakin kuat faktor itu, akan semakin dahsyat dampaknya.
Dalam hadis dari Sayidina Abu Hurairah RA, yang ditulis oleh Imam Muslim dalam kitabnya Shahih Muslim, Rasulullah SAW bersabda: "Tiga orang yang di hari kiamat nanti, Allah tidak mau bercakap dengannya, tidak mau menghapus dosanya, tidak mau meliriknya, dan mereka mendapatkan azab yang pedih. Yaitu orangtua renta yang berzina, penguasa yang dusta, dan orang miskin yang sombong."
Hadis di atas menjelaskan bahwa tiga tipe orang tersebut akan sengsara di akhirat. Allah tidak meridainya, tidak merahmatinya, tidak mengampuni dosanya, dan mereka akan ditimpa azab yang pedih.
Pertama, sudah tua renta masih suka berzina. Bukan berarti yang muda boleh berzina. Sebab faktor pendorong dosa besar seperti zina bagi orang tua, biasanya melemah. Harusnya ia bersungguh-sungguh menyiapkan bekal menuju kematian. Bukan malah tergiur dengan kemolekan perempuan yang tidak ada kehalalan.
Karenanya, mafhum mukholafahnya, anak muda yang menghindari zina, pahalanya lebih besar dibanding orangtua yang mengindari zina. Sebab bagi pemuda dorongannya lebih kuat.
Kedua, pemimpin yang dusta. Bukan berarti rakyat biasa boleh berdusta. Lumrahnya, dusta dilakukan oleh seseorang karena ada yang ditakuti atau demi menyelamatkan posisi dan ekonomi. Namun faktor pendorong ini tidak ditemukan pada diri pemimpin penguasa. Seharusnya tidak ada yang perlu ia risaukan dan ditakuti. Sebab ia di atas rakyatnya.
Ketika berdusta di hadapan rakyatnya, berarti ia telah menutupi sisi buruknya. Dan dosanya lebih besar dibanding dosa yang dilakukan rakyatnya.
Mafhum mukhalafahnya, penguasa yang adil dan jujur pahalanya jauh lebih besar dibanding keadilan dan kejujuran yang dilakukan rakyatnya.
Ketiga, fakir miskin yang sombong. Bukan berarti orang kaya boleh sombong. Biasanya faktor yang mendorong kesombongan adalah harta dan jabatan. Semuanya tidak ditemukan pada diri orang yang miskin dan papa. Namun saat ia sombong, dosanya lebih besar dibanding orang kaya yang sombong.
Kesombongan terlihat pada dua hal. Kepada Allah, ia tidak mau beribadah. Kepada manusia, ia meremehkan. Menganggap dirinya paling baik, paling benar, sedangkan yang lain buruk dan salah. Dengannya ia angkuh dan memandang yang lainnya rendah.
Mafhum mukholafahnya, jika orang kaya, berilmu, dan mapan berperilaku tadawu, rendah hati, toleransi, dan baik secara individu maupun sosial, baik ibadahnya kepada Allah dan hormat kepada sesama, maka pahalanya jauh lebih besar dibanding orang miskin yang rendah hati. Wallahu a'lam.