TendaBesar.Com - Jakarta - Politik itu dinamis, politik itu kotor, politik itu tidak ada persahabatan abadi yang ada adalah kepentingan abadi adalah kalimat kalimat yang sering kita dengar dari berbagai kalangan.
Tentulah statement itu bisa salah bisa juga benar tergantung masing-masing sudut pandang. Namun jika melihat apa yang marak terjadi akhir-akhir ini, klaim politik itu kotor nyaris mendekati benar.
Hal itu nampak jelas dari aksi saling sindir yang dilakukan oleh para politisi. Seperti apa yang dilakukan oleh Sekjen Partai Golkar Lodewijk Freidrich Paulus yang menyindir perkubuan di internal PDI Perjuangan. Khususnya, terkait pembentukan Dewan Kolonel pro Puan Maharani dan Dewan Kopral pro Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024.
Lodewijk menyebut bahwa dalam penggalangan narasi yang dia sampaikan terdapat pola let them fight. Dia menjelaskan bahwa pola tersebut pernah menimpa hampir semua partai.
"Let them fight, apakah terjadi di Indonesia? Terjadi enggak? Terjadi. Lihat ada partai lain, dampak dari penggalangan. Seorang Gubernur dengan seorang pejabat tinggi partai ribut. Pernah tahu kan? Dan sampai sekarang," ucap Lodewijk.
Kendati begitu, Lodewijk tidak menjelaskan secara detail partai apa yang disebut ribut antara pejabat petinggi partai dan seorang gubernur tersebut. Namun dia menyebut, adanya dewan kopral dan dewan colonel yang merujuk kepada partai banteng.
Bukan hal yang tabu bahwa memang dalam tubuh PDIP diketahui adanya kubu dewan kopral dan dewan colonel dimana wadah tersebut dibentuk oleh kader-kader PDI Perjuangan yang mendukung seorang gubernur dan petinggi partai.
"Sampai dipanggil, diberikan teguran, itu artinya let them fight. Sehingga terbentuk Dewan Kopral dan Dewan Kolonel. Betapa dahsyatnya penggalangan opini. Sangat merusak. Sangat sakit," kata Lodewijk.
Sindiran itu lantas ditanggapi oleh Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP, Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul. Ia menegaskan bahwa persoalan di dalam internal partai politik merupakan hal biasa, di semua partai politik juga terjadi. Terlebih, kata Pacul, dalam menyampaikan pendapat tentang dukungan terhadap seseorang wajar jika menimbulkan perbedaan.
"PDIP itu solid. Jadi tidak ada pengkotak mengkotak, semua tegak lurus bahwa ada seperti Pak Sekjen Golkar itu kan dari militer. Misalkan terhadap satu angkatan satu letingnya mungkin ada kedekatan tertentu biasa saja. Jadi kalau Pak Lodewijk dengan satu letingnya ya hampir pasti ada perbedaan. Wong mereka tumbuh dalam satu pendidikan yang sama," kata Pacul kepada awak media di Gedung Nusantara II DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (28/11/2022).
Pacul menjamin bahwa kader partainya akan tegak lurus sesuai arahan partai. Pacul juga menilai bahwa wajar jika di PDIP terjadi perbedaan pendapat. Namun meski ada perbedaan tetap seluruh kader partai berlambang kepala banteng itu akan tetap tegak lurus terhadap perintah Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
"Sama saja di PDIP, apakah Pak Lodewijk dengan kedekatan misalkan dengan si A satu leting itu kemudian akan membuat perpecahan di TNI pasti tidak, di TNI AD pasti tidak. Karena semua perintahnya tegak lurus. Di PDIP itu organisasi sipil kedekatannya sipil juga ada. Tetapi di PDIP itu mengakar rumput ke bawah, menganyam semua ke samping, berpucuk engkau ke atas, satu pucuknya Megawati, perintah beres," terang Pacul.
Sementara itu perihal munculnya Dewan Kolonel dan Dewan Kopral di tubuh PDIP, menurut Pacaul itu merupakan hal biasa. Sebab itu bagian dari wadah untuk mengeluarkan aspirasi terkait dukungan terhadap seseorang.
"Enggak ada soal, enggak ada soal. Karena kan kulturnya sendiri, kulturnya seperti itu. Jadi nanti tinggal tunggu perintah ibu Ketua saja. Ibu Ketum merencanakan A, A semua lah kita," tegas Pacul.
(saf/tb)